RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
Nama Sekolah : MTs Riyadussholihin
Mata Pelajaran : SKI
Kelas/Semester : VIII/ 1 (satu)
Pertemuan ke : 1 (satu)
Waktu : 2 x 40
menit (1 kali pertemuan)
Standar
Kompetensi : Memahami sejarah berdirinya Dinasti Abbasyiah
Kompetensi Dasar : Menceritakan
sejarah runtuhnya Bani Umayyah dan berdirinya Daulah Abbasiyah
Indikator :
1. Siswa memahami keruntuhan Bani Umyyah
2. Siswa
memahami sejarah berdirinya Dinasti Abbasiayah
A. Materi Ajar (Materi Pokok)
Terlampir
(Sejarah keruntuhan Bani Umayyah dan Berdirinya Bani Abbasiyah)
B. Metode Pembelajaran/ Model Pembelajaran
1.
PAIKEMI
(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif,
Menyenangkan dan Islami)
2.
Metode
Diskusi
C. Tujuan Pembelajarn
1.
Peserta
didik memahami sejarah keruntuhan Bani Umayyah
2.
Peserta
didik memahami sejarah berdirinya Bani Abbasiyah
D. Langkah-langkah
Pertemuan
|
Kegiatan
Pembelajaran
|
Alokasi
Waktu
|
Pertama
|
Kegiatan
Awal (Pendahuluan)
1. Guru mengecek kesiapan belajar siswa dalam proses belajar
mengajar
2. Guru mengecek kehadiaran siswa dengan buku daftar hadir
3. Pendidik memandu peserta didik berdo’a sebagai pengembangan
karakter “relegius”.
4. Siswa menyimak penyampaian KD dari guru dengan antusias
5. Siswa dan guru bertanya jawab tentang pentingnya kompetensi ini dalam kehidupan sehari-hari
dengan antusias
Kegiatan Inti
-Eksplorasi
1.
Siswa
menyimak penjelasan guru mengenai keruntuhan Bani Umayyah
2.
Siswa menimak
penjelasan guru tentang sejarahberdirinya Bani Abbasiayah
3.
Siswa menerima
kertas materi yang telah di bagi oleh guru.
4.
Siswa
menyimak penjelasan guru mengenai kartas yang telah diberikan
-Elaborasi
1.
Guru
memberikan waktu kepada siswa mempelajari materi yang telah diberikan
2.
Siswa mempresentasikan
hasil bacaan yang telah diberi oleh guru
3.
Siswa yang
lain mendengarkan dan konsentrasi untuk melanjutkan pokok bahasan
4.
Guru
memfasilitasi dan mengarahkan siswa untuk mencatat point-point yang penting
-Konfirmasi
1.
Guru
memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan. Isyarat,
maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik.
2.
Siswa dan
guru membuat rangkuman, simpulan
materi hari itu, dengan tanggung jawab.
3.
Siswa dan
guru melakukan refleksi untuk memperoleh pengalamn belajar yang dilakukan
dengan jujur.
4.
Guru
memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam
mencapai kompetensi dasar, memberikan motivasi kepda siswa yang kurang atau
belum berpartisipasi aktif.
Kegiatan akhir (Penutup)
1.
Siswa
bertanya jawab dengan guru mengenai materi yang belum dipahami
2.
Siswa
mendapat tugas di rumah untuk membuat rangkuman dan mencatat hal-hal pokok,
membuat simpulan dan memahami keruntuhan Bani Umayyah dan sejarah berdirinya Bani
Abbasiayah dengan penuh tanggung jawab.
3.
Guru
menyampaikan rencana pertemuan berikutnya.
|
10’
60’
10’
|
E. Penilaian
1.
Teknik
: Tes Lisan
2.
Bentuk
Instrumen : Tes Hafalan
3.
Sola
Instrumen :
a.
Jelaskan
sejarah keruntuhan Bani Umayyah?
Kegiatan
|
Skor
|
Peserta
didik menjelaskan sejarah keruntuhan Bani Umayyah secara lengkap
|
2
|
Peserta
didik menjelaskan sejarah keruntuhan Bani Umayyah secara singkat
|
1
|
Peserta
didik tidak menjelaskan apa-apa
|
0
|
b.
Jelaskan
sejarah berdirinya Bani Abbasiyah?
Kegiatan
|
Skor
|
Peserta
didik menjelaskan sejarah berdirinya Bani Abbasiyah secara lengkap
|
2
|
Peserta
didik menjelaskan sejarah berdirinya Bani Abbasiyah secara singkat
|
1
|
Peserta
didik tidak menjelaskan apa-apa
|
0
|
c.
Sebutkan
para tokoh yang berjasa dalam meruntuhkan Bani Umayyah ?
Kegiatan
|
Skor
|
Peserta
didik menjelaskan para tokoh yang berjasa dalam meruntuhkan Bani Umayyah
secara lengkap
|
2
|
Peserta
didik menjelaskan para tokoh yang berjasa dalam meruntuhkan Bani Umayyah
secara singkat
|
1
|
Peserta
didik tidak menjelaskan apa-apa
|
0
|
d.
Sebutkan
tiga kota yang menjadi basis perlawanan Dinasti Abbasiyah?
Kegiatan
|
Skor
|
Peserta
didik menyebutkan tiga kota yang menjadi basis perlawanan Dinasti Abbasiyah secara lengkap
|
2
|
Peserta
didik menyebutkan tiga kota yang menjadi basis perlawanan Dinasti Abbasiyah secara
singkat
|
1
|
Peserta
didik tidak menjelaskan apa-apa
|
0
|
e.
Jelaskan
usaha-usaha yang dilakukan oleh Abu Muslim al-Khurasani?
Kegiatan
|
Skor
|
Peserta
didik menjelaskan usaha-usaha yang dilakukan oleh Abu Muslim al-Khurasani secara lengkap
|
2
|
Peserta
didik menjelaskan usaha-usaha yang dilakukan oleh Abu Muslim al-Khurasani secara
singkat
|
1
|
Peserta
didik tidak menjelaskan apa-apa
|
0
|
Penghitungan
nialai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut :
|
Perolehan
Skor
|
Nilai
Akhir =
|
....................
x Skor Ideal (100) = .....
|
|
Skor
Maksimum (8)
|
F. Bahan/sumber belajar
1.
Buku
SKI kelas VIII MTs
2.
Buku
Peradaban Islam
|
Banjarnegara, 10 Mei 2014
|
Mengetahui,
Kepala Sekolah
Redy Priyanto, S.Ag.
NIP.
|
Guru Mata Pelajaran
Mad Solihin
NIP.
|
Lampiran
Materi Pembelajaran
1. Sejarah keruntuhan Bani Umayyah
2. Sejarah berdirinya Bani Abbasiayah
Sejarah Keruntuhan Bani Umyyah
Beberapa penyebab runtuhnya Dinasti
Umayyah :
a.
Figur
Kholifah yang Lemah
Pemindahan ibu kota Madinah ke Damaskus merupakan sebab awal munculnya faktor kelamahan ini. Sebagaimana
diketahui, Damaskus merupakan bekas ibukota Kerajaan Bizantium. Akibatnya,
kehidupan bangsawan Bizantium mulai mempengaruhi dan akhirnya menjadi gaya hidup
keluarga Dinasti Umayyah. Mereka terbiasa menjalani kehidupan mewah dan jauh
dari gaya hidup islami seperti dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.
Hal ini menyebabkan figur-figur khalifah menjadi figur yang lemah.
Hanya ada lima khalifah yang besar yang mampu memerintah dengan kuat. Mereka
adalah Muawiyyah, Abdul Malik. Al-Walid I, Umar II dan Hisyam. Hisyam adalah
negarawan kelima yang besar dari Dinasti Umayyah.
Sebelum masa Hisyam, seperti ditunjukan oleh oleh Yazid II, para
khalifah bahkan menghabiskan waktu untuk berburu dan minum anggur. Mereka lebih
sibuk dengan musik dan syair-syair daripada Al-Qur’an dan urusan agama. Karena
harta kekayaan yang melipah, jumlah budak menjadi berlebihan. Akhirnya mereka
tak bisa mengenadalikan hidupnya.
Para khalifah juga tidak bisa lagi membanggakan darah bangsawan
arabnya yang murni. Yazid III adalah khalifah Islam pertama yang ibunya seorang
budak belian yang dimerdekakan. Semua itu telah melemahkan semangat dan daya
juang keluarga Dinasti Umayyah.
b.
Hak
istimewa bangsa Arab Suriah
Umayyah bin Khalaf merupakan moyang Dinasti Umayyah yang telah lama
menetap si Suriah jauh sebelum islam datang. Oleh karena itu, kehidupan dan
keberlangsungan Dinasti Umayyah tidak bisa dilepaskan dari orang-orang Suriah. Selanjutnya,
Dinasti Umayyah membentuk aristrokasi militer arab yang secara turun-temurun
membentuk kelas-kelas sosial dan tingkatan masyarakat.
Tentara suriah adalah jantung kekuatan militer Dinasti Umayyah.
Sebagai sumber kekuatan, mereka memperoleh bagaian terbesar dari harta rampasan
perang. Masyarakat syuriah pada umumnya juga mendapat hal istimewa itu. Tidak
mengherankan apabila kemudian terjadi kesenjangan sosial yang dalam antara
masyarakat dan golongan lainnya.
Keadaan itu menimbulkan kecemburuan kaum muslim arab di Madinah,
Mekkah dan Irak. Mereka memang dibebaskan dari beban membayar pajak yang
dipikulkan kepada orang-orang muslim non-Arab (mawali) dan non-muslim. Akan
tetapi ehidupan mereka tidak lebih baik dibanding dengan keluarga –keluarga Suriah.
Kecemburuna yang lebih besar ditunjukan oleh orang-orang muslim
non-Arab pada umumnya dan lebih khusus lagi adalah orang-orang islam Persia. Khalifah-khalifah
Dinasti Umayyah bahkan menunjukan sikap yang bermusuhan dengan mereka. Harapan
mereka untuk memperoleh persamaan dalam bidang ekonomi dan sosial pupus sudah.
Kedudukan mereka bahkan diturunkan menjadi mawali, yaitu orang yang sangat
tergantung nasibnya pada majikan mereka, orang-orang Arab. Mereka mengeluh atas
perlakuan itu dan memandanganya sebagai hal yang tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip ajaran Islam.
c.
Pemerintahan
yang tidak demokratis dan Korup
Padam masa Khulafaur Rasyidin, pemilihan khalifah dilakukan secara
musyawarah dan demokratis. Dalam Perjanjian ‘Amul Jama’ah antara Hasan bin Ali
dan Muawiyyah, Muawiyah menyanggupi pemilihan khalifah sesudahnya dilakukan
dengan musyawarah dam pemilihan demokratis dari umat islam. Namun, Muawiyyah
mengingari janji itu. Ia menunjuk anaknya, Yaziz bin Muawiyyah sebagai putra
mahkota dan khalifah sesudahnya. Hal ini berlangsung secara turun temurun.
Disamping mengingkari isi Perjanjian ‘Amul Jama’ah. Penunjukan itu
juga berlawanan dengan prinsip senioritas dalam pemilihan pimpinan dikalangan
bangsa Arab. Pemimpin adalah orang tertua dan dianggap paling mampu serta
berpengalaman. Akibatnya, beberapa Khalifah Dinasti Umayyah berasal bukan dari
garis keturunan Mua’awiyyah. Contohnya adalah Marwan. Keadaan menjadi lebih
sulit lagi ketika Marwan juga menginginkan anaknya, Abdul Malik, sebagai
khalifah sesudahnya. Selain itu, Marwan juga merencanakan Abdul Aziz anaknya,
sebagai khalifah sesudahnya. Selain itu, Marwan juga merencanakan Abdul Aziz, anaknya
yang lain, sesdudah khalifah sesudah Abdul Malik. Hal ini tentu membuat
keadaaan di istana serta pemerintahan menjadi
tidak stabil serta mengancam kelangsungan Dinasti Umayyah. Keadaan ini
membuat administrasi pemerintahan terlalaikan. Hal itu juga mendorong para
pejabatnya melakukan korupsi dan mementingkan diri sendiri. Pemerinahan menjadi
lamban dan tidak efesien. Rakyat makin tidak menyukai pemerintahan Dinasti
Umayyah. Akibatnya, penentanganpun muncul dimana-mana.
d.
Persaingan
antarsuku
Persaingan antarsuku sudah lama menjadi citra bangsa Arab. Sikap
pilih kasih Dinasti Umayyah kemunculan hal itu. Suku arab terbagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu bangsa Arab utara yang disebut Arab Quraisy atau Mudari
dan bangsa Arab Selatan yang disebut Arab Yamani atau Himyari. Dalam pertikaian
itu, Dinasti Umayya mendukung suku Arab Yamani yang lebih cocok dengan mereka.
Serangkaian peperangan antara dua suku Arab itu sangat memperlemah kekuatan
Dinasti Umayyah.
Sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah
Semua kejadian diatas menjadi permasalahan yang sulit dipecahkan
oleh pemerintahan Dinasti Umayyah. Sekitar awal abad ke-8 (720 M), kebencian
terhadap pemerintahan Dinasati Umayyah telah tersebar luas. Kelompok-kelompok
yang merasa tidak puas bermuculan. Kelompok-keompok itu adalah :
a.
Kelopok
uslim non-Arab (mawali) yang memprotes kedudukan mereka sebagai warga kelas dua
di bawah muslim Arab
b.
Kelompok
Khawarij dan Syi’ah yang menganggap Dinasti Umayyah sebagai perampas khilafah
c.
Kelompok
muslim non Arab di Mekah, Madinah dan Irak yang merasa sakit hati atas status
istimewa penduduk Suriah
d.
Kelompok
muslim yang saleh, baik Arab maupun non-Arab yang memandang keluarga Dinasti
Umayyah telah bergaya hidup mewah dan jauh dari jalan hidup islami.
Kelompok-kelompok tersebut membentuk suatu kekuatan gabungan yang
dikoordinasi oleh keturuan al-Abbas, paman Nabi Muhammad saw. Untuk mencari
dukungan masyarakat luas, kelompok Dinasti Abbasiyah melakukan propaganda yang
mereka sebut sebagai usaha dakwah. Gerakan dakwah dimuali ketika Umar bin Abdul
Aziz berkuasa (717-720 M). Umar bin Abdul Aziz memimpin dengan adil.
Ketentraman dan stabilitas negara memberi kesempatan kepada gerakan Dinasti
Abbasiyah untuk menusun dan merencanakan kegiatannya di al-Humaymah.
Pemimpin gerakan dakwah waktu itu adalah Ali bin Abdullah bin
Abbas. Dia kemudian digantikan oleh ankanya, Muhammad. Ia memperluas gerakan
Dinasti Abbasiayh dan menetapkan tiga kota sebagai pusat gerakan. Ketiga kota
itu adalah al-Humaymah sebagai pusat perencanaan dan organisai. Kufah sebagai
kota penghubung, dan Khurasan sebagai pusat gerakan praktis. Muhammad meninggal
pada tahun 743 M dan digantikan oleh anaknya, Ibrahim al-Imam. Ia kemudian
menunjuk seorang Khurasan sebagai panglima perangnya, yaitu Abu Muslim
al-Khurasani.
Abu Muslim al-Khurasani adalah pemuda yang menampakan bakat
kepemimpinan dan keberanian yang luar biasa. Padahal, pada waktu ditunjuk
sebagai panglima oleh Ibrahim al-Imam, ia baru berusia 19 tahun. Ia mencapai
sukses besar di Khurasan. Ia berhasil menarik simpati sebagian besar penduduk
dari sekitar 60 desa di sekitar Merv. Banyak tuan tanah di Persia (dikhan) yang
mengikutinya. Ia berkampanye untuk memunculkan rasa kebersamaan diantara
golongan alawiyyin (keturuan Ali), golongan Syiah dan orang-orang Persia untuk
menentang Dinasti Umayyah yang telah menindas mereka. Abu Muslim al-Khurasani
mengajak mereka bekerja sama dengan gerakan Abbasiayah untuk mengembalikan
kekhalifahan kepada golongan Bani Hasyim, baik dari keturunan Abbas bin Abdul
Mutholib maupun keturunan Ali bin Abi Talib.
Sebelum Abu Muslim al-Khurasani diangakt menjadi panglima, gerakan
dakwah dialakukan secara diam-diam. Para dai dikirim ke berbagai penjuru
wilayah islam dengan menyamar sebagai pedagang atau jamaah haji. Hal itu
dilakukan karena belum berani melawan Dinasti Umayyah secara terang-terangan.
Setelah Abu Muslim al-Khurasani diangkat menjadi panglima, Ibrahim al-Imam mendorong
Abu Muslim al-Khurasani untuk merebut Khurasan dan menyingkirkan orang-orang
Arab yang mendukung Dinasti Umayyah pada tahun 747 M. Rencana ini diketahui
oleh penguasa Dinasti Umayyah. Ibrahim al-Imam diatangkap dan dihukum mati oleh
Khalifah Marwan II. Kepemimpinan gerakan dakwah Dinasti Abbasiah kemudian
dipegang oleh saudaranya, Abdullah bin Muhammad, yang dikenal sebagai Abu Abbas
as-Saffah. Ia tetap membari kepercayaan kepada Abu Muslim al-Khurasani untuk
menjadi panglima perangnya dan memimpin perlawanan di Khurasan. Sementara itu,
Abu Ja’far al-Mansur, Isa bin Musa bin Muhammad dan Abdullah bin Ali memimpin
gerakan di Kufah, Damaskus, Palestina, Yordania dan daerah bagian barat wilayah
Dinasti Umayyah.
Abu Muslim Al-Khurasani segera memulai gerakannya. Dengan pandai,
ia memanfaatkan pertentangan antara suku Arab Qurays dan suku Arab Yamani yang
sudah berlangsung sejak zaman Khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Pada masa itu,
orang-orang Yaman mendapat kedudukan yang baik di Khurasan. Hal ini disebabkan
Gubernur saat itu berasal dari suku Arab Yamani, yaitu As’ad bin Abdullah
al-Qasri. Sementara itu, orang-orang Arab Qaisy disisihkan dari pemerintahan
sehingga mereka tidak menyukai orang-orang Yamani. Sebaliknya, ketika Gubernur
Khurasan dijabt oleh orang-orang Arab Qaisy, orang-orang Yamani disingkirkan.
Pada waktu Abu Muslim al-Khurasani memulai geraknnya, Gubernur
Khurasan dijabt oleh Nasr bin Sayyar yang berasal dari suku Arab Qaisy. Abu
Muslim al-Khurasani kemudian mendekati al-Kirmani, pemimpin suku Arab Yamani di
Khurasan. Dengan siasat adu domba, Gubernur Nasr bin Sayyar berhasil
dikalahkan. Dengan bantuan orang-orang Yamani pula, Abu Muslim al-Khurasani
berhasil menduduki Kota merv dan Nisabur.
Sementara itu, tentara Dinasti Abbasiyah yang dipimpin oleh
Kahtaba, seorang Jendral Abu Muslim al-Khurasani, maju ke sebelah barat. Ia
didampingi oleh Khalid bin Barmak, pendiri wangsa Barmakid. Mereka menyeberangi
sungai Eufrat dan sampai ke medan Karbala, tetapi Hesain bin Ali gugur dalam
pertempuran. Pertempuran dasyatpun berkobar. Gubernur Dinasti Umayyah di Irak
yang bernama Yazid berhasil dikahkan. Namun, Kahtaba gugur dalam pertempuran
itu. Komando di ambil alih oleh Husain bin Kahtaba. Tentara Dinasti Abbasiyah
akhirnya berhasil menguasai Kufah.
Di bagian timur, tentara Dinasti Abbasiyah terus bergerak maju.
Pada tahun 749 M, putra Khalifah Marwan dikalahkan Abu Ayun, seorang panglima
Dinasti Abbasiyah. Khalifah Marwan II akhirnya memimpin langsung usaha terakhir
untuk mempertahankan dinastinya. Ia mengerahkan 120.000 tentaranya dan
menyebrangi Sungai Tigris serta maju menuju Zab Hulu atau Zab Besar. Tentara
Bani Abbasiyah dipimpin oleh Abdullah
bin Ali. Tentara Dinasti Umayyah berhasil dikalahkan. Marwan II melarian diri
dan Damaskus pun ke tangan Dinasti Abbasiyah. Marwan II diburu dari satu tempat
ke tempat lain. Ia ditemukan di Mesir dan dibunuh disana.
Abu Abbas as-Safah kemudian
dibaiat sebagai Khalifah di masjid Kufah pada tahun 750 M. Menurut para ahli
sejarah, perpindahan kekhalifahan dari Dinasti Umayyah kepada Dinasti Abbasiyah
lebih dari sekedar pergantian dinasti. Kejadian itu merupakan Revolusi dalam
sejarah Islam, yaitu suatu titik balik yang sama pentingnya dengan Revolusi
Prancis dan Rusia dalam sejarah barat.
Tags
Contoh RPP