GURU, BUKU, DAN IlMU

Oleh: Faiz Husaini, Lc.

Ketika membaca beberapa biogarfi para ulama, maka kita akan melihat betapa banyaknya guru mereka. Dari sini kita bisa mengambil suatu kesimpulan ’’bahwa untuk menjadi orang yang ‘alim’’ perlu belajar dari banyak guru. Sehingga tak cukup hanya dengan membaca buku. Namun, seseorang yang hanya mengandalakan belajar dengan guru dan sedikit membaca juga mengakibatkan kurang luas wawasannya dan kurang kreatif dalam mengembangkan wawasannya.

Seseorang yang bisa mengantarkan kita dari kebodohan menuju kepandaian adalah guru. Oleh karena itu, tak ada seorangpun yang bisa menjadi pandai tanpa seorang guru. Sampai kapanpun guru akan selalu dikenang, karena tanda jasanya yang tak bisa tergantikan oleh materi. Begitu juga dengan buku, yang selalu menjadi teman bagi setiap siswa/pencari ilmu. Dalam pepatah bahasa indonesia " buku adalah guru yang tak pernah marah", dari pepatah ini kita bisa mengambil sebuah pelajaran yang sangat berarti, yaitu memposisikan dan mengangap pentingnya buku seperti pentingnya guru bagi para pencari ilmu. Buku menjadi jalan dan kunci untuk membuka tentang banyak ilmu dan informasi yang belum kita ketahui sebelumnya.

Mendalami ilmu memang seperti halnya berlayar di samudera yang sangat dalam dan luas, sehingga semakin dalam kita mengkaji tentang suatu hal kita akan merasakan bahwa ilmu Allah Swt. sangat luas dan dalam tanpa batas. Berbeda dengan ilmu manusia dan makhluk-Nya yang sangat terbatas. Semakin banyak kita belajar bagai kita meminum air laut, maka kita akan merasa semakin haus. Begitu kira-kira gambaran rasa cinta seseorang yang hanyut dalam samudera ilmu.

Islam menyuruh umatnya untuk mencari Ilmu, sehingga jelas ilmu tak akan kita dapatkan dengan tanpa usaha dan kerja keras. Kita tidak disuruh menunggu ilmu turun dari langit, tetapi kita disuruh mencarinya sampai ke ujung dunia sekalipun. Kata uthlub berarti perintah untuk mencari, sehingga harus ada reaksi yang konkret untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, yaitu ilmu. Dengan membaca, berguru dan menulis niscaya ilmu akan terus mengalir pada sanubari kita.

Keikhlasan, kesabaran dan kesungguhan merupakan faktor penentu dalam keberhasilan mencari ilmu. Semakin besar kemauan seseorang dalam mencari ilmu, maka akan terlihat dalam usaha yang dilakukan. Oleh karena itu, agar kita bisa menikmati pengembaraan mencari ilmu, maka harus dilengkapi dengan rasa cinta terhadap ilmu. Dengan rasa cinta seseorang akan melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Seperti seseorang yang sedang jatuh cinta kepada primadonanya, maka dia akan berusaha untuk menyebrangi lautan, mendaki gunung, dan lain-lain agar bisa melewati segala rintangan untuk mendapatkan orang yang dia cintai. Begitu juga dengan ilmu, selain harus dicari juga harus dicintai, sehingga kita tak akan setengah hati dan tidak semangat dalam berusaha untuk mendapatkan ilmu. Banyak sekali orang yang hanya mencari ilmu, tetapi tak mencintainya, mungkin saja hanya karena keterpaksaan, daripada nganggur, hanya mencari gelar, dan lain-lain. Orang yang benar-benar mencintai ilmu, dia tidak akan pernah bosan untuk terus belajar sampai akhir hidupnya, akan terus mengembangkan dan menjaga ilmu yang sudah diperolehnya, akan mengamalkan ilmu yang sudah didapat, dan menyebarkan ilmunya kepada orang lain dengan lisan dan tulisan. Selamat mencari ilmu dan bercinta dengannya!.

Post a Comment

Previous Post Next Post