KH.
Ahmad Abdul Hamid Kendal (1915-1998 M) : Pencipta Salam Penutup Pidato NU
Salah
satu ciri khas warga NU adalah kalimat penutup dalam pidato, surat-menyurat,
maupun rapat, yakni kalimat "Wallahul muwafiq ila aqwamith thoriq."
Sebuah kalimat khas, yg mengandung arti harfiah, kurang lebih “Allah-lah Dzat
Yang Menunjukkan ke jalan yang selurus-lurusnya.”
Kalimat
ini selalu disebut, ditulis dan dibaca dalam berbagai kegiatan formal maupun
informal yang diadakan oleh warga NU. Namun tak banyak orang tahu, siapa penemu
atau pencipta "kalimat pembeda" warga NU dan lainnya itu.
Penciptanya
tiada lain adalah KH. Ahmad Abdul Hamid, pengasuh pondok pesantren Al-Hidayah
Kendal sekaligus imam Masjid Besar Kendal. Beliau lahir di kota Kendal pada
tahun 1915 M.
Sebelum
menciptakan kalimat wallahul muwaffiq ila aqwamit-thariiq, Kiai Hamid terlebih
dahulu telah menciptakan kalimat “Billahit taufiq wal-hidayah”. Namun karena
kalimat tersebut kemudian digunakan oleh hampir semua kalangan umat Islam, maka
beliau merasa kekhasan untuk orang NU tidak ada lagi. Untuk itu, diciptakan
istilah baru, yakni wallahul muwaffiq ila aqwamit thariiq yang dirasakan cukup
sulit ditirukan oleh orang non-NU.
Kiai
Aktivis dan Penulis Produktif
Kiprah
Kiai Hamid di lingkungan NU dimulai dari tingkat daerah sampai PBNU. Beberapa
posisi penting di NU yang pernah didudukinya adalah adalah Rais Syuriyah PCNU
Kendal, Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah
(dengan Katib KH. Sahal Mahfudh), dan terakhir sebagai Mustasyar PBNU.
Ketokohannya
tak banyak ditulis di media massa, namanya jarang disebut dalam
panggung-panggung nasional, atau didengungkan di berbagai kajian sejarah
ke-NU-an kita, tapi kiprah dan produktivitasnya dalam berkarya tak bisa
diremehkan begitu saja.
Sejak
tahun 1930-an, Kiai Achmad Abdul Hamid terlibat dalam penulisan dan penerbitan
majalah BNO (Berita Nahdlatoel Oelama) yg diterbitkan oleh HBNO. dalam sebuah
tulisan, KH. Sahal Mahfudh menyebut kiai Achmad Abdul Hamid sebagai sosok yang
begitu rapi dalam menyimpan dokumen-dokumen penting NU, salah satu yang sangat
rapi disimpannya adalah dokumen-dokumen Buletin LINO (Lailatul Ijtima'
Nahdatoel Oelama).
Kecintaannya
terhadap dunia tulis menulis juga ditunjukkannya dengan menulis dan
menerjemahkan kitab-kitab Arab ke dalam bahasa Jawa huruf Arab Pegon. Terbilang
lebih dari 20 kitab yang telah ditulisnya, meliputi bidang akidah, sejarah
Islam, syari'ah, ke-NU-an maupun tuntunan dakwah Islam. Salah satu karyanya
yang cukup fenomenal adalah terjemahan Qanun Asasi Hadlratus Syeikh Hasyim
Asy'ari yang diterjemahkannya atas perintah dari Sekretaris Jenderal PBNU kala
itu, Prof. KH. Saifudin Zuhri.
Semula
terjemah Qanun Asasi ini telah dimulai oleh KH. Mahfudz Shiddiq, tetapi tidak
selesai sehingga PBNU meminta kiai Ahmad Abdul Wahid untuk menyelesaikannya.
Terjemahan itu oleh Kiai Achmad dinamakan Ihyau Amalil Fudlala’ Fi Tarjamati
Muqaddimatil Qanunil Asasi li-Jam’iyati Nahdlatil Ulama.
Kiai
Achmad Abdul Hamid wafat pada 14 Februari 1998 bertepatan dengan 16 Syawal 1418
H.
Referensi:
-Buku
Ulama Besar Indonesia: Biografi dan Karyanya (Pustaka Amanah)
-Ensiklopedi NU.
==≠====================
*) Nuqilan dg perubahan seperlunya.
-Ensiklopedi NU.
==≠====================
*) Nuqilan dg perubahan seperlunya.
Tags
Biografi Ulama