Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Orang Tuaku Nafas Hidupku


Lahir di lingkungan keluarga tak berada membuat saya banyak belajar tentang kerasnya kehidupan yang tak selalu sesuai dengan yang kita inginkan. Seperti itulah yang dulu sering saya alami. Banyak  keinginan tak terpenuhi, sehingga ada perasaan kecewa dalam hati dan iri dengan orang lain. Masih segar dalam ingatan ketika saat itu saya menangis hanya karena menginginkan dompet berantai yang tak kunjung terpenuhi. Waktu itu saya masih duduk di kelas  4 SD. Begitupun saat saya menginginkan mainan mobil beremot yang ketika itu sedang tren dan banyak teman saya yang sudah memilikinya. Lagi-lagi saya hanya bisa menahan rasa iri melihat teman-teman saya bermain mobil beremot dengan senangnya.
Akan tetapi, kini semakin saya dewasa dan sedikit banyak mendengar cerita tentang  bagaimana sebenarnya keadaan keluarga dan menyaksikan sendiri, bahkan kadang ikut memikul buah salak dan rumput yang membuat pundak terasa begitu sakit, saya merasa sangat bersyukur apapun keadaan yang saya alami sekarang.  Meskipun tak tebilang sebagai keluarga kaya tapi setidaknya bisa membiayai saya sampai kuliah. Dan itulah yang setiap hari orang tua saya lakukan. Bersusah payah demi anak-anaknya. Mereka lah yang selama ini menjadi nafas hidup saya, menopang setiap kebutuhan yang saya perlukan. Thank’s Dan n Mam. I Love You so much.
Membuatnya bangga. Mungkin hanya  itulah yang bisa saya persembahkan buat mereka, karena betapapun saya membalasnya sungguh tak akan bisa sepadan dengan yang telah mereka berikan pada diri saya. Memori in Selasa, 4 Februari 2013.

Post a Comment for "Orang Tuaku Nafas Hidupku"