Saya tidak bakat menulis, begitulah keluhan setiap orang yang mungkin
ingin berlindung dibawah kemalasannya. Kenapa saya bilang malas? Karena oarang
yang rajin tidak akan pernah mengeluh dan putus asa perihal tulisannya dengan
dalih malas. Banyak para pemula menganggap bahwa menulis itu masalah bakat yang
sudah ada sejak lahir. Tapi kurasa tidak, sering ku membaca tentang para penulis yang telah menghasilkan karya
berupa buku ataupun novel bilang, bahwa menulis itu bukanlah bakat namun
kemauan yang kuat untuk menulislah sehingga merekapun bisa menjadi seorang
penulis.
Instan. Mungkin itu yang sering membuat para pemula merasa bahwa
seorang penulis haruslah mempunyai bakat. Mereka melihat tulisan yang bagus dan
berkualitas itu bukan tanpa proses. Salah teman, salah. Tahukah kalian bahwa
mereka telah melaluai proses yang panjang sebelum mereka bisa menghasilakan
sebuah karya. Mereka telah belajar dan berlatih dalam waktu lama, yang pada
awalnya juga sama seperti pemula. Itulah yang harus kita sadari. Mereka
tidaklah secara instan seperti mie rebus yang dapat dimasak hanya dalam waktu 3-5 menit. Tidak
teman, tidak. Sadarilah itu. Jangan hanya melihat dari penulis itu sisi hasil
karyanya saja, tapi lihatlah mereka dari sisi prosesnya.
Selain itu untuk menjadi seorang penulis juga sangat erat kaitannya
dengan membaca, mendengar dan berbicara. Ismail Kusmayadi (Mmenulis dengan Hati Membangun Motivasi Menulis, 2007) mengatakan,
“Menulis adalah mengolah pikir, mengasah rasa, dan mengomunikasiakn hasil
pemikiran dan pengasahan ini dalam bentuk tulisan/karangan. Menulis juga dapat
dikatakan kegiatan mengungkapkan atau melahirkan pikiran dan perasaan lewat
tulisan. Untuk dapat memikirkan dan merasakan suatu topik atau masalah tentunya
harus diawali dengan masukan informasi yang diperoleh dari kegiataan
mendengarkan dan membaca tadi.” Oleh karenya banyak membaca dan mendengar
adalah kunci untuk bisa terampil dalam menulis serta mengahasilkan tulisan yang
berkualitas tentunya.
Ingatkah kalian wahyu pertama yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad
SAW? Ya betul. “Iqra’.Bacalah. ini
menandakan bahwa betapa pentingnya aktivitas membaca. Sesuatu yang bisa
mengantarkan manusia kepada derajat yang mulia. Membaca tak juga tak melulu
pada teks tapi bisa dengan membaca keadaan sekitar, peristiwa-peristiwa yang
terjadi dan perasan orang yang ada di sekitarkita. Yang dari itu semua bisa
menginspirasi tulisan kita.
Salain perintah membaca, pesan lain yang tersirat dalam wahyu pertama
itu adalah supaya kita menulis. Karena tak mungkin kita membaca tanpa ada
tulisan.
Tags
Renungan