PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Sumber Tugas-tugas Perkembangan
Robert Havighrust (Adam & Gullota, 1983) melalui perspektif
psikososial berpendapat bahwa periode yang beragam dalam kehidupan individu
menuntut untuk menuntaskan tugas-tugas perkembangan yang khusus. Tugas-tugas
ini berkaitan erat dengan perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan,
pengalaman beragama, dan hal lainnya sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan
kebahagiaan hidupnya.
Selanjutnya Havighrust (1961) mengartikan tugas-tugas perkembangan
itu sebagai berikut :
A developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the individual, successful achievement of which leads to his happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the individual, disapproval by society and difficulty with later task. Maksudnya, bahwa tugas perkembangan itu merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya; sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.
A developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the individual, successful achievement of which leads to his happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the individual, disapproval by society and difficulty with later task. Maksudnya, bahwa tugas perkembangan itu merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya; sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku, atau
keterampilan yang seyogianya dimiliki oleh individu, sesuai dengan usia atau
fase perkembangannya. Hurlock (1981) menyebut tugas-tugas perkembangan ini
sebagai ini sebagai social expectations. Dalam arti, setiap kelompok budaya
mengharapkan anggotanya menguasai keterampilan tertentu yang penting dan
memperoleh pola perilaku yang disetujui bagi berbagai usia sepanjang rentang
kehidupan. Setiap individu tumbuh dan berkembang selama perjalanan kehidupannya
melalui beberapa periode atau fase-fase perkembangan. Setiap fase perkembangan
mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik
oleh setiap individu. Sebab, kegagalan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan
pada fase tertentuakan memperlancar pelaksanaan tugas-tugas perkembangan pada
fase berikutnya.
Seorang ahli psikologi yang dikenal luas dengan teori-teori tugas-tugas perkembangan adalah Robert J. Havighust (Hurlock, 1990). Dia mengatakan bahwa tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Tugas-tugas perkembangan tersebut beberapa diantaranya muncul sebagai akibat kematangan fisik, sedangkan yang lain berkembang karena adanya aspirasi budaya , sementara yang lain lagi tumbuh dan berkembang karena nilai-nilali dan aspirasi individu. Munculnya tugas-tugas perkembangan, bersumber pada faktor-faktor berikut :
Seorang ahli psikologi yang dikenal luas dengan teori-teori tugas-tugas perkembangan adalah Robert J. Havighust (Hurlock, 1990). Dia mengatakan bahwa tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Tugas-tugas perkembangan tersebut beberapa diantaranya muncul sebagai akibat kematangan fisik, sedangkan yang lain berkembang karena adanya aspirasi budaya , sementara yang lain lagi tumbuh dan berkembang karena nilai-nilali dan aspirasi individu. Munculnya tugas-tugas perkembangan, bersumber pada faktor-faktor berikut :
1.
Kematangan
fisik, misalnya : Belajar berjalan karena kematangan otot-otot kaki, belajar
bertingkah laku, bergaul dengan jenis kelamin yang berbeda pada masa remaja
karena kematangan organ-organ seksual.
2.
Tuntutan
masyarakat secara kultural, misalnya : Belajar membaca, menulis, berhitung, dan
berorganisasi.
3.
Tuntutan
dari dorongan dan cita-cita individu sendiri, misalnya : Memilih pekerjaan, teman
hidup.
4.
Tuntutan
norma agama, misalnya : Taat beribadah kepada Alloh, berbuat baik kepada sesama
manusia.
Tugas-tugas
perkembangan mempunyai tiga macam tujuan yang sangat bermanfaat bagi individu
dalam menyelesaikan tugas perkembangan, yaitu sebagai berikut :
1.
Sebagai
petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari
mereka pada usia-usia tertentu.
2.
Memberikan motivasi kepada setiap individu
untuk melakukan apa yang diharapkan oleh kelompok sosial pada usia tertentu
sepanjang kehidupannya.
3.
Menunjukkan
kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa
yang diharapkan dari mereka jika nantinya akan memasuki tingkat perkembangan
berikutnya.
Tugas-tugas
perkembangan ada yang dapat diselesaikan dengan baik, ada juga yang mengalami
hambatan. Tidak dapat diselesaikannya dengan baik suatu tugas perkembangan
dapat menjadi suatu bahaya potensial yang menjadi penghambat penyelesaian tugas
perkembangan, yaitu sebagai berikut :
1.
Harapan-harapan
yang kurang tepat, baik individu maupun lingkungan sosial mengharapkan perilaku
di luar kemampuan fisik maupun psikologis.
2.
Melangkahi
tahap-tahap tertentu dalam perkembangan sebagai akibat kegagalan menguasai
tugas-tugas tertentu.
3.
Adanya
krisis yang dialami individu karena melewati satu tingkatan ke tingkatan yang
lain.
B. Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja
Tugas-tugas perkembangan remaja adalah sikap dan perilaku dirinya
sendiri dalam menyikapi lingkungan di sekitarnya. Perubahan yang terjadi pada
fisik maupun psikologisnya menuntut anak untuk dapat menyesuaikan diri dalam
lingkungan dan tantangan hidup yang ada dihadapannya. Tugas-tugas perkembangan
pada masa remaja yang disertai oleh berkembangnya kapasitas intelektual, stres
dan harapan-harapan baru yang dialami remaja membuat mereka mudah mengalami
gangguan baik berupa gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku.
Stres, kesedihan, kecemasan, kesepian, keraguan pada diri remaja membuat mereka
mengambil resiko dengan melakukan kenakalan (Fuhrmann, 1990).
C.Tujuan Tugas Perkembangan
Tugas-tugas dalam perkembangan mempunyai tiga macam tujuan yang
sangat berguna. Pertama, sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa
yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu. Misalnya, orang
tua dapat dibimbing dalam mengajari anak-anak mereka yang masih kecil untuk
menguasai berbagai keterampilan. Dengan pengertian bahwa masyarakat
mengharapkan anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan tersebut pada
usia-usia tertentu dan bahwa penyesuaian diri mereka akan sangat dipengaruhi
oleh seberapa jauh mereka berhasil melakukannya. Kedua, dalam memberi motivasi
kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan dari mereka oleh
kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupan mereka. Dan akhirnya,
menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan
tindakan apa yang diharapkan dari mereka kalau sampai pada tingkat perkembangan
berikutnya. Penyesuaian diri kepada situasi baru selalu sulit dan selalu
disertai dengan bermacam-macam tingkat ketegangan emosional. Tetapi sebagian
besar kesulitan dan ketegangan ini dapat dihilangkan kalau individu sadar akan
apa yang akan terjadi kemudian dan secara bertahap mempersiapkan diri.
Anak-anak yang menguasai keterampilan-keterampilan sosial, diperlukan untuk
menghadapi kehidupan sosial remaja yang baru, akan lebih mudah menyesuaikan
diri dengan lawan jenisnya bila mereka mencapai usia remaja, dan yang baru
menginjak dewasa akan lebih mudah melewati masa peralihan ke masa usia
pertengahan. Dan tidak terlampau mengalami ketegangan kalau mereka secara
bertahap menciptakan kegiatan-kegiatan waktu senggang dengan berkurangnya
tanggung jawab sebagai orang tua.
D. Bahaya Tugas-tugas Perkembangan
Karena tugas-tugas perkembangan memegang peranan penting untuk
menentukan arah perkembangan yang normal, maka apapun yang menghalangi
penguasaan sesuatu dapat dianggap sebagai bahaya potensial. Ada tiga macam bahaya potensial yang umum
berhubungan dengan tugas-tugas dalam perkembangan. Pertama, harapan-harapan
yang kurang tepat, baik individu sendiri maupun lingkungan sosial mengharapkan
perilaku yang tidak mungkin dalam perkembangan pada saat itu karena
keterbatasan kemampuan fisik maupun psikologis. Bahaya potensial kedua adalah
melangkahi tahap tertentu dalam pengembangan sebagai akibat kegagalan menguasai
tugas-tugas tertentu. Krisis yang dialami individu ketika melewati satu
tingkatan ke tingkatan yang lain mengandung bahaya potensial ketiga yang umum
yang muncul dari tugas-tugas itu sendiri. Sekalipun individu berhasil menguasai
tugas pada suatu tahap secara baik, namun keharusan menguasai sekelompok
tugas-tugas baru yang tepat untuk tahap berikutnya pasti akan membawa
ketegangan dan tekanan kondisi-kondisi yang dapat mengarah pada suatu krisis.
Misalnya, orang yang masa kerjanya akan berakhir sering mengalami “krisis
pensiun”, dimana ia merasa bahwa prestise dan kepuasan pribadi yang berhubungan
dengan pekerjaan akan berakhir juga. Lambat atau cepat semua orang akan sadar
bahwa mereka diharapkan menguasai tugas-tugas tertentu pada berbagai periode
sepanjang hidup mereka. Setiap individu juga menjadi sadar bahwa dirinya
“terlalu cepat”, “terlambat” atau “tepat” dalam kaitannya dengan tugas-tugas
ini. Kesadaran inilah yang mempengaruhi sikap dan perilaku mereka sendiri,
demikian pula sikap orang lain terhadap mereka.
E. Tugas-tugas Perkembangan Remaja dan Pengukurannya
Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa
(fase) remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus
perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada
perkembangan masa dewasa yang sehat (Konopka, dalam Pikunas, 1976; Kaczman
& Riva, 1996). Masa remaja ditandai dengan :
1.
berkembangnya
sikap dependen kepada orangtua ke arah independent.
2.
Minat
seksualitas; dan
3.
Kecenderungan
untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika, dan isu-isu
moral (Salzman dan Pikunas, 1976).
Erikson (Adams & Gullota, 1983:36-37; Conger, 1977: 92-93)
berpendapat bahwa remaja merupakan masa remaja merupakan masa berkembangnya
identity. Identity merupakan vocal point dari pengalaman remaja, karena semua
krisis normatif yang sebelumnya telah memberikan kontribusi kepada perkembangan
identitas ini. Erikson memandang pengalaman hidup remaja berada dalam keadaan
moratorium, yaitu suatu periode saat remaja diharapkan mampu mempersiapkan
dirinya untuk masa depan, dan mampu menjawab pertanyaan ‘siapa saya?’. Dia
mengingatkan bahwa kegagalan remaja untuk mengisi atau menuntaskan tugas ini
akan berdampak tidak baik bagi perkembangan dirinya. Apabila remaja gagal dalam
mengembangkan rasa identitasnya, maka remaja akan kehilangan arah, bagaikan
kapal yang kehilangan kompas. Dampaknya, mereka mungkin akan mengembangkan
perilaku yang menyimpang (delinquent), melakukan kriminalitas, atau menutup
diri (mengisolasi diri) dari masyarakat. Mulai dari Erikson, banyak para ahli
psikologi memandang bahwa identity formation (pembentukan identitas/jati diri)
merupakan tugas perkembangan utama bagi remaja. Jika remaja gagal atau tidak
mendapat kepuasan dalam menjawab pertanyaan ‘Siapa saya?’ dan ‘Mengapa saya?’
maka mereka akan mengalami ‘peperangan’ dlam dirinya. Pikunas juga mengemukakan
pendapat William Kay, yaitu bahwa tugas perkembangan utama bagi remaja adalah
memperoleh kematangan sistem moral untuk membimbing perilakunya. Kematangan
remaja belumlah sempurna, jika tidak memiliki kode moral yang dapat diterima
secara universal. Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada
pusaka penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan
mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa.
Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam
sikap dan pola perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-lakilah dan
anak perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas tersebut
selama awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat. Kebanyakan
harapan ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa remaja muda akan meletakkan
dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku. Penelitian singkat
mengenai tugas-tugas perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan
seberapa jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul dari
perubahan itu sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-tugas
perkembangan dalam waktu yang relatif singkat yang dimiliki oleh remaja Amerika
sebagai akibat perubahan usia kematangan yang sah menjadi delapan belas tahun,
menyebabkan banyak tekanan yang mengganggu para remaja. Tugas-tugas
perkembangan fase remaja ini sangat berkaitan dengan perkembangan kognitifnya,
yakni fase operasional formal. Kematangan pencapaian fase kognitif tingkat ini
akan sangat membantu kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya
itu dengan baik. Agar dapat memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan
ini, remaja memeriukan kemampuan kreatif. Kemampuan kreatjf ini banyak diwamai
oleh perkembangan kognitifhya.
Menurut Havighurst (Hurlock,1990), ada Enam tugas perkembangan
remaja yang harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Untuk membantu memahami
tugas-tugas perkembangan tersebut, masing-masing dapat dikaji dari aspek-aspek
hakikat tugas, dasar biologis, dan dasar psikologis, yaitu sebagai berikut :
1.
Mencapai
hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. Karena
adanya pertentangan dengan lawan jenis yang sering berkembang selama akhir masa
kanak-kanak dan masa puber, maka mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis
berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui hal ihwal lawan
jenis dan bagaimana harus bergaul dengan mereka. Sedangkan pengembangan
hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya sesama jenis juga tidak
mudah.
a.
Hakikat
Tugas
Mempelajari peran anak perempuan sebagai wanita dan anak laki-laki
sebagai pria, menjadi dewasa diantara orang dewasa, dan belajar memimpin tanpa
menekan orang lain.
Tujuan :
1. Belajar melihat kenyataan anak wanita sebagai wanita, dan anak
pria sebagai pria;
(2) Berkembang menjadi orang dewasa diantara orang dewasa lainnya;
(3) Belajar bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan
bersama;
(4) Belajar memimpin orang lain tanpa mendominasinya.
b. Dasar Biologis
Secara biologis, manusia terbagi menjadi dua jenis, yaitu laki-laki
dan perempuan. Kematangan seksual dicapai selama masa remaja. daya tarik
seksual menjadi suatu kebutuhan yang dominan dalam kehidupan remaja. Hubungan
sosial dipengaruhi oleh kematangan yang telah dicapai.
c. Dasar Psikologis
Pada akhir masa anak, anak-anak lebih cepat perkembangannya dan
menaruh perhatian untuk bergaul dengan orang lain (teman sebayanya). Pertama
dia bergaul dengan kelompok yang terbatas bersama teman yang sama jenis
kelaminnya. Masa ini sering disebut “Gang Age” bagi pria, meskipun pada anak
wanita pun gejala ini ada, namun tidak sekuat pria. Mereka belajar berperilaku
sebagaimana orang dewasa berperilaku dengan sesamanya, seperti dalam
mengorganisasikan kegiatan-kegiatan olahraga dan sosial, memilih pemimpin, dan
menciptakan peraturan dalam kelompok. Dengan jenis kelamin yang berbeda, mereka
belajar keterampilan-keterampilan sosial orang dewasa, seperti berkomunikasi
yang baik dan memimpin kelompok. Pada usia 14 sampai 16 tahun, mereka sudah
cukup memiliki keterampilan, dan mulai meninggalkan kelompok besar, serta
membentuk kelompok-kelompok kecil, tiga, dua, atau satu orang, sehingga
pergaulan mereka menjadi lebih intim (akrab). Satu hal yang sangat mempengaruhi
remaja adalah dorongan untuk mendapatkan persetujuan kelompok (konformitas). Keberhasilan
remaja dalam menyelesaikan tugas perkembangan ini mengantarkannya ke dalam
suatu kondisi penyesuaian sosial yang baik dalam keseluruhan hidupnya. Namun
apabila gagal, maka dia akan mengalami ketidakbahagiaan atau kesulitan dalam
kehidupannya di masa dewasa, seperti ketidakbahagiaan dalam pernikahan, kurang
mampu bergaul dengan orang lain, bersifat kekanak-kanakan, dna melakukan dominasi
secara sewenang-sewenang. Dalam kelompok sejenis, remaja belajar untuk
bertingkah laku sebagaimana orang dewasa. adapun dalam kelompok lain jenis,
remaja belajar menguasai keterampilan sosial. Remaja putri umumnya lebih cepat
matang daripada remaja putra dan cenderung lebih tertarik kepada remaja putra
yang usianya beberapa tahun lebih tua. Kecenderungan seperti ini akan
berlangsung sampai mereka kuliah di perguruan tinggi. Keberhasilan dalam
melaksanakan tugas perkembangan akan membawa penyesuaian-penyesuaian yang lebih
baik di sepanjang kehidupannya.
d. Dasar Kebudayaan
Kebudayaan dapat membentuk pola hubungan sosial remaja. Pola-pola
ini sangat beragam dari masyarakat satu ke masayarakat lainnya. Pola interaksi
(pergaulan remaja di Negara maju, relatif berbeda dengan remaja di Negara
berkembang; begitupun dengan pola pergaulan remaja yang bermukin di perkotaan
dengan yang di pedesaan. Pola pergaulan itu, baik yang menyangkut persahabatan
maupun percintaan.
e. Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan.
1. Tinggi
Indikatornya: Memiliki sahabat dekat dua orang atau lebih.
Sebagai anggota “klik” dari jenis kelamin yang sama secara mantap.
Dipercaya oleh teman sekelompok dalam posisi tanggung jawab tertentu.
Memiliki penyesuaian sosial yang baik. Banyak meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Berpartisipasi dalam acara teman sebaya.
Memahami dan dapat melakukan keterampilan sosial dalam bergaul dengan teman sebaya. Mau bekerja sama dengan orang lain.
Berusaha memahami pandangan orang lain dalam diskusi kelompok.
Kadang-kadang memberikan tepuk tangan kepada lawan dalam suatu permainan.
Sebagai anggota “klik” dari jenis kelamin yang sama secara mantap.
Dipercaya oleh teman sekelompok dalam posisi tanggung jawab tertentu.
Memiliki penyesuaian sosial yang baik. Banyak meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Berpartisipasi dalam acara teman sebaya.
Memahami dan dapat melakukan keterampilan sosial dalam bergaul dengan teman sebaya. Mau bekerja sama dengan orang lain.
Berusaha memahami pandangan orang lain dalam diskusi kelompok.
Kadang-kadang memberikan tepuk tangan kepada lawan dalam suatu permainan.
2. Sedang
Indikatornya: Memiliki seorang teman dekat. Menjadi anggota “klik”
atau “gank” namun kurang mendapat perhatian. Memiliki kemampuan sosial yang
sedang. Kadang-kadang mau menghadiri acara dengan teman lawan jenis.
Merasa tidak percaya diri, apabila berada dalam kelompok yang beragam.
Mempunyai peran yang netral dalam kegiatan kelompok
Merasa tidak percaya diri, apabila berada dalam kelompok yang beragam.
Mempunyai peran yang netral dalam kegiatan kelompok
.3. Rendah
Indikatornya: Tidak memiliki teman akrab. Tidak pernah diundang
untuk menghadiri acara kelompok. Sering dikambing hitamkan oleh kelompok
sebaya. Sering balas dendam dengan sikap bermusuhan.Berperilaku penyimpangan
penyesuaian sosial. Sangat malu bergaul dengan lawan jenis.
2. Mencapai peran sosial pria dan wanita.
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah mempunyai
banyak kesulitan bagi anak laki-laki, mereka telah didorong dan diarahkan sejak
awal masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi anak perempuan. Sebagai
anak-anak, mereka diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan peran
sederajat, sehingga usaha untuk mempelajari peran feminin dewasa yang diakui
masyarakat dan menerima peran tersebut, seringkali merupakan tugas pokok yang
memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun.
a. Hakikat Tugas
Mempelajari peran sosial sesuai dengan jenis kelaminnya sebagai pria
atau wanita. Remaja dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau
wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
b. Dasar Biologis
Ditinjau dari kekuatan fisik remaja putri menjadi orang yang lebih
lemah dibandingkan dengan remaja putra. Namun, remaja putri memiliki kekuatan
lain meskipun memiliki kelemahan fisik.
c. Dasar Psikologis
Peranan sosial pria dan wanita memang berbeda, remaja putra perlu
menerima peranan sebagai seorang pria dan remaja putri perlu menerima peranan
sebagai seorang wanita. Meskipun demikian, sering terjadi kesulitan pada remaja
putri, kadang-kadang cenderung lebih mengutamakan ketertarikannya kepada karir,
cenderung mengagumi ayahnya dan kakaknya, serta ingin bebas dari peranan
sosialnya sebagai istri atau ibu yang memerlukan dukungan suami.
d. Dasar Kebudayaan
Peran wanita terus berubah, terutama dalam masyarakat perkotaan.
Peran wanita sekarang lebih diberikan kebebasan daripada para generasi wanita
sebelumnya. Sebagian di antara mereka dapat memilih secara mandiri untuk
bekerja dalam bidang bisnis atau suatu orofesi tertentu, yang sebelumnya mustahil
dapat dilakukan.
e. Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan
e. Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan
1) Tinggi
Indikatornya : Remaja pria matang seksualnya dan melalui siklus
perkembangan pubertas menyenangi acara-acara yang diadakan kelompok yang
beragam jenis kelamin, menyenangi lawan jenis, memelihara diri secara baik,
aktif dalam berolahraga, dan mempunyai minat untuk mempersiapkan diri dalam
suatu pekerjaan yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Remaja wanita memiliki
fisik yang matang dan bersifat feminin dalam penampilan dan berpakaian, menunjukan
sifat mau menerima pernikahan dan peran sebagai istri/ibu, dan menunjukan minat
dan sikap senangnya untuk memelihara bayi.
2) Sedang
Indikatornya : Remaja pria matang seksualnya namun kurang mempunyai
perhatian terhadap remaja wanita. Mempunyai perhatian untuk mengahadiri acara
dalam kelompok yang beragam jenis kelaminnya. Menampilkan ciri-ciri
maskulinitas, namun masih ragu, takut atau menolak perilaku heteroseksualnya. Hanya
menyenangi olahraga yang ringan, dan kurang perhatian untuk memelihara diri.
3) Rendah
Indikatornya: Remaja pria tidak matang fisiknya, tidak mempunyai
interes terhadap remaja wanita, tidak menyenangi olahraga, tubuh atau
penampilannya kurang maskulin, dan perhatian untuk memelihara dirinya seperti 3
atau 4 tahun dibawahnya.Remaja wanita kematangannya terlambat, mungkin tidak
menstruasi, penampilannya seperti anak kecil, penampilannya tomboy, dan senang
bergaul dengan pria.
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif.
Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya
bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep meraka tentang
penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk memperbaiki
konsep ini dan untuk mempelajari cara-cara memperbaiki penampilan diri sehingga
lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan.
a. Hakikat Tugas
Menjadi bangga atau sekurang-kurangnya toleran dengan kondisi
fisiknya sendiri, menjaga dan melindungi, serta menggunakannya secara efektif.
b. Dasar Biologis
Siklus pertumbuhan remaja melibatkan serangkaian perubahan endoctrin
dengan berkembangnya ciri-ciri seksual dan fisik orang dewasa. Perkembangan
remaja disertai dengan pertumbuhan fisik dan seksual. Laju pertumbuhan tubuh
gadis lebih cepat apabila dibandingkan pemuda. Waktunya kini tiba bagi si
remaja untuk mempelajari bagaimana jadinya fisiknya kelak, menjadi tinggi,
pendek, besar atau kurus. Umumnya gadis yang berusia 15 sampai 16 tahun,
tubuhnya mencapai bentuk akhir. Adapun pada pemuda keadaan ini akan dicapai
sekitar usia 18 tahun.
c. Dasar Psikologis
Terjadinya perubahan bentuk tubuh yang disertai dengan perubahan
sikap dan minat remaja. Remaja suka memperhatikan perubahan tubuh yang sedang
dialaminya sendiri. Remaja putri lebih suka berdandan dan berhias untuk menarik
lawan jenisnya manakala dia sudah mulai menstruasi.
d. Dasar Kebudayaan
Masyarakat sangat memperhatikan penampilan fisik dan
pemeliharaannya. Remaja pria dan wanita di ajar untuk menampilkan fisiknya yang
menarik, dan berkembang melebihi teman sebayanya.
e. Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan
1) Tinggi
Indikatornya : Mampu mengarahkan diri dan memelihara kesehatan
secara rutin.
Memiliki keterampilan dalam berolahraga. Mempersepsi tubuh dan jenis kelaminnya secara tepat. Merasa senang untuk menerima dan memanfaatkan fisiknya. Memiliki pengetahuan tentang reproduksi. Menerima penampilan fisiknya secara feminin (wanita) dan maskulin (pria). Memelihara dirinya secara hati-hati.
Memiliki keterampilan dalam berolahraga. Mempersepsi tubuh dan jenis kelaminnya secara tepat. Merasa senang untuk menerima dan memanfaatkan fisiknya. Memiliki pengetahuan tentang reproduksi. Menerima penampilan fisiknya secara feminin (wanita) dan maskulin (pria). Memelihara dirinya secara hati-hati.
2) Sedang
Indikatornya : Mampu
mengarahkan diri dalam memelihara kesehatan, namun tidak dalam waktu lama. Memiliki
persepsi yang sedang terhadap tubuh manusia dan keragaman seksual. Kadang-kadang
bersikap menolak terhadap tubuhnya atau jenis kelaminnya. Memiliki pengetahuan
tentang reproduksi, namun memiliki rasa takut yang tidak rasional tentang hal
itu (bagi wanita). Tubuhnya matang dan memiliki sedikit keterampilan untuk
memelihara rumah.
3) Rendah
Indikatornya : Kurang memiliki kebiasaan untuk memelihara kesehatan,
tidak dapat mengendalikan diri. Cenderung fisiknya kurang matang; memiliki
distorsi persepsi tenang tubuhnya dan keragaman seks. Menampakan
ketidaksenangan terhadap tubuhnya. Merasa cemas tentang kematangannya atau
penampilan fisiknya yang menyimpang.Tidak meiliki pengatahuan yang tepat
tentang reproduksi.
Menyatakan kesenangannya untuk menjadi lawan jenis kelaminnya.
Menyatakan kesenangannya untuk menjadi lawan jenis kelaminnya.
4. Memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan.
a. Hakikat Tugas
Memilih pekerjaan yang memerlukan kemampuan serta mempersiapkan
pekerjaan.
a.
Dasar
Biologis
Ukuran dan kekuatan badan pada sekitar usia 18 tahun sudah cukup
kuat dan tangkas untuk memiliki dan menyiapkan diri memperoleh lapangan
pekerjaan.
c. Dasar Psikologis
Dari hasil penelitian mengenai minat di kalangan remaja, ternyata
pada kaum remaja berusia 16-19 tahun, minat utamanya tertuju kepada pemilihan
dan mempersiapkan lapangan pekerjaan. Sebenarnya prestasi siswa di sekolah,
tentang apa yang dicita-citakannya, kemana akan melanjutkan pendidikannya,
secara samar-samar dapat menjadi gambaran tentang lapangan pekerjaan yang
diminatinya.
Alizabeth B. Hurlock (1981) mengemukakan bahwa anak SMA mulai memikirkan masa depan mereka secara sungguh-sungguh. Anak laki-laki biasanya lebih bersungguh-sungguh dalam hal pekerjaan dibandingkan dengan anak perempuan yang memandang pekerjaan sebagai pengisi waktu sebelum menikah.
Alizabeth B. Hurlock (1981) mengemukakan bahwa anak SMA mulai memikirkan masa depan mereka secara sungguh-sungguh. Anak laki-laki biasanya lebih bersungguh-sungguh dalam hal pekerjaan dibandingkan dengan anak perempuan yang memandang pekerjaan sebagai pengisi waktu sebelum menikah.
5. Persiapan untuk memasuki kehidupan berkeluarga.
Kecenderungan kawin muda menyebabkan persiapan perkawinan merupakan
tugas perkembangan yang paling penting dalam tahun-tahun remaja. Meskipun tabu
sosial mengenai perilaku seksual yang berangsur-angsur mengendur dapat
mempermudah persiapan perkawinan dalam aspek seksual, tetapi aspek perkawinan
yang lain hanya sedikit dipersiapkan di rumah, di sekolah dan di perguruan
tinggi. Dan lebih-lebih lagi persiapan tentang tugas-tugas dan tanggung jawab
kehidupan keluarga. Kurangnya persiapan ini merupakan salah satu penyebab dari
“masalah yang tidak terselesaikan” yang oleh remaja dibawa ke dalam masa
dewasa.
a. Hakikat Tugas
Mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan berkeluarga.
Khusus untuk remaja putri termasuk di dalamnya kesiapan untuk mempunyai anak.
b. Dasar Biologis
Kematangan seksual yang normal yang menumbuhkan ketertarikan antar
jenis kelamin.
b.Dasar Psikologis
Sikap remaja terhadap perkawinan sangat bervariasi. Ada yang menunjukkan rasa
takut, tetapi ada juga yang menunjukkan sikap bahwa perkawinan justru merupakan
suatu kebahagiaan hidup.
c.
Dasar
Kebudayaan
Pernikahan merupakan lembaga kehidupan sosial yang penting, karena
melalui pernikahan umat manusia dapat terpelihara harkat dan martabatnya
sebagai makhluk yang mulia di hadapan Alloh SWT. Pernikahan merupakan lembaga
sacral dan yang mengesahkan jalinan/hubungan cinta kasih dua insane yang
berbeda jenis kelaminnya. Secara teoritis, masa remaja dapat dibagi menjadi dua
fase, yaitu fase pertama adalah pubertas dan fase kedua adalah adolesens. Fase
pertama menitikberatkan pada perkembangan fisik dan seksual, serta pengaruhnya
terhadap gejala-gejala psikososial. Sedangkan fase kedua menitikberatkan pada
aspek-aspek nilai, moral, pandangan hidup, dan hubungan kemasyarakatan. (Siti
Rahayu Haditono, 1991). Berdasarkan pada pembagian masa remaja ke dalam dua
fase tersebut, pembahasan tugas perkembangan remaja berkenaan dengan kehidupan
berkeluarga menitikberatkan pada masa remaja fase keduayaitu fase adolesens. Pada
fase adolesens, tugas perkembangan yang berkaitan dengan kehidupan keluarga
merupakan tugas yang sangat penting dan harus dapat diselesaikan dengan baik
meskipun dirasakan sangat berat. Ini cukup beralasan karena selama tahun
pertama dan kedua perkawinan, pasangan muda harus melakukan penyesuaian diri
satu sama lain terhadap anggota keluarga masing-masing. Sementara itu
ketegangan emosional masih sering timbul pada mereka. Dari sekian banyak
masalah penyesuaian diri dalam kehidupan berkeluarga atau perkawinan, ada empat
unsur utama yang paling penting bagi kebahagiaan perkawinan, yaitu : Penyesuaian
dengan pasangan ; Penyesuaian seksual ;
Penyesuaian keuangan ; dan Penyesuaian dengan pihak keluarga
masing-masing. Berkaitan dengan empat penyesuaian diri remaja dalam kehidupan
keluarga dan perkawinan, ada sejumlah faktor yang memengaruhinya, yaitu sebagai
berikut :
1. Faktor yang memengaruhi penyesuaian terhadap pasangan
ialah konsep tentang pasangan yang ideal, pemenuhan kebutuhan, kesamaan latar
belakang, minat, kepentingan bersama, kepuasan nilai, konsep peran, dan
perubahan dalam pola hidup.
2. Faktor penting yang memengaruhi penyesuaian seksual
ialah perilaku seksual, pengalaman seksual masa lalu, dorongan seksual,
pengalaman seksual martial awal, serta sikap terhadap penggunaan alat
kontrasepsi.
3. Faktor yang memengaruhi penyesuaian diri dengan pihak
keluarga pasangan ialah seterotipe tradisional, keinginan untuk mandiri,
fanatisme keluarga, mobilitas sosial, anggota keluarga berusia lanjut, dan
bantuan keuangan untuk keluarga pasangan. Masih dalam konteks penyesuian diri
dalam kehidupan berkeluarga dan perkawinan, ada sejumlah kriteria keberhasilan
penyesuaian kehidupan berkeluarga dan perkawinan, yaitu : Kebahagiaan pasangan
suami istri ; Hubungan yang baik antara anak dan orang tua ; Penyesuaian yang
baik dari anak-anak ; Kemampuan untuk memperoleh kepuasan dari perbedaan
pendapat; Kebersamaan ; Penyesuaian yang baik dalam masalah keuangan ; dan Penyesuaian
yang baik dari pihak keluarga pasangan.
6. Memperoleh suatu himpunan nilai-nilai dan sistem
etika sebagai pedoman tingkah laku. sekolah dan pendidikan tinggi juga mencoba
untuk membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan nilai-nilai dewasa; orang tua
berperan banyak dalam perkembangan ini. Namun bila nilai-nilai dewasa
bertentangan dengan nilai-nilai teman sebaya, maka remaja harus memilih yang
terakhir bila mengharapkan dukungan teman-teman yang menentukan kehidupan
sosial mereka.
a. Hakikat Tugas
Membentuk suatu himpunan nilai-nilai sehingga memungkinkan remaja
mengembangkan dan merealisasikan nilai-nilai, mendefinisikan posisi individu
dalam hubungannya dengan individu lain, dan memegang suatu gambaran dunia dan
suatu nilai untuk kepentingan hubungan dengan individu lain.
b. Dasar Psikologis
Banyak remaja yang menaruh perhatian pada problem filosofis dan
agama. Ini diperoleh remaja melalui identifikasi dan imitasi pribadi ataupun
penalaran dan analisis tentang nilai.
c. Dasar Kebudayaan
Sebagian besar masyarakat modern hidup dalam kehidupan kebobrokan
moral, manusia modern kurang mengakui hukum moral tuhan.Beriman dan bertakwa
kepada tuhan Yang Maha Esa.
Nilai-nilai Akidah, Ibadah dan Ahlakul Karimah Bagi Umat Muslim
(Keyakinan dan Pendalaman) NILAI-NILAI AGAMA PROFIL SIKAP & PERILAKU REMAJA Akidah (keyakinan)
(Keyakinan dan Pendalaman) NILAI-NILAI AGAMA PROFIL SIKAP & PERILAKU REMAJA Akidah (keyakinan)
1.
Meyakini
Alloh sebagai Pencipta.
2.
Meyakini
bahwa agama sebagai pedoman hidup.
3.
Meyakini
bahwa Alloh Maha Melihat
4.
Meyakini
hari akhirat sebagai hari pembalasan amal manusia.
5.
Meyakini
bahwa Alloh Maha Penyayang dan Pengampun.
Ibadah dan ahlakul karimah
1.
Melaksanakan
ibadah (mahdoh) seperti salat, shaum, berdoa, dll.
2.
Membaca
kitab suci dan mendalaminya.
3.
Mengendalikan
hawa nafsu dari sikap dan perbuatan yang diharamkan Alloh.
4.
Bersikap
hormat kepada orang tua dan orang lain.
5.
Menjalin
silaturahim dengan orang lain.
6.
Bersyukur.
7.
Bersabar.
8.
Memelihara
kebersihan.
9.
Memiliki
etos belajar yang tinggi.
Tidak semua remaja dapat memenuhi tugas-tugas tersebut dengan baik.
KESIMPULAN
Havighrust mendefinisikan tugas perkembangan, adalah tugas yang
muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu,
yang jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa kearah
keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau
gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi
tugas-tugas berikutnya. Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan
pada pusakan penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan
mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Ada sejumlah tugas perkembangan remaja yang
penting, yaitu :
1.
Mencapai
hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun
lawan jenis
2.
Mencapai
peran sosial maskulin dan feminine
3.
Menerima
keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif
4.
Mempersiapkan
diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga
5.
Mengembangkan
kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai
warga Negara
6.
Memperoleh
rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Syamsu.
(2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Hurlock,
Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Ali, Mohammad.
Psikologi Perkembangan : Aksara
http://lmupsikologi.wordpress.com/2009/12/11/tugas-perkembangan-remaja/
http://apadefinisinya.blogspot.com/2008/05/tugas-tugas-perkembangan
remaja.html
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/remaja.html
http://darsanaguru.blogspot.com/2008/03/perkembangan-psikologi-remaja.html
Tags
Psikologi