Ilustrasi (Pexels) |
(PERTAMA)
SEGALA SESUATU ITU SEHARUSNYA DIMUSYAWARAHKAN DAHULU WALAUPUN ITU TERHADAP
ANAKNYA
Ini
dapat kita lihat melalui dialog yang dilakukan oleh nabi Ibrohim dengan
putranya, nabi Ismail ketika menyampaikan pesan dari Allah untuk
menyembelihnya.
Nabi Ibrahim
menyampaikan perintah itu kepada anaknya yg sangat
dicintainya dengan bijaksana. Beliau tidak langsung mengambilnya
tiba-tiba dan tidak pula mencari kelengahan atau dgn taktik menculik teror dan
intimidasi. Meskipun Ibrahim memiliki wewenang tetapi beliau tidak
menggunakan wewenang tersebut agar anaknya bertekuk lutut di
hadapannya. Perintah Allah disampaikannya dgn transparan penuh argumentasi
Ilahiah.
Sedangkan
Ismail anak yg patuh dan mengerti kedudukan orang tuanya dan posisinya sebagai
anak ia tidak membangkang dan tidak bimbang. Ismail memberikan jawaban yg
memancarkan keimanan tawaddu? dan tawakkal kepada Allah bukan utk menonjolkan
kepahlawanan atau kegagahan mencari popularitas. Ia tidak melakukan kekerasan
utk memprotes kehendak bapaknya.Sungguh dua tokoh bapak dan anak ini merupakan
uswah hasanah bagi umat manusia
(KEDUA)
MENGAJARKAN PERSAMAAN DI ANTARA SESAMA
ini
dapat kita lihat dari ibadah haji yang dilakukan oleh umat islam dari seluruh
penjuru dunia. Dengannya, Islam tampak sebagai agama yang tidak mengenal
status sosial. Kaya, miskin, pejabat, rakyat, kulit hitam ataupun kulit putih
semua memakai pakaian yang sama. Bersama-sama melakukan aktivitas yang sama
pula yakni manasik haji.
(KETIGA)
KETAATAN DENGAN ALLAH TAK DAPAT DIGANTIKAN DENGAN APAPUN
Ini
dapat kita lihat dari ketatan Nabi Ibrohim untuk menyembelih putra tercintanya,
nabi Ismail. Padahal dia adalah putra yang telah dinanati kehadirannya selama
bertahun-tahun. Dihadapkan diantara pilihan untuk mempertahankan buah hatinya
atau menjalankan perintah-Nya yaitu menyembelih putranya. Namun dengan
keteguhan iman yang telah terpatri di hatinya, nabi Ibrohim tetep menjalankan
perintah-Nya. Nabi Ismailpun disembelih olehnya, namun Allah menggatikannya
dengar seekor domba. Kisah ini diabadiakan dalam al Quran surat al Shaffat
ayat 102-109.
Ini
berbeda sekali dengan potret kepribadian orang-orang yang ada di Negara kita.
Mereka rela menanggalkan baju “takwanya” hanya karena pangkat, harta kekayaan
ataupun popularitas dirinya dengan melakukan korupsi. Maka dengan peringataan
idul adha ini kita diharapkan untuk Menyadari kembali bahwa segala
ni’mat yg diberikan Allah pada hakikatnaya adl sebagai cobaan atau ujian.
Apabila ni’mat itu diminta kembali oleh yg memberi maka manusia tidak dapat
berbuat apa-apa. Hari ini jadi konglomerat esok bisa jadi melarat dgn hutang
bertumpuk jadi karat. Sekarang berkuasa lusa bisa jadi hina tersia-sia oleh
massa. Kemaren jadi kepala kantor dgn mobil Timor entah kapan mungkin bisa jadi
bahan humor krn naik sepeda bocor.
(KEEMPAT)
MENGAJARKAN TENTANG KESALIHAN RITUAL DAN SOSISAL
Kesalihan
ritual ini tercermin dari penyembelihan hewan kurban. Sedangkan kesalihan
social tercemin dari pembagian daging hewan kurban tersebut kepada fakir
miskin.
Sumber
:
Tags
Artikel
trimakasih gan penjelasannya ^_^
ReplyDeleteSma" gan... Thank's telah berkunjung ke blog ku .. he
Delete