Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Filosofi Memikul


Hari ini saya ikut memanen buah salak di kebun bersama ayah, ibu dan paman. Seperti biasa saya hanya mengumpulkan buah yang telah dipetik dari pohonnya kemudian membawanya di tempat yang bisa dijangkau oleh sepeda motor.
Di saat saya memikul buah salak dari kebun ke tempat yang mudah dijangkau sepeda motor itu, saya mendapat ilmu baru. Sebuah gagasan tentang bagaimana cara menjalani kehidupan atas setiap masalah yang dihadapi. Bertahan dan kebiasaan. Itulah gagasan yang muncul saat itu.
Selama ini saya jarang memikul karena setelah lulus dari SD aku langsung meneruskan di pesantren sehingga untuk memikul pundak saya terasa sakit. Dari situ saya membayangkan tentang oarang yang sering memikul, kenapa mereka bisa kuat dan mungkin tak terlalu sakit seperti yang saya rasakan. Sambil memikul, pikiran saya terus bergelayut menerka-nerka jawabannya. Dan akhirnya sayapun menyimpulkan bahwa mereka bisa kuat dan tak terlalu merasakan sakit karena mereka sudah terbiasa dan tentunya terus bertahan atau tidak kapok.
Begitulah dengan kehidupan. Ketika sesorang mempunyai masalah dan seseorang itu bisa bertahan dan tidak mudah menyerah, tentunya sebuah kemenangan cepat atau lambat pasti bisa diraihnya. Dan semakin besar masalah yang ia miliki maka semakin besar pula kekuatan terkumpul pada dirinya. Layaknya seseorang yang memikul beban dipundaknya, semakin berat yang ia pikul maka semakin kuat pula ia memikul beban yang lebih berat dari yang yang telah dipikul sebelumnya

Post a Comment for "Filosofi Memikul "