Hey reader gimana kabarnya ? Semoga selalu dalam keadaan sehat wal afiat. Aamiin. Dalam kesempatan kali ini admin akan berbagi contoh makalah dengan judul Teologi Ibnu Taimiyah. Ada yang tahu siapa itu Ibnu Taimiyah? Kalau belum tahu, berarti tulisan makalah teologi Ibnu Taimiyah ini cocok untuk kalian baca.
Contoh makalah dengan tema Teologi Ibnu Taimiyah ini adalah makalah yang disusun oleh teman sekelas saya, yaitu Joko Septiono dan Nafsiah. Contoh Makalah dengan judul Teologi Ibnu Taimiyah ini adalah tugas yang diberikan oleh Bapak Drs. Mufid Fadly, M.Ag dalam Makul (Mata Kuliah) Ilmu Kalam. Nah karena tulisan makalah ini adalah milik teman saya, maka sepantasnya juga saya mencantumkan nama mereka dalam tulisan contoh makalah teologi Ibnu Taimiyah ini sebagai pembuka.
Tulisan makalah teologi Ibnu Taimiyah ini sebagaimana judulnya akan membahas tentang siapa itu Ibnu Taimiyah, apa pengaruhnya dan bagaimana pandangan pemikiran beliau. Akhirnya semoga makalah ini bisa bermanfaat dan bisa membantu teman-teman yang membutuhkan informasi tentang Ibnu Taimiyah.
Akan tetapi admin juga berharap, bagi siapapun yang berkepentingan untuk memanfaatkan tulisan ini terutama mahasiswa, jangan hanya sekedar download tetapi juga harus membaca buku yang berkaitan dengan Ibnu Taimiyah. Dan ketika donwload jangan lupa cantumkan alamat blog ini. Selamat membaca.
Rumuasan Masalah :
- Siapakah
Ibnu Taimiyah ?
- Seberapa
besar pengaruh Ibnu Taimiyah didalam sejarah Islam.
- Pandangan teologi Ibnu Taimiyah
A.
IBNU TAIMIYAH
Nama lengkap Ibn Taimiyah adalah Taqiyuddin Ahmad
bin Abi Al-Halim bin Taimiyah. Beliau dilahirkan di Harran pada hari senin
tanggal 10 Rabi’ul awal tahun 661 H. ayahnya bernama Syihabudin Abu Ahmad Abdul
Halim bin Abdussalam Ibn Abdullah bin Taimiyah.
Ibn Taimiyah dikenal sangat cerdas, bahkan diusianya
yang baru 17 tahun, ia telah dipercaya masyarakat untuk memberikan pandangan-pandangan
mengenai masalah hukum secara resmi. Masa hidup Ibn Taimiyah bebarengan dengan
kondisi dunia Islam yang dalam keadaan mengalami disintegrasi, dislokasi
social, dan dekadensi moral dan akhlak. Kelahiranya terjadi lima tahun setelah
Baghdad dihancurkan pasukan Mongol, Hulagu Khan. Beliau hidup sezaman dengan
Imam Nawawi. Ibnu Taimiyah tumbuh menjadi seorang yang alim, banyak pengetahuan
fiqih dalam madzhab Hambali dan juga dalam ilmu Usuludin, ia biasa mengajar,
dan bertabligh di Masjid Bani Umayah di Damsyik dan mempunyai banyak murid.
Meskipun demikian, ada juga ulama yang tidak sependapat dengan Ibn Taimiyah,
seperti ulama Ibnu Hajar al Haitmi yang kemudian Ibnu Hajar ini mengarang
kitab-kitab untuk membetulkan kesalahan-kesalahan Ibnu Taimiyah. Oleh karena
itu, dalam upayanya mempersatukan umat Islam mengalami banyak tantangan, bahkan
ia harus wafat di dalam penjara pada tahun 724 H.[1]
B.
IBNU TAIMIYAH
SEBAGAI TOKOH SEJARAH
DALAM ISLAM
Ibnu Taimiyah adalah ahli fiqh madzhab Hambali.
Pemikirannya sangat besar terhadap gerakan Wahhabi, Dakwah gerakan Sanusi, dan
kelompok-kelompok agama yang ekstrem yang ada didunia islam. Dia adalah contoh
hidup untuk menjelaskan pengaruh Negara dan masyarakat. Kekerasannya terhadap
musuh-musuhnya mendatangkan reaksi yang keras juga. Dia menyerang dengan pena
dan lidahnya terhadap semua kelompok Islam, seperti Khawarij, Syi’ah, murji’ah,
Rafidhah, Qodariyah, Mu’tazilah, Asy’ariyah, Jahmiyah, dan yang lain yang
dianggap sesat.[2]
Diantara kelompok-kelompok tersebut ada yang meminta
Sultan mengenakan sanksi kepadanya, usulan itu pun mendapat sambutan. Bebrapa
tahun lamanya, dia menjalani hidup di beberapa penjara di Mesir dan di
Damaskus. Dia menghabiskan tahun-tahun akhir hidupnya dalam sebuah benteng di
Damaskus hingga meninggal dunia.
Ibnu Taimiyah juga dikenal sangat keras terhadap
orang-orang yang menentang pikirannya, dia sangat ketat melaksanakan al-amr bi al-ma’ruf wa al-nahy’an al-munkar.
Dia memikul sendiri tugas mengawasi manusia, besar ataupun kecil, agar mereka
selalu menjaga adab sopan santun Islam dalam perilaku mereka. Dia juga
mengangkat dirinya sendiri sebagai pengawas yang berkeliling pasar, mendidik
manusia. Umat Islam, menurutnya, hanya satu umat, artinya tidak ada umat lain.
Umat ialah sebagai wadah anggota yang memiliki tujuan yang telah ditetapkan
oleh Al-Qura’an dan Hadist. Mereka harus menjadikan kerja sama sebagai dasar
bagi perbuatan yang dilakukan bersama-sama.
Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa perjuangan merupakan
salah satu kewajiban. Peperangan bukan hanya ditujukan kepada orang-orang
kafir, tetapi juga kepada orang-orang muslim yang memberontak. Agar tujuan itu
tercapai, haruslah didirikan sebuah kedaulatan Negara yang adil dan bertugas
menegakan kebenaran dan memastikan bahwa manusia telah melaksanakan
kewajiban-kewajiban agama mereka, hidup bermasyarakat dengan baik, serta
menjaga agar penguasa tidak melakukan penipuan dan korupsi. Ibnu Taimiyah juga
merupakan salah satu tokoh yang tidak senang dengan liberalisme dalam ekonomi.
Disamping itu, Negara juga harus mengawasi betul pembelanjaan menurut ajaran
tersebut.
C.
TEOLOGI IBNU TAIMIYAH
Pemikiran
Teologi Ibnu Taimiyah. Menurut Ibrahim Madzkur , pemikiran Ibnu
Taimiyah adalah sebagai berikut.
a. Sangat berpegang teguh pada
Nash(Al-quran dan Hadits)
b. Tidak
memberikan ruang gerak yang bebas kepada akal
c. Berpendapat bahwa Alquran mengadung semua ilmu
agama
d. Didalam islam yang diteladani hanya 3
saja,(sahabat,Tabi’in,dan Tabi’i
Tabi’in)
e. Allah memiliki sifat yang tidak
bertentangan dengan Tauhid dan tetap mentanzihkan nya.
Ibnu Taimiyah adalah seorang Tekstualis. Oleh sebab itu pandangannya dipandang
oleh ulama’ madzhab Hanbali, Al-khatib Ibnu Al-jauzi, sebagai pandangan Tajsim
Allah, yakni menyerupakan Allah dengan MakhluqNYA. Oleh karena itu, Al-Jauzi
berpendapat bahwa pengakuan Ibnu Taimiyah sebagai salaf perlu ditinjau kenbali.
Pandangan
sifat-sifat Allah menurut Ibnu Taimiyah adalah
sebagai berikut.
a. Percaya sepenuh hati terhadap
sifat-sifat Allah yang ia sendiri atau Rasulnya menyifati.
1.
Sifat
Salbiyah
2.
Sifat
Ma’ani
3.
Sifat
Khabariyah
4.
Sifat
Dhafiyah
b. Percaya sepenuhnya terhadap nama-namaNYA
yang ALLAH atau RasulNYA sebutkan.
c. Menerima sepenuhnya sifat dan nama ALLAH
tersebut denagn :
1.
Tidak
mengubah ma’nanya
2.
Tidak
menghilangkan pengertian lafadz
3.
Tidak
mengingkarinya
Ibnu Taimiyah mengakui 3 hal dalam masalah keterpaksaan dan ikhtiar
manusia,yaitu: Allah pencipta segala sesuatu ,hamba pelaku perbuatan yang
sebenarnya dan mempumyai kemauan serta kehendak secara sempuna, sehingga
manusia bertanggung jawab terhadap perbuatannya, Allah meridhoi perbuatan baik
dan tidak meridhoi perbuatan buruk.
Menurut Ibnu Taimiyah,masalah Tuhan tidak dapat diperoleh dengan metode rasional, baik dengan metode filsafat, keinginan
mistis manusia juga untuk menyatu dengan Tuhan adalah suatu yang mustahil. Oleh
sebab itu, Ibnu Taimiyah sangat tidak suka pada aliran filsafat. dan aliran
Mu’tazilah yang selalu mendahulukan dalil rasional dari pada dalil al-quran, sehingga
banyak menggunakan Ta’wil.[3]
Pemikiran Ibnu Taimiyah
dalam Tauhid.
Contoh
pemikiran Ibnu Taimiyah dalam Tauhid Diantaranya :
Ibnu Taimiyah menfatwakan bahwa Tuhan duduk bersila
di atas ‘arsy, serupa dengan duduk bersilanya Ibnu Taimiyah sendiri. Faham ini
beberapa kali diulangnya di atas mimbar Masjid Bani Umayyah di Damsyik Syiria
dan di Mesir. Ia mengemukakan dalil ayat Al-Qur’an yang diartikannya semulanya
saja, dan sebagai yang tersurat saja, tanpa memeperhatikan yang tersirat dari
ayat-ayat itu. Jadi Ibnu Taimiyah boleh digolonglkan kepada kaum Zahirriyah,
yaitu kaum “lahir”, yang mengartikan ayat-ayat Qur’an dan Hadits Nabi secara
lahirnya saja.
Tuhan Turun dari Langit tiap-tiap malam serupa dengan
turunnyya ibnu Taimiyah dari mimbar.
Suatu fatwa yang menghebohkan dunia Islam dari ibnu
Taimiyah, ialah menghukum kafir atau syirik sekalian orang Islam yang mendo’a
dengan bertawassul, padahal mendoa dengan bertawassul itu sudah dikerjakan oleh
dunia islam sedari berabad-abad permulaan islam, sedari jaman nabi, zaman
shahabat dan zaman tabi’in. Tawassul artinya mengerjakan sesuatu amal yang
dapat mendekatkan diri kepada Tuhan.
Ibnu Taimiyah meninggalkan karya tulis yang sangat
banyak kepada kita. dalam tulisannya, dia mengaku sering menyerang kelompok
sufi yang meyakini inkarnasi dan penyatuan wujud manusia dengan Tuhan.
Menurutnya, hal itu termasuk syirik terhadap Alloh SWT. Dia juga menyerang para
fuqoha karena keterikatan mereka dengan empat imam Ahlusunnah ketika mereka
membahas persoalan-persoalan syariah. Ibnu Taimiyah menghendaki pandangan baru.
Menurutnya adalah bukan termasuk Zindik apabila seseorang mengeluarkan pendapat
yang berbeda dengan consensus para ulama.
Ibnu Taimiyah juga menulis bebarapa risalah tentang
memerangi orang Yahudi dan Nasrani, menentang pelestarian tempat-tempat
peribadatan seperti gereja-gereja yang masih berdiri, dan melarang pembangunan
tempat peribadatan yang baru untuk mereka.
Filsafat, menurutnya bisa menyebabkan kekafiran,
oleh karena itu juga, ia sangat semangat untuk memerangi filsafat bahkan juga
orang Muslim yang terpengaruh oleh filsafat tersebut, diantaranya adalah Ibn Sina
dan Ibn Sab’in.
Beliau juga menyerang al-Ghazali, dan mengecam
pendapat-pendapat yang tercantum dalam bukunya Ihya’ Ulumul al-Din dan Manqidz
min al-Dhalal. Dia juga menyarang Muhyiddin ibn Arabi dan Ibn al-Faridh.
Dalam khotbahnya di masjid-masjid, dia membeberkan kesalahan-kesalahan Umar bin
al-Khotob, Ali bin Abu Tholib dan yang lainnya.
KESIMPULAN
Ibnu Taimiyah adalah salah seorang ulama yang
beraliran keras, ia tidak suka dengan orang yang menentang pendapatnya.
Menurutnya, umat islam hanya ada satu golongan yaitu islam itu sendiri. Bahkan
dia memerangi semua golongan yang dianggap sesat. Pemahamanya tetntang Tauhid
menurut ulama yang lain memang perlu diluruskan. Menurut ulama lain, Ibnu
Taimiyah termasuk pada aliran mumatsalah yaitu memandang bahwa sifat-sifat
Alloh sama seperti mahkluk-NYA.
Daftar Pustaka
Amin,Husayn
Ahmad, Seratus Tokoh dalam Sejara Islam,
Bandung:
PT
Remaja Rosdakarya, 2003.
Abbas, Sirajudin, I’tiqod Ahlussunnah Wal Jama’ah, Jakarta: Pustaka Tabiyah
Baru,2008.
Rozak, Abdul, Ilmu
Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Al’Alim,Mustafa, Aqidah
Islam Ibnu Taimiyah, Bandung: PT. Al ma’rif,1982.
Tags
Catatan Kuliah