PERKEMBANGAN MASA REMAJA DAN PENGUKURANNYA

PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Sumber Tugas-tugas Perkembangan
Robert Havighrust (Adam & Gullota, 1983) melalui perspektif psikososial berpendapat bahwa periode yang beragam dalam kehidupan individu menuntut untuk menuntaskan tugas-tugas perkembangan yang khusus. Tugas-tugas ini berkaitan erat dengan perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama, dan hal lainnya sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya.
Selanjutnya Havighrust (1961) mengartikan tugas-tugas perkembangan itu sebagai berikut :
A developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the individual, successful achievement of which leads to his happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the individual, disapproval by society and difficulty with later task. Maksudnya, bahwa tugas perkembangan itu merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya; sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku, atau keterampilan yang seyogianya dimiliki oleh individu, sesuai dengan usia atau fase perkembangannya. Hurlock (1981) menyebut tugas-tugas perkembangan ini sebagai ini sebagai social expectations. Dalam arti, setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang disetujui bagi berbagai usia sepanjang rentang kehidupan. Setiap individu tumbuh dan berkembang selama perjalanan kehidupannya melalui beberapa periode atau fase-fase perkembangan. Setiap fase perkembangan mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh setiap individu. Sebab, kegagalan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada fase tertentuakan memperlancar pelaksanaan tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya.
Seorang ahli psikologi yang dikenal luas dengan teori-teori tugas-tugas perkembangan adalah Robert J. Havighust (Hurlock, 1990). Dia mengatakan bahwa tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Tugas-tugas perkembangan tersebut beberapa diantaranya muncul sebagai akibat kematangan fisik, sedangkan yang lain berkembang karena adanya aspirasi budaya , sementara yang lain lagi tumbuh dan berkembang karena nilai-nilali dan aspirasi individu. Munculnya tugas-tugas perkembangan, bersumber pada faktor-faktor berikut :
1.      Kematangan fisik, misalnya : Belajar berjalan karena kematangan otot-otot kaki, belajar bertingkah laku, bergaul dengan jenis kelamin yang berbeda pada masa remaja karena kematangan organ-organ seksual.
2.      Tuntutan masyarakat secara kultural, misalnya : Belajar membaca, menulis, berhitung, dan berorganisasi.
3.      Tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu sendiri, misalnya : Memilih pekerjaan, teman hidup.
4.      Tuntutan norma agama, misalnya : Taat beribadah kepada Alloh, berbuat baik kepada sesama manusia.
Tugas-tugas perkembangan mempunyai tiga macam tujuan yang sangat bermanfaat bagi individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan, yaitu sebagai berikut :
1.      Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu.
2.       Memberikan motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupannya.
3.      Menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka jika nantinya akan memasuki tingkat perkembangan berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan ada yang dapat diselesaikan dengan baik, ada juga yang mengalami hambatan. Tidak dapat diselesaikannya dengan baik suatu tugas perkembangan dapat menjadi suatu bahaya potensial yang menjadi penghambat penyelesaian tugas perkembangan, yaitu sebagai berikut :
1.      Harapan-harapan yang kurang tepat, baik individu maupun lingkungan sosial mengharapkan perilaku di luar kemampuan fisik maupun psikologis.
2.      Melangkahi tahap-tahap tertentu dalam perkembangan sebagai akibat kegagalan menguasai tugas-tugas tertentu.
3.      Adanya krisis yang dialami individu karena melewati satu tingkatan ke tingkatan yang lain.
B. Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja
Tugas-tugas perkembangan remaja adalah sikap dan perilaku dirinya sendiri dalam menyikapi lingkungan di sekitarnya. Perubahan yang terjadi pada fisik maupun psikologisnya menuntut anak untuk dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan dan tantangan hidup yang ada dihadapannya. Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan-harapan baru yang dialami remaja membuat mereka mudah mengalami gangguan baik berupa gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku. Stres, kesedihan, kecemasan, kesepian, keraguan pada diri remaja membuat mereka mengambil resiko dengan melakukan kenakalan (Fuhrmann, 1990).
C.Tujuan Tugas Perkembangan
Tugas-tugas dalam perkembangan mempunyai tiga macam tujuan yang sangat berguna. Pertama, sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu. Misalnya, orang tua dapat dibimbing dalam mengajari anak-anak mereka yang masih kecil untuk menguasai berbagai keterampilan. Dengan pengertian bahwa masyarakat mengharapkan anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan tersebut pada usia-usia tertentu dan bahwa penyesuaian diri mereka akan sangat dipengaruhi oleh seberapa jauh mereka berhasil melakukannya. Kedua, dalam memberi motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan dari mereka oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupan mereka. Dan akhirnya, menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka kalau sampai pada tingkat perkembangan berikutnya. Penyesuaian diri kepada situasi baru selalu sulit dan selalu disertai dengan bermacam-macam tingkat ketegangan emosional. Tetapi sebagian besar kesulitan dan ketegangan ini dapat dihilangkan kalau individu sadar akan apa yang akan terjadi kemudian dan secara bertahap mempersiapkan diri. Anak-anak yang menguasai keterampilan-keterampilan sosial, diperlukan untuk menghadapi kehidupan sosial remaja yang baru, akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lawan jenisnya bila mereka mencapai usia remaja, dan yang baru menginjak dewasa akan lebih mudah melewati masa peralihan ke masa usia pertengahan. Dan tidak terlampau mengalami ketegangan kalau mereka secara bertahap menciptakan kegiatan-kegiatan waktu senggang dengan berkurangnya tanggung jawab sebagai orang tua.
D. Bahaya Tugas-tugas Perkembangan
Karena tugas-tugas perkembangan memegang peranan penting untuk menentukan arah perkembangan yang normal, maka apapun yang menghalangi penguasaan sesuatu dapat dianggap sebagai bahaya potensial. Ada tiga macam bahaya potensial yang umum berhubungan dengan tugas-tugas dalam perkembangan. Pertama, harapan-harapan yang kurang tepat, baik individu sendiri maupun lingkungan sosial mengharapkan perilaku yang tidak mungkin dalam perkembangan pada saat itu karena keterbatasan kemampuan fisik maupun psikologis. Bahaya potensial kedua adalah melangkahi tahap tertentu dalam pengembangan sebagai akibat kegagalan menguasai tugas-tugas tertentu. Krisis yang dialami individu ketika melewati satu tingkatan ke tingkatan yang lain mengandung bahaya potensial ketiga yang umum yang muncul dari tugas-tugas itu sendiri. Sekalipun individu berhasil menguasai tugas pada suatu tahap secara baik, namun keharusan menguasai sekelompok tugas-tugas baru yang tepat untuk tahap berikutnya pasti akan membawa ketegangan dan tekanan kondisi-kondisi yang dapat mengarah pada suatu krisis. Misalnya, orang yang masa kerjanya akan berakhir sering mengalami “krisis pensiun”, dimana ia merasa bahwa prestise dan kepuasan pribadi yang berhubungan dengan pekerjaan akan berakhir juga. Lambat atau cepat semua orang akan sadar bahwa mereka diharapkan menguasai tugas-tugas tertentu pada berbagai periode sepanjang hidup mereka. Setiap individu juga menjadi sadar bahwa dirinya “terlalu cepat”, “terlambat” atau “tepat” dalam kaitannya dengan tugas-tugas ini. Kesadaran inilah yang mempengaruhi sikap dan perilaku mereka sendiri, demikian pula sikap orang lain terhadap mereka.
E. Tugas-tugas Perkembangan Remaja dan Pengukurannya
Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa (fase) remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat (Konopka, dalam Pikunas, 1976; Kaczman & Riva, 1996). Masa remaja ditandai dengan :
1.      berkembangnya sikap dependen kepada orangtua ke arah independent.
2.      Minat seksualitas; dan
3.      Kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral (Salzman dan Pikunas, 1976).
Erikson (Adams & Gullota, 1983:36-37; Conger, 1977: 92-93) berpendapat bahwa remaja merupakan masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. Identity merupakan vocal point dari pengalaman remaja, karena semua krisis normatif yang sebelumnya telah memberikan kontribusi kepada perkembangan identitas ini. Erikson memandang pengalaman hidup remaja berada dalam keadaan moratorium, yaitu suatu periode saat remaja diharapkan mampu mempersiapkan dirinya untuk masa depan, dan mampu menjawab pertanyaan ‘siapa saya?’. Dia mengingatkan bahwa kegagalan remaja untuk mengisi atau menuntaskan tugas ini akan berdampak tidak baik bagi perkembangan dirinya. Apabila remaja gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya, maka remaja akan kehilangan arah, bagaikan kapal yang kehilangan kompas. Dampaknya, mereka mungkin akan mengembangkan perilaku yang menyimpang (delinquent), melakukan kriminalitas, atau menutup diri (mengisolasi diri) dari masyarakat. Mulai dari Erikson, banyak para ahli psikologi memandang bahwa identity formation (pembentukan identitas/jati diri) merupakan tugas perkembangan utama bagi remaja. Jika remaja gagal atau tidak mendapat kepuasan dalam menjawab pertanyaan ‘Siapa saya?’ dan ‘Mengapa saya?’ maka mereka akan mengalami ‘peperangan’ dlam dirinya. Pikunas juga mengemukakan pendapat William Kay, yaitu bahwa tugas perkembangan utama bagi remaja adalah memperoleh kematangan sistem moral untuk membimbing perilakunya. Kematangan remaja belumlah sempurna, jika tidak memiliki kode moral yang dapat diterima secara universal. Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada pusaka penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa.
Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-lakilah dan anak perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas tersebut selama awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat. Kebanyakan harapan ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa remaja muda akan meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku. Penelitian singkat mengenai tugas-tugas perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan seberapa jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul dari perubahan itu sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-tugas perkembangan dalam waktu yang relatif singkat yang dimiliki oleh remaja Amerika sebagai akibat perubahan usia kematangan yang sah menjadi delapan belas tahun, menyebabkan banyak tekanan yang mengganggu para remaja. Tugas-tugas perkembangan fase remaja ini sangat berkaitan dengan perkembangan kognitifnya, yakni fase operasional formal. Kematangan pencapaian fase kognitif tingkat ini akan sangat membantu kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik. Agar dapat memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan ini, remaja memeriukan kemampuan kreatif. Kemampuan kreatjf ini banyak diwamai oleh perkembangan kognitifhya.
Menurut Havighurst (Hurlock,1990), ada Enam tugas perkembangan remaja yang harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Untuk membantu memahami tugas-tugas perkembangan tersebut, masing-masing dapat dikaji dari aspek-aspek hakikat tugas, dasar biologis, dan dasar psikologis, yaitu sebagai berikut :
1.      Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. Karena adanya pertentangan dengan lawan jenis yang sering berkembang selama akhir masa kanak-kanak dan masa puber, maka mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui hal ihwal lawan jenis dan bagaimana harus bergaul dengan mereka. Sedangkan pengembangan hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya sesama jenis juga tidak mudah.
a.       Hakikat Tugas
Mempelajari peran anak perempuan sebagai wanita dan anak laki-laki sebagai pria, menjadi dewasa diantara orang dewasa, dan belajar memimpin tanpa menekan orang lain.
Tujuan :
1. Belajar melihat kenyataan anak wanita sebagai wanita, dan anak pria sebagai pria;
(2) Berkembang menjadi orang dewasa diantara orang dewasa lainnya;
(3) Belajar bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama;
(4) Belajar memimpin orang lain tanpa mendominasinya.
b. Dasar Biologis
Secara biologis, manusia terbagi menjadi dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Kematangan seksual dicapai selama masa remaja. daya tarik seksual menjadi suatu kebutuhan yang dominan dalam kehidupan remaja. Hubungan sosial dipengaruhi oleh kematangan yang telah dicapai.
c. Dasar Psikologis
Pada akhir masa anak, anak-anak lebih cepat perkembangannya dan menaruh perhatian untuk bergaul dengan orang lain (teman sebayanya). Pertama dia bergaul dengan kelompok yang terbatas bersama teman yang sama jenis kelaminnya. Masa ini sering disebut “Gang Age” bagi pria, meskipun pada anak wanita pun gejala ini ada, namun tidak sekuat pria. Mereka belajar berperilaku sebagaimana orang dewasa berperilaku dengan sesamanya, seperti dalam mengorganisasikan kegiatan-kegiatan olahraga dan sosial, memilih pemimpin, dan menciptakan peraturan dalam kelompok. Dengan jenis kelamin yang berbeda, mereka belajar keterampilan-keterampilan sosial orang dewasa, seperti berkomunikasi yang baik dan memimpin kelompok. Pada usia 14 sampai 16 tahun, mereka sudah cukup memiliki keterampilan, dan mulai meninggalkan kelompok besar, serta membentuk kelompok-kelompok kecil, tiga, dua, atau satu orang, sehingga pergaulan mereka menjadi lebih intim (akrab). Satu hal yang sangat mempengaruhi remaja adalah dorongan untuk mendapatkan persetujuan kelompok (konformitas). Keberhasilan remaja dalam menyelesaikan tugas perkembangan ini mengantarkannya ke dalam suatu kondisi penyesuaian sosial yang baik dalam keseluruhan hidupnya. Namun apabila gagal, maka dia akan mengalami ketidakbahagiaan atau kesulitan dalam kehidupannya di masa dewasa, seperti ketidakbahagiaan dalam pernikahan, kurang mampu bergaul dengan orang lain, bersifat kekanak-kanakan, dna melakukan dominasi secara sewenang-sewenang. Dalam kelompok sejenis, remaja belajar untuk bertingkah laku sebagaimana orang dewasa. adapun dalam kelompok lain jenis, remaja belajar menguasai keterampilan sosial. Remaja putri umumnya lebih cepat matang daripada remaja putra dan cenderung lebih tertarik kepada remaja putra yang usianya beberapa tahun lebih tua. Kecenderungan seperti ini akan berlangsung sampai mereka kuliah di perguruan tinggi. Keberhasilan dalam melaksanakan tugas perkembangan akan membawa penyesuaian-penyesuaian yang lebih baik di sepanjang kehidupannya.
d. Dasar Kebudayaan
Kebudayaan dapat membentuk pola hubungan sosial remaja. Pola-pola ini sangat beragam dari masyarakat satu ke masayarakat lainnya. Pola interaksi (pergaulan remaja di Negara maju, relatif berbeda dengan remaja di Negara berkembang; begitupun dengan pola pergaulan remaja yang bermukin di perkotaan dengan yang di pedesaan. Pola pergaulan itu, baik yang menyangkut persahabatan maupun percintaan.
e. Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan.
1. Tinggi
Indikatornya: Memiliki sahabat dekat dua orang atau lebih.
Sebagai anggota “klik” dari jenis kelamin yang sama secara mantap.
Dipercaya oleh teman sekelompok dalam posisi tanggung jawab tertentu.
Memiliki penyesuaian sosial yang baik. Banyak meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Berpartisipasi dalam acara teman sebaya.
Memahami dan dapat melakukan keterampilan sosial dalam bergaul dengan teman sebaya. Mau bekerja sama dengan orang lain.
Berusaha memahami pandangan orang lain dalam diskusi kelompok.
Kadang-kadang memberikan tepuk tangan kepada lawan dalam suatu permainan.
2. Sedang
Indikatornya: Memiliki seorang teman dekat. Menjadi anggota “klik” atau “gank” namun kurang mendapat perhatian. Memiliki kemampuan sosial yang sedang. Kadang-kadang mau menghadiri acara dengan teman lawan jenis.
Merasa tidak percaya diri, apabila berada dalam kelompok yang beragam.
Mempunyai peran yang netral dalam kegiatan kelompok
.3. Rendah
Indikatornya: Tidak memiliki teman akrab. Tidak pernah diundang untuk menghadiri acara kelompok. Sering dikambing hitamkan oleh kelompok sebaya. Sering balas dendam dengan sikap bermusuhan.Berperilaku penyimpangan penyesuaian sosial. Sangat malu bergaul dengan lawan jenis.
2. Mencapai peran sosial pria dan wanita.
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah mempunyai banyak kesulitan bagi anak laki-laki, mereka telah didorong dan diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi anak perempuan. Sebagai anak-anak, mereka diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan peran sederajat, sehingga usaha untuk mempelajari peran feminin dewasa yang diakui masyarakat dan menerima peran tersebut, seringkali merupakan tugas pokok yang memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun.
a. Hakikat Tugas
Mempelajari peran sosial sesuai dengan jenis kelaminnya sebagai pria atau wanita. Remaja dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
b. Dasar Biologis
Ditinjau dari kekuatan fisik remaja putri menjadi orang yang lebih lemah dibandingkan dengan remaja putra. Namun, remaja putri memiliki kekuatan lain meskipun memiliki kelemahan fisik.
c. Dasar Psikologis
Peranan sosial pria dan wanita memang berbeda, remaja putra perlu menerima peranan sebagai seorang pria dan remaja putri perlu menerima peranan sebagai seorang wanita. Meskipun demikian, sering terjadi kesulitan pada remaja putri, kadang-kadang cenderung lebih mengutamakan ketertarikannya kepada karir, cenderung mengagumi ayahnya dan kakaknya, serta ingin bebas dari peranan sosialnya sebagai istri atau ibu yang memerlukan dukungan suami.
d. Dasar Kebudayaan
Peran wanita terus berubah, terutama dalam masyarakat perkotaan. Peran wanita sekarang lebih diberikan kebebasan daripada para generasi wanita sebelumnya. Sebagian di antara mereka dapat memilih secara mandiri untuk bekerja dalam bidang bisnis atau suatu orofesi tertentu, yang sebelumnya mustahil dapat dilakukan.
e. Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan
1) Tinggi
Indikatornya : Remaja pria matang seksualnya dan melalui siklus perkembangan pubertas menyenangi acara-acara yang diadakan kelompok yang beragam jenis kelamin, menyenangi lawan jenis, memelihara diri secara baik, aktif dalam berolahraga, dan mempunyai minat untuk mempersiapkan diri dalam suatu pekerjaan yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Remaja wanita memiliki fisik yang matang dan bersifat feminin dalam penampilan dan berpakaian, menunjukan sifat mau menerima pernikahan dan peran sebagai istri/ibu, dan menunjukan minat dan sikap senangnya untuk memelihara bayi.
2) Sedang
Indikatornya : Remaja pria matang seksualnya namun kurang mempunyai perhatian terhadap remaja wanita. Mempunyai perhatian untuk mengahadiri acara dalam kelompok yang beragam jenis kelaminnya. Menampilkan ciri-ciri maskulinitas, namun masih ragu, takut atau menolak perilaku heteroseksualnya. Hanya menyenangi olahraga yang ringan, dan kurang perhatian untuk memelihara diri.
3) Rendah
Indikatornya: Remaja pria tidak matang fisiknya, tidak mempunyai interes terhadap remaja wanita, tidak menyenangi olahraga, tubuh atau penampilannya kurang maskulin, dan perhatian untuk memelihara dirinya seperti 3 atau 4 tahun dibawahnya.Remaja wanita kematangannya terlambat, mungkin tidak menstruasi, penampilannya seperti anak kecil, penampilannya tomboy, dan senang bergaul dengan pria.
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif.
Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep meraka tentang penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk memperbaiki konsep ini dan untuk mempelajari cara-cara memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan.
a. Hakikat Tugas
Menjadi bangga atau sekurang-kurangnya toleran dengan kondisi fisiknya sendiri, menjaga dan melindungi, serta menggunakannya secara efektif.
b. Dasar Biologis
Siklus pertumbuhan remaja melibatkan serangkaian perubahan endoctrin dengan berkembangnya ciri-ciri seksual dan fisik orang dewasa. Perkembangan remaja disertai dengan pertumbuhan fisik dan seksual. Laju pertumbuhan tubuh gadis lebih cepat apabila dibandingkan pemuda. Waktunya kini tiba bagi si remaja untuk mempelajari bagaimana jadinya fisiknya kelak, menjadi tinggi, pendek, besar atau kurus. Umumnya gadis yang berusia 15 sampai 16 tahun, tubuhnya mencapai bentuk akhir. Adapun pada pemuda keadaan ini akan dicapai sekitar usia 18 tahun.
c. Dasar Psikologis
Terjadinya perubahan bentuk tubuh yang disertai dengan perubahan sikap dan minat remaja. Remaja suka memperhatikan perubahan tubuh yang sedang dialaminya sendiri. Remaja putri lebih suka berdandan dan berhias untuk menarik lawan jenisnya manakala dia sudah mulai menstruasi.
d. Dasar Kebudayaan
Masyarakat sangat memperhatikan penampilan fisik dan pemeliharaannya. Remaja pria dan wanita di ajar untuk menampilkan fisiknya yang menarik, dan berkembang melebihi teman sebayanya.
e. Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan
1) Tinggi
Indikatornya : Mampu mengarahkan diri dan memelihara kesehatan secara rutin.
Memiliki keterampilan dalam berolahraga. Mempersepsi tubuh dan jenis kelaminnya secara tepat. Merasa senang untuk menerima dan memanfaatkan fisiknya. Memiliki pengetahuan tentang reproduksi. Menerima penampilan fisiknya secara feminin (wanita) dan maskulin (pria). Memelihara dirinya secara hati-hati.
2) Sedang
 Indikatornya : Mampu mengarahkan diri dalam memelihara kesehatan, namun tidak dalam waktu lama. Memiliki persepsi yang sedang terhadap tubuh manusia dan keragaman seksual. Kadang-kadang bersikap menolak terhadap tubuhnya atau jenis kelaminnya. Memiliki pengetahuan tentang reproduksi, namun memiliki rasa takut yang tidak rasional tentang hal itu (bagi wanita). Tubuhnya matang dan memiliki sedikit keterampilan untuk memelihara rumah.
3) Rendah
Indikatornya : Kurang memiliki kebiasaan untuk memelihara kesehatan, tidak dapat mengendalikan diri. Cenderung fisiknya kurang matang; memiliki distorsi persepsi tenang tubuhnya dan keragaman seks. Menampakan ketidaksenangan terhadap tubuhnya. Merasa cemas tentang kematangannya atau penampilan fisiknya yang menyimpang.Tidak meiliki pengatahuan yang tepat tentang reproduksi.
Menyatakan kesenangannya untuk menjadi lawan jenis kelaminnya.
4. Memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan.
a. Hakikat Tugas
Memilih pekerjaan yang memerlukan kemampuan serta mempersiapkan pekerjaan.
a. Dasar Biologis
Ukuran dan kekuatan badan pada sekitar usia 18 tahun sudah cukup kuat dan tangkas untuk memiliki dan menyiapkan diri memperoleh lapangan pekerjaan.
c. Dasar Psikologis
Dari hasil penelitian mengenai minat di kalangan remaja, ternyata pada kaum remaja berusia 16-19 tahun, minat utamanya tertuju kepada pemilihan dan mempersiapkan lapangan pekerjaan. Sebenarnya prestasi siswa di sekolah, tentang apa yang dicita-citakannya, kemana akan melanjutkan pendidikannya, secara samar-samar dapat menjadi gambaran tentang lapangan pekerjaan yang diminatinya.
Alizabeth B. Hurlock (1981) mengemukakan bahwa anak SMA mulai memikirkan masa depan mereka secara sungguh-sungguh. Anak laki-laki biasanya lebih bersungguh-sungguh dalam hal pekerjaan dibandingkan dengan anak perempuan yang memandang pekerjaan sebagai pengisi waktu sebelum menikah.
5. Persiapan untuk memasuki kehidupan berkeluarga.
Kecenderungan kawin muda menyebabkan persiapan perkawinan merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam tahun-tahun remaja. Meskipun tabu sosial mengenai perilaku seksual yang berangsur-angsur mengendur dapat mempermudah persiapan perkawinan dalam aspek seksual, tetapi aspek perkawinan yang lain hanya sedikit dipersiapkan di rumah, di sekolah dan di perguruan tinggi. Dan lebih-lebih lagi persiapan tentang tugas-tugas dan tanggung jawab kehidupan keluarga. Kurangnya persiapan ini merupakan salah satu penyebab dari “masalah yang tidak terselesaikan” yang oleh remaja dibawa ke dalam masa dewasa.
a. Hakikat Tugas
Mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan berkeluarga. Khusus untuk remaja putri termasuk di dalamnya kesiapan untuk mempunyai anak.
b. Dasar Biologis
Kematangan seksual yang normal yang menumbuhkan ketertarikan antar jenis kelamin.
b.Dasar Psikologis
Sikap remaja terhadap perkawinan sangat bervariasi. Ada yang menunjukkan rasa takut, tetapi ada juga yang menunjukkan sikap bahwa perkawinan justru merupakan suatu kebahagiaan hidup.
c. Dasar Kebudayaan
Pernikahan merupakan lembaga kehidupan sosial yang penting, karena melalui pernikahan umat manusia dapat terpelihara harkat dan martabatnya sebagai makhluk yang mulia di hadapan Alloh SWT. Pernikahan merupakan lembaga sacral dan yang mengesahkan jalinan/hubungan cinta kasih dua insane yang berbeda jenis kelaminnya. Secara teoritis, masa remaja dapat dibagi menjadi dua fase, yaitu fase pertama adalah pubertas dan fase kedua adalah adolesens. Fase pertama menitikberatkan pada perkembangan fisik dan seksual, serta pengaruhnya terhadap gejala-gejala psikososial. Sedangkan fase kedua menitikberatkan pada aspek-aspek nilai, moral, pandangan hidup, dan hubungan kemasyarakatan. (Siti Rahayu Haditono, 1991). Berdasarkan pada pembagian masa remaja ke dalam dua fase tersebut, pembahasan tugas perkembangan remaja berkenaan dengan kehidupan berkeluarga menitikberatkan pada masa remaja fase keduayaitu fase adolesens. Pada fase adolesens, tugas perkembangan yang berkaitan dengan kehidupan keluarga merupakan tugas yang sangat penting dan harus dapat diselesaikan dengan baik meskipun dirasakan sangat berat. Ini cukup beralasan karena selama tahun pertama dan kedua perkawinan, pasangan muda harus melakukan penyesuaian diri satu sama lain terhadap anggota keluarga masing-masing. Sementara itu ketegangan emosional masih sering timbul pada mereka. Dari sekian banyak masalah penyesuaian diri dalam kehidupan berkeluarga atau perkawinan, ada empat unsur utama yang paling penting bagi kebahagiaan perkawinan, yaitu : Penyesuaian dengan pasangan ; Penyesuaian seksual ;  Penyesuaian keuangan ; dan Penyesuaian dengan pihak keluarga masing-masing. Berkaitan dengan empat penyesuaian diri remaja dalam kehidupan keluarga dan perkawinan, ada sejumlah faktor yang memengaruhinya, yaitu sebagai berikut :
1. Faktor yang memengaruhi penyesuaian terhadap pasangan ialah konsep tentang pasangan yang ideal, pemenuhan kebutuhan, kesamaan latar belakang, minat, kepentingan bersama, kepuasan nilai, konsep peran, dan perubahan dalam pola hidup.
2. Faktor penting yang memengaruhi penyesuaian seksual ialah perilaku seksual, pengalaman seksual masa lalu, dorongan seksual, pengalaman seksual martial awal, serta sikap terhadap penggunaan alat kontrasepsi.
3. Faktor yang memengaruhi penyesuaian diri dengan pihak keluarga pasangan ialah seterotipe tradisional, keinginan untuk mandiri, fanatisme keluarga, mobilitas sosial, anggota keluarga berusia lanjut, dan bantuan keuangan untuk keluarga pasangan. Masih dalam konteks penyesuian diri dalam kehidupan berkeluarga dan perkawinan, ada sejumlah kriteria keberhasilan penyesuaian kehidupan berkeluarga dan perkawinan, yaitu : Kebahagiaan pasangan suami istri ; Hubungan yang baik antara anak dan orang tua ; Penyesuaian yang baik dari anak-anak ; Kemampuan untuk memperoleh kepuasan dari perbedaan pendapat; Kebersamaan ; Penyesuaian yang baik dalam masalah keuangan ; dan Penyesuaian yang baik dari pihak keluarga pasangan.
6. Memperoleh suatu himpunan nilai-nilai dan sistem etika sebagai pedoman tingkah laku. sekolah dan pendidikan tinggi juga mencoba untuk membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan nilai-nilai dewasa; orang tua berperan banyak dalam perkembangan ini. Namun bila nilai-nilai dewasa bertentangan dengan nilai-nilai teman sebaya, maka remaja harus memilih yang terakhir bila mengharapkan dukungan teman-teman yang menentukan kehidupan sosial mereka.
a. Hakikat Tugas
Membentuk suatu himpunan nilai-nilai sehingga memungkinkan remaja mengembangkan dan merealisasikan nilai-nilai, mendefinisikan posisi individu dalam hubungannya dengan individu lain, dan memegang suatu gambaran dunia dan suatu nilai untuk kepentingan hubungan dengan individu lain.
b. Dasar Psikologis
Banyak remaja yang menaruh perhatian pada problem filosofis dan agama. Ini diperoleh remaja melalui identifikasi dan imitasi pribadi ataupun penalaran dan analisis tentang nilai.
c. Dasar Kebudayaan
Sebagian besar masyarakat modern hidup dalam kehidupan kebobrokan moral, manusia modern kurang mengakui hukum moral tuhan.Beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa.
Nilai-nilai Akidah, Ibadah dan Ahlakul Karimah Bagi Umat Muslim
(Keyakinan dan Pendalaman) NILAI-NILAI AGAMA PROFIL SIKAP & PERILAKU REMAJA Akidah (keyakinan)
1.      Meyakini Alloh sebagai Pencipta.
2.      Meyakini bahwa agama sebagai pedoman hidup.
3.      Meyakini bahwa Alloh Maha Melihat
4.      Meyakini hari akhirat sebagai hari pembalasan amal manusia.
5.      Meyakini bahwa Alloh Maha Penyayang dan Pengampun.
Ibadah dan ahlakul karimah
1.      Melaksanakan ibadah (mahdoh) seperti salat, shaum, berdoa, dll.
2.      Membaca kitab suci dan mendalaminya.
3.      Mengendalikan hawa nafsu dari sikap dan perbuatan yang diharamkan Alloh.
4.      Bersikap hormat kepada orang tua dan orang lain.
5.      Menjalin silaturahim dengan orang lain.
6.      Bersyukur.
7.      Bersabar.
8.      Memelihara kebersihan.
9.      Memiliki etos belajar yang tinggi.
Tidak semua remaja dapat memenuhi tugas-tugas tersebut dengan baik.
KESIMPULAN
Havighrust mendefinisikan tugas perkembangan, adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa kearah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada pusakan penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Ada sejumlah tugas perkembangan remaja yang penting, yaitu :
1.      Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun lawan jenis
2.      Mencapai peran sosial maskulin dan feminine
3.      Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif
4.      Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga
5.      Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai warga Negara
6.      Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku.


DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Syamsu. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Ali, Mohammad. Psikologi Perkembangan : Aksara
http://lmupsikologi.wordpress.com/2009/12/11/tugas-perkembangan-remaja/
http://apadefinisinya.blogspot.com/2008/05/tugas-tugas-perkembangan remaja.html
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/remaja.html

http://darsanaguru.blogspot.com/2008/03/perkembangan-psikologi-remaja.html
Previous Post Next Post