Metode
Berpikir Umum dan Metode Berpikir Islam – Metode berpikir dibagi menjadi
dua, yaitu metode berpikir umum dan motode berpikir islam. Apa perpedaan
meotede berpikir umu dan islam tersebut?
Tulisan sederhan ini akan menguraikan sedikit
mengenai motede berpikir umum dan metode berpikir islam. Meski sederhana,
semoga bisa bermanfaat bagi pra pembaca. Karena tujuan dari tulisan ini adalah
kebermanfaatn untuk orang lain. Selamat membaca.
Metode
Berpikir Umum
Dalam
khazanah pemikiran umat manusia, berkembang tiga model berpikir yang dengannya
menjadi tumpuan kebenaran ( benar tidaknya sesuatu). Tiga model berpikir
tersebut adalah :
1. Rasional
Model
berpikir ini berpendapat bahwa akal sebagai sumber ilmu pengetahuan, dan
sekaligus menjadi tolak ukur kebenaran, sehingga segala sesuatu itu diukur oleh
akal. Dimana sesuatu bisa menjadi sebuah kebanaran jika dapat diterima oleh
akal. Obyek kajian metode ini adalh abstrak-logis.
2. Empirical
Model
berpikir ini berpendapat bahwa kebenaran itu diukur oleh pengamatan dan
pengalaman indrawi manusia. Yang diukur dengan sesuai atau tidaknya dengan
fakta. Obyek kajian ini bersifat empirical yang paradigmanya positivistic,
yaitu sesuatu yang dapat diamati (observable), dapat diukur (meansurable), dan
dapat dibuktikan (verivicable).
3. Intuitif (irrasioanl)
Model
berpikir ini berpendapat bahwa kebenaran dapat diperoleh oleh
pertimbangan-pertimbangan emosianal (mukhashah). Obyek kajiannya bersifat
abstrak yang berparadigma mistik dan ghaib.
Metode yang
digunakan adalah dengan latihan terus-menerus atau mengasah secara
berulang-ulng yang keakuratannya berupa kepuasan hati.
Model Berpikir Islam
Dalam islam
juga ada tiga model berpikir yang dipopulerkan oleh al-Jabiri, model berpikir
tersebut adalah :
1. Epistemology
Bayani
Epistimologi
ini menggunakan pendekatan dengan cara menganalisis teks. Yang sumber teks
tersebut adalah :
a. Teks
nash (al-Qur`an dan sunnah Nabi Muhammad SAW)
b. Teks
non-nash berupa karya para ulama.
Epistimologi
bayani ini menimbulkan kritik dogmatic. Artinya teks ini ditempatkan sebagai
suatu ajaran mutlak (dogma) yang harus dipatuhi, diikuti dan diamalkan, tidak
boleh diperdebatkan, tidak boleh dipertanyakan, apalagi ditolak.
2. Epietimologi Burhani
Epistimologi
burhani ini mengukur benar tidaknya sesuatu dengan berdasarkan kompenen
alamiyah manusia berupa pengalamn dan akal tanpa dasar teks wahyu suci, yang
memunculkan peripatik. Sumber pengetahuan ini adalah realitas dan empiris ;
alam, social, dan humanities. Yang diperoleh oleh hasil penelitian, hasil
percobaan, hasil eksperiman, baik dilaboratorium maupun di alam nyata, baik
bersifat social maupun alam.
3. Epistimologi `Irfani
Epistimologi
ini bersumber dari instuisi (kasf ilham) ysng memunculksn illuminasi
(illuminatif).
Langkah-langkah
dalam penelitian `irfaniah ini adalah sebagai berikut :
a. Takhliyah,
yaitu tahap pengosongan perhatian dari mahluk (tajarrud) dan memusatkan
perhatian kepada Allah (tawjih).
b. Tahliyah,
yaitu tahap memperbanyak amal dan melazimkan hubungan dengan al-Khaliq lewat
ritus-ritus tertentu.
c. Tajliyah,
yaitu tahap dimana peneliti telah menemukan jawaban terhadap
persoalan-persoalan yang dihadapinya.
Tak berbeda
dengan penelitian-penelitian yang lain, penelitian `irfaniyah juga mempunyai
teknis-teknis khusus, yaitu :
a. Riyadah,
yaitu suatu rangkain latiahn dan ritus dengan penahapan dan prosedur tertentu.
b. Tariqoh,
yaitu suatu kehidupan berjama’ah dengan mengikuti alairan tasawuf yang sama.
c. Ijazah,
yaitu harus adanya guru (mursyid) yang membimbing dari setiap tahapan. Dan pada
tahapan tertentu mursyid tersebut memberikan ijazah (wewenang) kepada
muridnya tersebut.
Perbedaan
anatar epistimologi umum dan islam adalah bahwa dalam epistimologi umum
tidak ada sumber nash Atau teks.
Demikian
uraian tentang Metode Berpikir Umum dan
Metode Berpikir Islam. Jika kalian merasa bahwa tulisan ini bermanfaat
silahkan share dan tinggalkan komentar ya. Terima kasih telah berkunjung.