Lahir di
lingkungan keluarga tak berada membuat saya banyak belajar tentang kerasnya
kehidupan yang tak selalu sesuai dengan yang kita inginkan. Seperti itulah yang
dulu sering saya alami. Banyak keinginan
tak terpenuhi, sehingga ada perasaan kecewa dalam hati dan iri dengan orang
lain. Masih segar dalam ingatan ketika saat itu saya menangis hanya karena
menginginkan dompet berantai yang tak kunjung terpenuhi. Waktu itu saya masih
duduk di kelas 4 SD. Begitupun saat saya
menginginkan mainan mobil beremot yang ketika itu sedang tren dan banyak teman
saya yang sudah memilikinya. Lagi-lagi saya hanya bisa menahan rasa iri melihat
teman-teman saya bermain mobil beremot dengan senangnya.
Akan tetapi,
kini semakin saya dewasa dan sedikit banyak mendengar cerita tentang bagaimana sebenarnya keadaan keluarga dan
menyaksikan sendiri, bahkan kadang ikut memikul buah salak dan rumput yang
membuat pundak terasa begitu sakit, saya merasa sangat bersyukur apapun keadaan
yang saya alami sekarang. Meskipun tak
tebilang sebagai keluarga kaya tapi setidaknya bisa membiayai saya sampai
kuliah. Dan itulah yang setiap hari orang tua saya lakukan. Bersusah payah demi
anak-anaknya. Mereka lah yang selama ini menjadi nafas hidup saya, menopang
setiap kebutuhan yang saya perlukan. Thank’s Dan n Mam. I Love You so much.
Membuatnya
bangga. Mungkin hanya itulah yang bisa
saya persembahkan buat mereka, karena betapapun saya membalasnya sungguh tak
akan bisa sepadan dengan yang telah mereka berikan pada diri saya. Memori in
Selasa, 4 Februari 2013.
Tags
Opini