PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN AQIDAH- AKHLAK DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Ilustrasi (Dokpri)
 (Pendekatan Psikologi Belajar)
Oleh: Moh. Sakir*
A. Pengantar  
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi umat manusia, khususnya umat Islam. Dengan  proses pendidikan sebuah peradaban dan kebudayaan dapat dipertahankan dan dilestarikan bahkan dikembangkan sesuai dengan proses pendidikan suatu bangsa.  Oleh sebab itu, pendidikan perlu direncanakan dan dikelola dengan manajemen yang baik sesui dengan kebutuhan dan  tantangan kompetensi ke depan. Maka keberhasilan sebuah pendidikan ditentukan oleh beberapa faktor  dinataranya adalah pertama,  pendidik yang kompeten secara ekedemik legal formal (kalau dalam lembaga formal, maka Ijazah syarat wajib), kecuali bukan lembaga formal. Sehngga kalau itu terjadi dalam lembaga formal bisa dikatakan kriminalitas akademik. Kedua peserta didik. Peserta didik juga memilki andil besar di dalam keberhasilan proses pembelajaran,  biasanya foktor psikologis, kemiskinan, biolois sangat rentan dan berpengaruh, oleh karena itu, bagi pendidik diharapkan mampu memperhatikan hal-hal tersebut di dalam proses pendidikan. Ketiga,  Manajemen, manajemen juga mempunyai faktor yang cukup besar di dalam mempengaruhi proses pembelajaran, sebuah lembaga pendidikan formal yang berkualitas bisa dilihat dari efektif dan efesiensinya sistem manajemen yang dilakukan oleh lembaga tersebut. Manajemen yang baik tidak harus mempunyai perlatan yang canggih, tetapi primsip kebersamaan dan kedisiplinan,serta komunikasi yang baik, dalam rangka menuju efesiensi dan efektif  kinerja semua stakeholder  atau civitas dalam lembaga tersebut bisa berjalan dengan lancar. Inilah salah satu ciri dari manajemen yang  bermutu, yang akan membawa dampak di dalam keberhasilan proses pembelajaran.       
A. Makna Pendidikan Agama Islam
Sebelum membicarakan lebih lanjut mengenai pengertian pendidikan agama Islam (PAI), penulis perlu menjelaskan mengenai pengertian pendidikan dan pendidikan Islam. Seringkali dijumpai adanya penggunaan istilah pendidikan Islam dan pendidikan agama Islam (PAI) dalam pengertian yang sama, padahal apabila dikaitkan dengan kurikulum pendidikan sekolah, maka yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam (PAI) hanya terbatas sebagai salah satu mata pelajaran dari program pengajarannya. Sedangkan pengertian pendidikan Islam jauh lebih luas dari pada pengertian pendidikan agama Islam (PAI) sebagai mata pelajaran sekolah. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini akan dibedakan pengertian pendidikan Islam dan pengertian pendidikan agama Islam (PAI).
Pembedaan di sini bukan berarti bahwa pendidikan agama Islam (PAI) terlepas dan terpisah dari pendidikan Islam, namun pembedaan yang penulis maksudkan adalah untuk memberikan penjelasan dari istilah-istilah tersebut sesuai dengan scope dan isi berlangsungnya kegiatan pendidikan tersebut. 
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagi usaha sadar dan sistematis dalam membina potensi pribadi manusia baik jasmaniah, ruhaniah dan intelektual. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan mencakup segala usaha dan perbuatan yang sadar dari manusia untuk mengalihkan pengalamannya, kecakapannya, keterampilannya serta nilai-nilai pada manusia lain untuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama(Hamdani Ali,1986:8).
Kenyataannya, pengertian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan, meskipun secara essensial tidak jauh beda. Berikut ini akan dikemukakan sejumlah pengertian pendidikan yang diberikan oleh para ahli (pendidikan), sebagaimana yang disebutkan oleh Hasbullah, yaitu: Pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugasnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa (Hasbullah, 1999:2).
Pendidikan berfungsi mengembangkan manusia, masyarakat dan alam sekitarnya. Secara umum pendidikan diarahkan pada pencapaian dua hal, Pertama; untuk mewujudkan individu yang dicita-citakan. Kedua; pendidikan dijadikan tumpuan harapan untuk merealisasikan persepsi masyarakat yang di dambakan dalam lingkungan nasional. Sastra sebagai salah satu materi pendidikan dapat mendukung pencapaian dua hal, khususnya dalam menunjang perwujudan dan pembentukan pribadi yang ideal bagi anak didiknya.
Pengertian atau batasan pendidikan yang disebutkan di atas, meskipun berbeda secara redaksional, namun secara essensial terdapat kesatuan unsur-unsur atau faktor-faktor yang terdapat di dalamnya, yaitu bahwa pengertian pendidikan tersebut menunjukkan suatu proses bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang didalamnya mengandung unsur-unsur seperti pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainya.
Setelah mencermati pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan pada umumnya adalah suatu usaha yang dilakukan oleh generasi tua (orang dewasa) berupa pengalihan pengetahuan, kecakapan, keterampilan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tujuan pendewasaan, mampu mempertanggung jawabkan segala perbuatan yang dilakukannya dan dapat hidup sendiri di tengah masyarakatnya.
Menurut Achmadi, beliau mendefinisikan pendidikan Islam sebagai segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju terbentuknya kepribadian yang utama (insan kamil) sesuai dengan norma-norma Islam(Ahmadi, 1992:20). Konsep kepribadian utama (insan kamil) dapat diformulasikan sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta memiliki kemampuan yang teraktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari yang tercermin dalam hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam sekitar dengan baik. Kepribadian yang demikian itulah yang yang diharapkan terwujud setelah seseorang mengalami pendidikan Islam. 
Berdasarkan penjelasan di atas secara sederhana penulis dapat mendefinisikan mengenai pengertian pendidikan Islam, ialah suatu proses yang kontinyu dan berkesinambungan membimbing dan membina fit}rah peserta didik secara maksimal dan tertuju pada terciptanya pribadi muslim paripurna. Melalui sosok pribadi yang demikian, peserta didik diharapkan akan mampu memadukan fungsi iman, ilmu, dan amal secara integral menuju terbinanya kehidupan yang harmonis.
Menurut Dra. Zuhairini, dkk., menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam (PAI) adalah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik untuk dapat hidup sesuai dengan ajaran agama Islam(Zuhairini, 1983:13). Lebih luas lagi dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam menurut Ahmad D. Marimba, adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam(Marimba,1980:28).
Beberapa pendapat yang penulis kemukakan di atas dapat diambil pengertian bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha membimbing dan mengembangkan pribadi manusia dalam aspek: jasmani dan rohani yang harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena itu, suatu kematangan bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan, pertumbuhan, baru dapat tercapai bila berlangsung melalui proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan dan pertumbuhan.
Dalam pendidikan agama Islam metode merupakan instrumen yang paling menentukkan demi tercapaianya arah dan tujuan yang hendak dicapai. Proses pencapaian tujuan pendidikan agama Islam itu tentunya tidak lepas dari penerapan berbagai metode pendidikan yang ada. Di sinilah letak pentingnya metode dalam pendidikan.
Menurut Zakiah Daradjat, penidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam  secara menyeluruh. Kemudian dapat menghayati tujuan, yang pada akhhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup (Zakiah Daradjat,1989: 87).  Sedangkan Ahmat Tafsir memberikan pengertian bahwa yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam (Ahmat Tafsir, 1994: 8).
Dengan demikian pendidikan agama Islam adalah adanya proses transfer nilai, pengetahuan, dan ketrampilan dari generasi tua ke generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu, ketika menyebut pendidikan Islam, maka terdapat dua hal yaitu; pertama adalah mendidik siwa untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam. Selanjutnya yang kedua adalah mendidik siswa untuk mempelajari materi ajaran Islam, yang berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, sehingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Diknas,2002: 3).
Hal ini nampak pada rumusan dari Undang-Undang  RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah;
Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia  yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab (UU Sisdiknas, 2003: 8).

Pendidikan di Indonesia adalah bertujuan mempersiapkan manusia Indonesia menuju masyarakat madani yang diridhai Tuhan. Yaitu manusia yang memiliki sikap  dan wawasan  keimanan dan akhlak tinggi, kreatif, mandiri, teloransi, kerja keras, serta menjujung hakrkat dan martabat manusia. Inilah yang semestinya tujuan dari segala aktivitas  pendidikan yang dilaksanakan  di Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan selalu dikaitkan dengan unsur filsafat dan budayanya suatu bangsa yang dominan.
            Melihat dari rumusan di atas, nampak bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius dan bekerja keras, serta mandiri dan juga menjadi warga negara yang baik, dan diharapkan tidak ketinggalan dengan dunia perkembangan global. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan di Indonesai adalah membentuk  manusia yang beriman, berilmu dan berteknologi serta mampu berkiprah di dunia global.  Hal ini merupakan garapan dari tujuan pendidikan yang mempunyai basis agama, maka pendidikan agama Islam  merupakan hal yang penting yag diajarkan di sekolah-sekolah sebagai langkah awal untuk membentuk manusia yang bertaqwa dan bernegara yang baik.
Menurut Zakiah Daradjat, penidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam  secara menyeluruh. Kemudian dapat menghayati tujuan, yang pada akhhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup (Zakiah Daradjat,1989: 87).  Sedangkan Ahmat Tafsir memberikan pengertian bahwa yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam (Ahmat Tafsir, 1994: 8).
Dengan demikian pendidikan agama Islam adalah adanya proses transfer nilai, pengetahuan, dan ketrampilan dari generasi tua ke generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu, ketika menyebut pendidikan Islam, maka terdapat dua hal yaitu; pertama adalah mendidik siwa untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam. Selanjutnya yang kedua adalah mendidik siswa untuk mempelajari materi ajaran Islam, yang berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.

B. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Salah satu tujuan pengajaran Agama Islam di sekolah adalah membentuk dan mengambangkan keimanan serta menjadikan khalifah di bumi sebagai manusia yang kreatif, inovatif yang dilandasi dengan ilmu pengatahuan dan teknologi. Dalam konsep al-Qur’an disebut Ulul albab, pengajaran Islam pada dasarnya adalah berorentasi untuk menjadikan manusia yang mempuanyai ilmu pengetahuan  dan peka terhadap perkembangan jaman  ( Hery Noer Aly, 1999: 52).  Dengan demikian tujuan dari pendidikan Islam adalah membentuk manusia Indonesia yang berdasarkan Pancasila, yang beriman kepada Tuhan Yang  Maha Esa serta mempunyai ilmu pengetahuan dan mampu mengembangkan teknologi untuk kesejahteraan umat manusia sebagai kodratnya menjadi khalifah di bumi.  
Tujuan pendidikan  Islam adalah seperti yang dirumuskan oleh Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani salah seorang ahli pendidikan Islam memberikan ciri dan prinsip-prinsip umum yang dijadikan landasan dasar untuk mencapai tujuan utama cita-cita pendidikan Islam, maka  pendidikan harus mampu melahirkan  kekuatan tiga dimensi yang saling terkait dengan yang lainnya;
a.       Dimensi Imanitas yang dapat mendudukan harkat dan martabat manusia sebagai hamba Allah yang tertinggi di dunia serta punya daya tahan terhadap ujian hidup dan berpijak pada kebenaran.
b.      Dimensi jiwa dan pandangan hidup  Islam  yang membawa cita rahmatan lilalamiin.
c.       Dimensi kemajuan  yang akan memanjatkan manusia tangguh terhadap  apa yang dititahkan oleh Allah dan terhadap segala kejadian suatu perubahan yang ada (Khoiron Rosyadi,2004: 161).
Dalam pandangannya tujuan pendidikan yang paling sederhana adalah perubahan yang diusahakan oleh proses pendidikan dalam pengembangan tingkah laku individu, dalam kehidupan pribadinya, masyarakat dan hubungan dengan alam sekitarnya. Atau dengan kata lain tujuan pendidikan Islam adalah untuk mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan dunia dan akhirat (Omar Muhamad al-Toumy al-Syaibany, 1979: 399). Al-Abrasyi dengan tegas mengatakan bahwa tujuan pokok dari pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa peserta didik. Sedangkan Naquib al-Attas yang dikutip oleh Hasan Langgulung  tujuan pendidikan Islam adalah tercapainya  kesempurnaan manusia melalui pendekatan spritual dengan melakukan  berbagai aktivitas ibadah (Hasan Langgulung,1988: 307).
Tujuan pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,pengamalan serta pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi (Abdul Majiddan Dian Andayani,2005: 135).

A.    Pembekalan Pendidikan Aqidah Akhlak
Kata metode berasal dari bahasa Yunani “metodus” yang artinya “jalan” atau “cara”. Cara yang dimaksud disini adalah cara berbuat, perilaku, cara bekerja. Menurut Winarno Surakhmad “metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan.”(Suahrsismi Arikunto,1995: 37).
Setiap kegiatan mempunyai tujuan yang hendak dicapai, begitu pula dengan pendidikan di dalam Islam memiliki tujuan guna merealisasikan penghambaan kepada Allah SWT dalam kehidupan manusia baik secara individu atau secara sosial. Dan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari kebutuhan metodologis yang tepat agar sasaran yang hendak dicapai dalam pendidikan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Demikian pula orang tua dalam melaksanakan kewajiban mendidik kehidupan beragama pada anaknya diperlukan suatu metode/cara-cara yang dapat berfungsi memberikan jalan kepada orang tua agar dalam mendidik sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada pada anak. Juga orang tua perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang mendidik anak dan tidak lupa berusaha memahami kondisi psikologi anak.
Banyak diantara orang tua yang tidak mengerti dan memahami perkembangan anak terutama perkembangan psikologis atau kejiwaan, padahal untuk mendidik dan membekali anak dengan keimanan yang tegak dan kuat, pengertian tentang pertumbuhan fisik dan perkembagan kejiwaan anak perlu sekali agar proses pembinaan berjalan lancar(Ahmad Tafsir, 1996:51).
Metode pendidikan yang biasa diterapkan dalam pendidikan agama Islam antara lain:
a.       Metode ceramah
Metode ceramah ialah suatu metode di dalam pendidikan dimana cara menyampaikan pengertian-pengertian materi kepada anak didik dengan jalan penerangan dan penuturan secara lisan (Zuhairini at al.,1983:83)
Metode ceramah dapat juga diartikan sebagai teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim dipakai oleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan juga sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru dimuka kelas. Peran murid di sisni sebagai penerima pesan, mendengarkan, memperhatikan, dan mencatat keterangan-keterangan guru bilamana diperhatikan (Basyiruddin Usman ,2002:34).
b.Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Atau suatu metode di dalam pendidikan dimana guru bertanya sedang murid menjawab tentang bahan/materi yang ingin diperolehnya. Metode ini dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan, fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan dan untuk merangsang perhatian murid dengan berbagai cara (sebagai apersepsi, selingan dan evaluasi)( Zuhairini at al.,1983:86).

c.       Metode diskusi
Metode diskusi ialah metode di dalam mempelajari bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya, sehingga berakibat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku murid. Metode ini dimaksudkan guna merangsang murid berpikir dan mengeluarkan pendapat sendiri. Serta ikut menyumbangkan dalam suatu masalah bersama yang terkandung banyak kemungkinan-kemungkinan jawaban(Zuhairini at al.,1983:89).
d.      Metode pemberian tugas belajar atau resitasi
Yang dimaksud dengan metode ini ialah suatu cara dalam proses belajar mengajar bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertangung jawabkan kepada guru. Dengan cara demikian diharapkan agar murid belajar bebas tetapi bertanggung jawab dan murid-murid akan berpengalaman mengetahui berbagai kesulitan kemudian berusaha untuk mengatasi kesulitan-kesulitan itu (Zakiah Daradjat,dkk.,1995:298).
e. Metode demonstrasi dan eksperimen
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dimana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri  memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu (Zuhairini at al.,1983:94).
Sementara itu, metode eksperimen adalah metode pengajaran dimana guru dan murid bersama-sama melakukan suatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu aksi (Basyiruddin Usman ,2002:45).
f. Metode kerja kelompok
Metode kerja kelompok dalam rangka pendidikan dan pengajaran ialah kelompok kerja dari beberapa individu yang bersifat pedagogis yang di dalamnya terdapat adanya hubungan timbak balik (kerja sama) antara individu serta saling percaya (Zuhairini at al.,1983:99).
g.Metode karya wisata
Metode karya wisata ialah metode pengajaran yang dilaksanakan dengan jalan  mengajak anak-anak keluar kelas untuk dapat memperlihatkan hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya dengan bahan pelajaran. Dalam perjalanan karyawisata ada hal-hal tertentu yang telah direncanakan oleh guru dan didemonstrasikan atau ditunjukkan kepada anak didik, di samping ada hal-hal yang secara kebetulan ditemukan alam perjalanan karya wisata tersebut, misalnya pengenalan terhadap kekuasaan Tuhan dalam penciptaan alam semesta (Zuhairini at al.,1983: 104).
h.Metode drill (latihan siap)
Metode drill atau latihan siap ialah metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih anak-anak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan (Zuhairini at al.,1983:106). Metode ini biasanya digunakan pada pelajaran-pelajaran yang sifatnya motoris seperti: pelajaran menulis, pelajaran bahasa dan pelajaran keterampilan, dan pelajaran-pelajaran yang bersifat kecakapan mental dalam arti melatih anak-anak berpikir cepat.
i.  Metode problem solving
Metode problem solving ialah suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih anak-anak untuk mengahadapi masalah-masalah dari yang paling sederhana sampai kepada masalah  yang sulit(Zuhairini at al.,1983: 110).
j.  Metode nasihat
Metode nasihat adalah metode mendidik dan mengajar anak dengan memberikan nasihat-nasihat tentang ajaran ajaran yang baik kepada anak untuk dimengerti dan diamalkan (Abu Tauhid, 1990:77).
k        Metode Pemberian Hukuman (sanksi)
Hukuman adalah tindakan tegas.( Muhammad Qutb, 1984:341). Adapun metode pemberian hukuman yang dimaksud di sini adalah suatu tindakan tegas yang dilakukan oleh guru (orang tua) kepada anak, baik dalam wujud tindakan psikis, maupun fisik agar anak sadar dan tidak mengulangi kesalahan yang ia perbuat dan bersedia memperbaiki tingkah lakunya sesuai dengan aturan yang ada.

1.      Pendidikan Keimanan/Aqidah
Menurut Abdullah Nasikh Ulwan, pendidikan akhlak ialah serangkaian sendi moral, keutamaan tingkah laku dan naluri yang wajib di lakukan anak, diusahakan dan dibiasakan sejak ia mumayyiz dan ma mpu berfikir sehingga menjadi mukallaf, berangsur memasuki usia pemuda dan siap menyongsong kehidupan (Abdullah Nasikh Ulwan,1992:196).
Berbeda menurut Prof. Dr. Moh. Athiyah al Abrasyi yang mengatakan bahwa pendidikan akhlak adalah suatu pembinaan dan bimbingan kepada anak dimanapun ia berada, melalui contoh-contoh yang baik dan tauladan yang sempurna (Athiyah,1993:119). Selain itu pendidikan tidak dimaksudkan untuk mencekoki anak tentang hal-hal yang fadhilah (kebaikan-kebaikan) saja dan juga tentang hal-hal yang radhilah (keburukan-keburukan).
Pendidikan akhlak itu meliputi 2 syarat seperti yang telah di kemukan oleh Al Ghazali tentang hakikat akhlak, yaitu :
a.    Perbuatan itu harus konstan, yaitu dilakukan berulang kali (kontinew) dalam bentuk yang sama, sehingga dapat menjadi kebiasaan.
b.    Perbuatan yang konstan itu harus tumbuh dengan mudah sebagai wujud reflektif dari jiwanya tanpa pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan karena adanya tekanan-tekanan, paksaan dari orang lain atau pengaruh-pengaruh dan bujukan-bujukan yang indah dan sebagainya (Zainudindkk,1991:.102) 
Menurut Prof. Dr. Hj. Zakiah Darajat, bahwa pendidikan akhlak perlu dilakukan dengan cara :
1.    Menumbuhkan kembangkan dorongan dari dalam, yang bersumber pada Iman dan Takwa.
2.    Meningkatkan pengetahuan tentang akhlak Al Qur’an lewat ilmu pengetahuan, pengamalan dan latihan, agar dapat membedakan mana yang baik dan mana yang jahat.
3.    Meningkatkan pendidikan kemauan, yang menumbuhkan pada manusia kebebasan memilih yang baik dan melaksanakannya.
4.    Latihan untuk melakukan yang baik serta mengajak orang lain untuk bersama-sama melakukan perbuatan baik tanpa paksaan.
5.    Pembiasaan dan pengulangan melaksanakan yang baik, sehingga perbuatan baik itu menjadi keharusan moral dan perbuatan akhlak terpuji, kebiasaan yang mendalam, tumbuh dan berkembang secara wajar dalam diri manusia (Zakiah Daradjat,1995:12).
Adapun tujuan pendidikan akhlak adalah membentuk akhlak yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbuatan, bijaksana, ikhlas dan suci(Athiyah,1993:.104). Terbentuknya moralitas yang baik merupakan terminal akhir dari pernyataan final pendidikan akhlak, wujudnya berupa perilaku-perilaku disiplin dan berkepribadian yang baik. Tujuan yang sebenarnya dari pendidikan akhlak juga memperhatikan masalah-masalah pendidikan jasmani, akal dan ilmu.
Tujuan pendidikan akhlak tidak hanya memberikan pengertian dan pemahaman kepada siswa-siswi, tentang masalah akahlak dan arti pentingnya saja, tetapi pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari menjadi tujuan yang lebih penting dari pendidikan akhlak. Pembinaan akhlak didalam dunia pendidikan lebih dititik beratkan pada pembentukan mental anak atau remaja agar tidak mengalami penyimpangan (Sudarsono,1991:148). Dengan demikian akan mencegah terjadinya “Juvenile Delengueney” (kenakalan remaja atau anak). 

Untuk membekali keimanan kepada para anak asuh, pihak Panti Asuhan melaksanakan berbagai kegiatan keagamaan yang mendorong keimanan para anak asuh tertanam dengan mantap. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh Panti Asuhan Sinar Melati II dalam mendukung  aqidah Islam diantaranya adalah:
a.       Pengajian anak asuh dan wali asuh setiap sebulan sekali.
b.      Pengajian para dermawan dan ibu-ibu
c.       Belajar al-Qur’an dengan pengasuh setelah pulang sekolah (Wawancara Harjanto, Pengasuh,tanggal 27 Juni 2009)
Pelaksanaan kegiatan tersebut diatas,merupakan salah satu pendidikan keimanan, yang menambah pengetahuan keimanannya, sehingga dengan iman atau aqidah yang benar maka kehidupannya  tidak akan menjurus kepada kemusyrikan. Pendidikan keimanan dapat diartikan juga sebagai sejumlah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik (murabbi) terhadap anak didiknya untuk menjaga, meningkatkan kualitas dan menyempurnakan keimanan mereka. Karena hati dan badan manusia sangat membutuhkan pendidikan agar keduanya mampu berkembang dan bertambah hingga meraih kesempurnaan dan kebaikan. Dengan kata lain, pendidikan keimanan juga merupakan usaha untuk menjadikan anak didik sebagai seorang yang patuh mengerjakan seluruh perintah Allah dan mengikuti petunjuk Rasulullah Saw. Yang kedua ini meliputi dua hal yaitu: (1) Membenarkan risalah yang dibawanya tanpa sedikitpun ada keraguan terhadapnya apa lagi menentangnya; (2) Menjalankan seluruh perintahnya tanpa sedikitpun terhalang oleh syahwat dan hawa nafsu (Wawancara dengan Ustad Nur Hamid, Pengajar Aqidah  tanggal  25 Juni 2009 ).
Untuk mencapai kesemuanya itu membutuhkan sebuah sarana yang dapat menuju kepada keimanan yang sempurna. Adapun yang menjadi sarana keimanan adalah (1) Mentadabburi tanda-tanda kekuasaan Allah beserta luasnya Rahmat dan Hikmah-Nya, yang terbentang dihadapan manusia ini. Ini dilakukan dengan memahami fenomena ayat kauniyah dan sebagai upaya meningkatkan keimanan kepadanya. Islam mengajarkan Iqra (bacalah); (2) Mengingat kematian. Dengan mengingat kematian, maka kita tersadarkan akan perlunya beriman pada hari kebangkitan manusia dari alam kubur dan adanya pembalasan manusia atas amalannya di dunia; (3) mendalami makna ibadah.
Dalam pembekalan keimanan ini melaksanakan pengajaran dengan mendatangkan nara sumber dan juga dari pengasuh sendiri yang dikemas dalam bentuk  pengajian maupun klasikal yang waktunya dilaksanakan pada  pulang sekolah. Biasanya jam 14:00 WIB dam malam hari setalah magrib dan Isya’. 
Ada juga  yang digunakan dalam menyampaikan pembekalan keimanan ini, yang dilakukan di Panti Asuhan Pakembinangun  Pakem Sleman, langsung  dengan ceramah yang dilakukan oleh ketua pengasuh,dengan bentuk pengajian  rutin yang harus diikuti oleh semua anakasuh dan pengasuh dalam seminggu sekali.
Metode ini digunakan biasanya untuk menyampikan materi  yang langsung diucpkan oleh Ustad atau Pengasuh dan paraanak asuh mendengarkan apa yang disampikan oleh penceramah tersebut.  misalkan ceramah yang disampikan oleh Bapak H Sigit Warsito,M.A. yang temanya tentang kematian sebagai salah satu bentuk yang harus diimani oleh setipa muslim bahwa manusia akan meninggalkan dunia,dan amal perbuatannya akan dimintai pertanggng jawaban diakhirat nanti. Beliau mengutip  salah satu firman Allah yang berbunyi:

ولنبلونكم بشيء من الخوف والجوع ونقص من الاموال والانفس والثمرات وبشر الصابرين الذين اذا اصابتهم مصيبة قالوا انا لله وانا اليه راجعون (البقرة: 155- 156)

"Dan sungguh akan kami berikan cobaan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buhan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka, berkata, "innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun." (Al-Baqarah: 155-156)

 Ajaran Islam membolehkan orang menangisi kepergian orang yang meninggal tetapi tidak boleh meratapinya. Karena menangisi adalah peristiwa manusiawi anugerah dari Allah untuk meringankan sebagian beban kegundahan hati, tetapi meratap, ada terselip rasa tidak ikhlas melepas kepergian orang yang dicintainya sebagai bagian dari ketentuan Allah. Dan langit belum terbuka untuk menerima ruh yang akan menghadap kepada Tuhan sampai keluarganya merelakannya. Kita tak pernah mungkin terlepas dari kehendak Allah.
Allah Swt berfirman dalam surah al-A'raaf ayat 34, "Dan setiap umat mempunyai batas waktu (ajal), maka apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak akan dapat mengundurkannya sesaat pun dan mereka tidak dapat pula memajukannya." Demikian pula Rasullullah Saw bersabda: "Perbanyaklah kalian mengingat mati, sebab seorang hamba yang banyak mengingat mati, maka Allah akan menghidupkan hatinya dan Allah akan meringankan baginya rasa sakit saat kematian."
Kemudian dia juga menggunakan cerita yang di ambil dari hadis seperti “Pada suatu hari, Rasulullah Saw. keluar menuju masjid. Tiba-tiba beliau mendapati suatu kaum sedang mengobrol dan tertawa. Maka beliau bersabda:
"Ingatlah kematian, Demi Zat yang nyawaku berada dalam kekuasaan-Nya, kalau kamu mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kamu akan tertawa sedikit dan banyak menangis( al-Ghazali, 1997:402)
Rasulullah mengatakan bahwa dzikrul maut (ingat mati) itu adalah salah satu upaya menghidupkan hati kita. Benar, jika manusia yang hatinya disibukkan, maka tidak akan tampak pengaruhnya. Jalan ke arah itu adalah dengan mengosongkan hatinya dari selainnya dan memikirkannya sebagaimana ia memikirkan perjalanannya yang dimaksudkannya di daratan dan lautan. Sehingga berkuasa dalam hatinya adalah tafakur terhadap kematian dan bersiap-siap menghadapinya.
Pada akhirnya, kita berharap hidup ini penuh berkah dari Allah. Sebaliknya, kita selalu siap dengan maut yang akan menjemput. Kalau bisa, di rumah disediakan kain kafan, agar kita selalu ingat akan mati sehingga kita dapat mengisi hidup ini dengan kualitas ibadah yang tinggi. Makin banyak ingat mati, kita makin sadar bahwa dunia ini tidak ada apa-apanya. Kita bekerja keras, tapi itu semua hanya untuk bekal pulang. Jangan takut berpisah di dunia karena di akhirat nanti kita akan dipertemukan, insya Allah.
Hal ini sesuai dengan firman Alllah SWT yang berbunyi:
وعلى الله فليتوكل المؤمنون  (المائدة: 11)

"Kepada Allah hendaklah berserah diri tiap orang yang beriman." (Depag,1997: 159)

Ayat di atas memerintahkan kepada kita sebagai umat Islam agar selalu menyerahkan, menggantungkan diri dan mengharapkan segala sesuatu kepada Allah. Setelah kita lakukan berbagai ikhtiar dan mencurahkan segenap kemampuan dalam suatu kegiatan, lalu kita serahkan sepenuhnya kepada Allah dengan memohon agar Allah membuka pintu keberhasilan usaha itu.
Dengan demikian, tawakkal bukan berarti menyerah tanpa usaha hanya menanti apa saja yang akan terjadi dengan berpeluk-lutut, berpangku tangan dan bergantung kepada nasib atau masa bodoh. Tawakkal juga bukan hanya sekedar menerima ketentuan Allah dengan tidak mencari jalan menghindarkan diri darinya. Sebab menurut ajaran Islam setiap usaha tidak terlepas dari ikhtiar. Bahkan, Nabi saw pernah menegur seorang sahabat yang melepaskan untanya tanapa diikat dengan maksud tawakkal kepada Allah. Kemudian beliau bersabda:
اعقلها فتوكل. ( رواه ابن حبان)

"Ikatlah untamu itu barulah kamu bertawakkal." (HR. Ibnu Hibban)(Ghazali Mukri: 1995;1)

Jadi tawakkal ialah berpegang jiwa kepada Allah terhadap keselamatan panca indera, alat-alat kerja, kesempurnaan pekerjaan dan kelengkapan amal ibadah ke hadirat Allah, serta menyempurnakan segala yang dituntut akal pikiran dan jalan-jalan yang telah dibiasakan. Sehingga apabila kita dengan sepenuh hati dan kemampuan mencoba berikhtiar, kemudian berserah diri kepadanya, maka sebagaimana janji Allah tentu kita akan memperoleh limpahan kenikmatan sebagai hasil upaya kita. Dalam ini Nabi saw bersabda:
لو انكم تتوكلون على الله حق توكله لرزقتم كما يرزق الطير تغدوا خماصا وتروح بطانا

"Sekiranya kamu benar-benar berserah diri sepenuhnya kepada Allah, maka kamu akan diberikan Allah rizki seperti rizki yang diberikan kepada burung-burung, yang waktu pagi perutnya kosong, tapi kembali sore harinya perutnya kenyang" (HR. Tirmizi)(Ghazali Mukri,1995:2).

Setiap binatang atau makhluk yang bernyawa rizkinya ditanggung Allah SWT seperti tersebut dalam firman-Nya yang artinya:
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun yang di bumi melainkan Allah-lah yang memberinya rizki, dan Dia mengetahui tempat berdiamnya binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam kitab yang nyata." (Q.S. Hud: 6) (Depag,1997;327)

Walaupun Allah SWT menangung rizki tiap makhluk hidup, tetapi Allah sekali-kali tidak membenarkan makhluk-Nya yang hanya berpangku tangan tanpa usaha. Dalam hal ini Anas ra. Pernah bercerita,
"Pada masa Nabi saw masih hidup ada dua orang bersaudara. Salah seorang selalu dekat kepada majlis ta'lim yang diasuh oleh Nabi, sedang yang kedua giat bekerja. Pada suatu hari saudara yang bekerja itu mengadu kepada Nabi tentang keadaan saudaranya yang tidak mau bekerja itu. Mendengar keluhan itu lalu Nabi bersabda: "mungkin kamu diberi rizki karena dia."  (HR. Tirmizi)(Ghazali Mukri,1995:2)

Nabi Daud AS juga pernah memberi pelajaran kepada puteranya sebagai berikut: "Sesungguhnya ada tiga hal yang menunjukkan ketawakkalan seseorang: (1) Penuh tawakkal dalam hal yang tidak dicapai. (2) Rela terhadap apa yang diperoleh, dan (3) Sabar menghadapi kegagalan.(Ghazali Mukri,1995:2).
Berdasarkan hadits itu kita dituntut untuk berusaha semaksimal mungkin sebagai jalan yang diridhoi Allah. Selain itu kita juga diperintahkan bertawakkal kepada Allah Dzat Yang Maha Kuasa dan Maha Penentu terhadap nasib seseorang. Kita bertawakkal kepada Allah agar usaha kita lebih kuat dan lengkap, agar bibit putus asa dan pesimisme yang senantiasa bersemayam di relung hati kita lenyap, dan tumbuhnya spirit kita untuk usaha lebih giat dan rajin.

و انك لعلي خلق عظيم   (القلم : 4)
Artinya:  “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (Qs. Al Qalam: 4).(Depag,1997:960).
ان تبدوا خيرا اوتخفوه اوتعفوا عن سوء فان الله كان عفوا قديرا
( النساء : 149 )
Artinya: “Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain). Maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.” (Qs. An Nisa’ : 149).(Depag, 1997:147).
وعباد الرحمن الذ ين يمشون علي الارض هونا واذا خاطبهم الجاهلون قالوا سلما ( الفرقان : 63 )
Artinya: “Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan yang maha penyayang ialah mereka yang berjalan di muka bumi dengan kesopanan dan apabila orang-orang bodoh menghadapkan perkataan kepada mereka, maka mereka selalu menjawab “selamat”. (Qs. Al-Furqan; 63).  Di samping ayat-ayat Al-Qur’an tersebut diatas, dalam hadits-hadits Rasulullah juga terdapat hal-hal yang menyatakan tentang pentingnya akhlak.
Dalam Hadits Nabi bersabda :
اثقل مايوضع في الميزان يوم القيامة تقوي الله وحسن الخلق
Artinya : “Timbangan paling berat dari apa yang di letakkan di atas neraca hari kiamat adalah taqwa kepada Allah dan Akhlak yang baik.”( Muhammad al-Ghazali,1993: 18).
اتق الله حيثما كنت واتبع السي الحسنة تمحها وخلق الناس يخلق حسن
 )رواه الترمذي )
Artinya: “Takutlah kepada Allah dimana saja engkau  berada, dan ikutilah suatu kejelekan itu dengan kebaikan, dan ikutilah suatu kejelekan itu dengan kebaikan, maka kebaikan itu dapat menghapus kejelekan tadi, juga pergaulilah seluruh manusia dengan budi pekerti yang bagus.” (HR. Tirmidzi). .”( Muhammad al-Ghazali,1993:503).

اكمال الموء منين ايمانا احسنهم خلقا ) رواه احمد و ابوداود وغيره )
Artinya: “Sempurna-sempurna orang mukmin perihal keimanannya ialah yang terbagus akhlaknya diantara mereka.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan lainnya.
a)              Tanggung jawab
Untuk mendidik tanggung jawab sebagai salah satu dari bagian pendidikan akhlak  pihak Panti Asuhan Sinar Melati menerapkan membuat semacam buku kegitan harian yang perlu di isi oleh anak asuh selama sehari dalam kegitannya baikdi luar maupun di dalam panti, tidak hanya mereka juga diberi tanggung jawab yang berupa piket kebersihan kamar mandi atau WC dan halaman panti secara kelomopk.(wawancara Fidiyanto Anak Asuh, tanggal 23 Juni 2009).
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab dapat diartikan sebagai perwujudan kesadaran akan suatu kewajiban. Setiap individu dituntut untuk mampu mempertanggung jawabkan setiap apa yang dipikirkan, dikatakan ataupun dilakukan, melalui tindakan-tindakan yang sesuai.
Rasa tanggung jawab ini sangat penting dalam kehidupan manusia baik dalam konteks sosial maupun individual. Keharusan bertanggung jawab atas segala sesuatu merupakan sistem kontrol nilai-nilai masyarakat, maupun individual dalam pandangan Tuhan. Tanggung jawab berfungsi sebagai pencipta keharmonisan hidup bermasyarakat maupun individual. (Karena akhlak itu bersifat abstrak, maka untuk mengetahuinya dapat dilihat melalui tanda-tandanya. Adapun tanda-tanda manusia berakhlak mulia anatara lain:
a.       Takut Malu
b.      Tidak senang menyakiti orang lain.
c.       Banyak berbuat kebaikan
d.      Berkata benar atau jujur.
e.       Peramah baik tutur kata dan jelas.
f.       Waro’I
g.      Sabar dan pasrah diri kepada Allah serta syukur.
h.      Tidak sombong.
i.        Tawadlu’
j.        Bertakwa (Abu Tauhid,1978:55).

Ketika lepas dari pengawasan (aturan), orang sering menjadi tidak taat pada apa yang seharusnya. Karena itu pendidikan akhlak harus disertai dengan kontrol moral agar menjadi efektif. Sebab dalam prakteknya, tanpa disertai dengan aturan atau norma moral kadang belum bisa terbentuk.
Kemudian ada beberapa faktor yang ikut mendukung keberhasilan pendidikan akhlak. Faktor tersebut adalah : Tujuan, pendidik, anak didik, alat dan lingkungan (millew).(Sutari Iman Barnadib,1989:35).
 Allah mewajibkan manusia untuk mempertanggung jawabkan segala sesuatu yang ada padanya. Diantara ayat-ayat Allah tentang kewajiban tanggung jawab adalah Al-Qur'an surat Al-Anfal ayat 27:
ياايها الذين امنوا لا تخون الله والرسول وتخونوا امنتكم وانتم تعلمون
"Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengkhianati allah dan rasul (muhammad) dan janganlah kamu menkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kamu sedang kamu mengetahui"
(Al-Anfal: 27) (Depag,1997:264).

Demikian juga sabda Rasulullah Saw selalu menekankan adanya tanggung jawab dalam diri setiap individu sebagaimana sabdanya:
كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته  (رواه البخاري ومسلم)
"..... Kamu sekalian masing-masing adalah pemimpin dan setiap kamu diminta pertanggung jawabnya tentang kepemimpinannya"


b)  Sabar dan Ikhlas
Sikap sabar dan ikhlas ini terlihat pada waktu mereka melaksanakan kegiatan-kegiatan baik yang berupa ibadah, sosial maupun tanggung jawab yang diberikan oleh pihak pengasuh, misalkan dalam mengikuti pengajian, shalat berjamaah, bersekolah, mereka semua mengikuti sampai selesai. Dan juga kesabaran dan keikhlasan ditunjukkan juga oleh pengasuhnya. Hal ini, untuk melatih para anak asuh supaya dalam menjalani kehidupan nanti di masyarakat perlu didasari dengan sabar dan ikhlas( Observasi, pada tanggal 28 Juni 2009).
Sabar dan besar hati artinya mau menerima keadaan apapun dalam menghadapi cobaan dan rintangan dengan tabah. Sedangkan ikhlas dalam ucapan dan tindakan merupakan bagian dari integritas iman dan fondasi Islam. Allah tidak akan menerima amal kecuali bila dikerjakan dengan ikhlas. Masalah ini secara meyakinkan terdapat di dalam kitab Allah dan melalui lisan Nabi Muhammad Saw yang berbunyi:
وما امرو إلا ليعبدوا  الله مخلصين له الدين حنفاء ويقيموا الصلوة ويؤتون الزكاة وذلك دين القيمة  (البينة: 5)
Artnya: "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah kepada Allah dengan ketaatan yang tulus ikhlas kepada-Nya dalam menjalankan agama, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat; dan demikian itulah agama yang lurus."
(Al-Bayyinah: 5)(Depag,1997: 1084).
Dalam firmannya yang lain Allah berfirman:
واصبر فان الله لايضيع اجر المحسنين (هود: 115)
"Dan bersabarlah, karena Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Hud:115)(Depag,1997:345).

Diriwatkan pula oleh Bukhari dan Muslim, bahwa Nabi saw. bersabda:
"Sesungguhnya perbuatan itu bergantung kepada niat, dan bagi setiap orang itu sesungguhnya apa yang diniatkannya."

Dalam hadis lain dikatakan:
إن الله عز وجل لا يقبل من العمل إلا ما كان له خالصا وابتغى به وجهه

"Sesungguhnya Allah hanya menerima amal yang ikhlas, yang dalam berbuat ditujukan hanya kepada-Nya" (Abdullah Nasih Ulwan,1992:175).

Maka dari itu, andaikata kita beramal dengan tulus, pada saat yang sama, kita akan berbahagia dan sekaligus akan diangkat kemuliaan kita oleh Allah Swt. Dengan demikian, hidup yang kita jalani akan lebih bermakna bagi dunia dan berarti bagi akhirat. Sehingga tidak diragukan lagi, bahwa siap menghadapi kemungkinan buruk dengan pikiran yang jernih dan hati yang ikhlas adalah sikap yang tepat dan baik serta akan membuat orang yang bersangkutan lebih mudah melalui dan mengatasinya.
c)  Kejujuran
Salah satu contoh kejujuran yang terlihat dalam Panti Asuhan adalah setiapanak asuh yang sudah dikasih jadwal atau piket kebersihan untuk membersihkan halaman Panti mislanya, tanpa ada pengasuh mereka tetapmelaksanakan tugasnya masing-masing. Jujur merupakan sifat baik anak yang nantinya mau dan mampu mengatakan fakta apa adanya akan segala sesuatu yang dilihat, diperbuat, dan dilakukan tanpa melebihkan dan menguranginya. Islam sangat menaruh perhatian yang besar sekali kepada para pemeluknya supaya menjadi manusia yang jujur dan dapat dipercaya.
Bersikap dan berkata jujur termasuk sifat akhlak dan sendi penegak kepribadian Islam. Bersikap dan berkata bohong tergolong perangai hina dan merupakan pintu utama yang paling banyak menggelincirkan orang ke sarang kesesatan. Bohong menghancurkan jiwa dan menghina kepribadian manusia. Oleh karena itu Islam memandang kebohongan sebagai penyakit yang terkutuk, seperti yang diutarakan oleh Rasulullah Saw dalam sabdanya:
"Hendaklah kalian menghias diri dengan kejujuran, karena kejujuran itu membimbing orang pada kebaikan, dan kebaikan itu mengawal orang ke surga, dan selama orang itu senantiasa bersikap jujur, sehingga Allah menetapkannya sebagai orang Shiddiqan (jujur). Dan hendaklah kalian menjauhkan diri dari kebohongan, karena kebohongan itu menggiring orang pada kejahatan, dan sesungguhnya kebohongan itu menjerumuskan orang ke api neraka. Dan orang yang selalu berbohong Allah menetapkannya sebagai Kadz-dzaaban (pembohong)." (HR. Muttafaqun 'alihi)(Muna  Hadad Yakan,1990: 41).

 *Dosen FITK UNSIQ, peengampu Makul Metodologi Pembelajaran.
Previous Post Next Post