Argumentasi Tentang Bahaya Merokok

Ilustrasi (freepik)


Ada salah seorang teman yang merasa senang sekali ketika mengetahui aku berhenti merokok, sampai-sampai ia berujar bahwa hari ini telah terselamatkan hidup seseorang dari ganasnya malaikat pencabut nyawa. Sepintas hal ini memang tidak begitu kuperhatikan, karena merokok bagiku memang belum menjadi candu, melainkan sebatas trend dalam dunia pergaulan anak muda saja. Kebiasaan itu muncul berawal dari rasa penasaran, juga sebagai langkah pergaulan berorganisasi saat SMA. Setelah lulus dari bangku sekolah akupun sempat berhenti merokok, akan tetapi hal itu tidak berlangsung lama. Penyebabnya karena saat itu aku masuk dalam lingkungan yang notabene semuanya perokok aktif, yaitu pondok pesantren. 

Merokok saat ini adalah kehidupan sosial, symbol atas kejantanan kaum adam. Sampai ada sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa lelaki yang tidak merokok di katakan banci, sedangkan banci saja banyak yang merokok. Dari hal-hal tersebut lahirlah budaya merokok dikalangan masyarakat kita. Rokok memang tidak dimasukkan didalam narkoba atau zat adiktif yang diatur dalam Undang-Undang, tapi merokok mempunyai banyak sisi negatif, karena berbagai alasan itu MUI sampai mengeluarkan fatwa tentang pengharaman hukum merokok, memang hal tersebut masih menjadi pro dan kontra di masyarakat. Akan tetapi sungguh sangat menggelisahkan bagi sebagian kalangan, baik dari kalangan perokok aktif maupun pasif. Bahaya merokok seperti yang tercantum dalam bungkusnya; ”Merokok dapat menyebabkan gangguan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin ”, masih banyak tidak dihiraukan oleh para perokok aktif dinegara kita ini. Namun sedikit sekali perokok yang ingin berhenti dari kebiasaannya itu. Persoalannya adalah keinginan seorang perokok untuk berhenti dari kebiasaan itu tidak semudah ketika ia mengucapkannya.

Sesuatu yang menimbulkan madharat memang cenderung diharamkan oleh Al- Qur’an, jadi wajar kalau merokok itu masuk kedalam kategori makruh. Hal ini sesuai dengan realita yang terjadi, bahwa tidak semua perokok itu pasti terkena penyakit yang diprediksikan akan ada apabila seseorang itu merokok. Akan tetapi hal ini lantas tidak dijadikan dalil bahwa setiap orang yang merokok bebas dari penyakit-penyakit berbahaya, kadang yang terjadi justru sebaliknya, dengan merokok seorang penulis dapat menuangkan ide-ide cemerlangnya, para seniman berhasil menghasilkan karya-karya spektakulernya. Malahan tanpa merokok ide dan gagasan-gagasan mereka tak bisa keluar.

Bagi perokok yang sudah kecanduan, menghilangkan kebiasaan buruk ini memang sulitnya luar biasa. Mengapa hal ini bisa terjadi? Seperti yang kita ketahui bahwa didalam rokok itu terkandung zat nikotin, suatu zat kimia (adiktif) yang menyebabkan seorang perokok sulit melepaskan kebiasaannya. Hal ini dikarenakan nikotin yang masuk kedalam tubuh kita bekerja mempengaruhi otak kita dengan menimbulkan perasaan menyenangkan, santai dan memperbaiki konsentrasi dalam jangka pendek serta mengikat perokok untuk terus menkonsumsinya

Lalu bagaimana cara mulai menghentikan kebiasaan merokok itu? Perlu kita sadari, bahwa nikotin yang ada pada rokok akan membuat si perokok mengalami ketergantungan fisik dan merasa “kecut” ketika dalam satu hari ia tidak menghisap lintingan-lintingan tembakau berbungkus kertas itu. Maka dari itu, mulailah dengan mencoba tidak merokok dalam jangka waktu sehari saja. Dalam satu hari tersebut kita memang akan merasa “ada sesuatu yang kurang”, apalagi ketika tidak merokok setelah selesai makan. Setelah dua minggu efek nikotin mungkin boleh dikatakan sudah menghilang (gejala putus nikotin), akan tetapi banyak dari perokok yang gagal mengatasi pemutusan efek nikotin dan kembali merokok lagi.

Post a Comment

Previous Post Next Post