Budaya MULUDAN di Bulan Robi’ul Awal



 A.    Latar Belakang
Maulid Nabi Muhammad SAW yang diperingati  oleh kaum muslimin pada setiap bulan Robi`ul awal adalah salah satu bukti cintanya kepada beliau. Di dalam kehidupan masyarakat peringatan seperti ini sering disebut dengan muludan. Entah mengapa, mungkin memang lidah orang jawa yang sulit mengucapkan kata-kata yang berbau arab sebagaimana dalam penaggalan jawapun seperti itu. Syuro, mulud, ba`da mulud, sapar, rejeb, puasa, dulkaidah dan seturusnya. Semua itu diadopsi dari bahasa arab yang mana urutan dalam bulan menurut kalender hijriah adalah Muharam, Safar, Robi`ul awal, Robi`ul akhir, Jumadil awal, Jumadis Tsaniah, Rajab, Sya`ban, Ramadhan, Syawal, Dzulkaidah, dan Dzulhijjah.
Tradisi ini dalam masyarakat biasa, termasuk di desaku biasanya panitia pengajian muludan mendatangi rumah demi rumah untuk menarik dana guna keperluan pengajian tersebut. Entah itu untuk menyewa tarub (tempat untuk berteduh seperti tenda) ataupun untuk menyalami Kyai yang ceramah pada penngajian tersebut.
Lebih lanjut, masyarakat disuruh untuk membawa takir (makanan yang dibungkus seperti rames) pada saat mengahadiri pengajian yang dikumpulkan pada panitia. Biasanya jumlah takir tersebut ditentukan sesuai jumlah keluarga. Jika dalam keluarga tersebut ada lima orang maka keluaraga tersebutpun membawa lima takir.  Selanjutnya akan dibagi kepada para hadirin yang datang.

B.     Teknis Pelaksanaan

v  Peringatan maulid ini biasanya dilaksanakan pada bulan Robi’ul awal atau orang jawa sering menyebutnya dengan bulan mulud. Tanggal pelaksanaannya ada yang tepat pada tanggal 12 sesuai dengan tagal kelahiran nabi Muhammad SAW dan ada yang tidak, yang penting masih dibulan Robi’ul awal. Soal waktupun berbeda-beda, ada yang melaksanakan pagi, siang ataupun malam. Di desaku pelaksanaannya juga tak menentu kadang siang dan kadang malam, namun yang saya amati sekarang dari beberapa tahun terakhir peringatan maulid nabi Muhammad SAW tersebut dilaksanakan pada siang hari.

v  Peringatan ini adalah peringatan rutin setiap tahun, sehingga acara ini dilaksanakan dengan persiapan yang matang. Jauh-jauh hari para tokoh masyarakat dan tokoh agama merundingkan pelaksanaan peringatan ini dengan mengundang beberapa orang untuk selanjutnya dijadikan sebagai panitia acara tersebut. Dalam pertemuan tersebut dibahas secara rinci tentang hal-hal yang berkaitan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, mulai dari waktu, tempat, dana dan Kyai yang mengisi ceramah atau yang orang desa sering bilang dengan acara inti, yaitu suatu bagian acara yang dinanti oleh masyarakat yang berisi tentang Mau’idoh Hasanah, pesan dari inti acara tersebut.

v  Dalam acara ini biasanya tempat yang digunakan dihiasi dengan Background bertuliskan tentang maulid. Dan setiap desapun punya karakteristik sendiri-sendiri.  

v  Rangkaian acara Maulid ini biasanya adalah :
·         Pembukaan
·         Pembacaan ayat-ayat suci al-Qur’an beserta sholawat
·         Sambutan-sambutan
1.      Ketua panitia
2.      Perangkat desa
·         Acara inti (Mau’idhoh Hasanah)
·         Do’a

v  Dalam acara inti ini biasanya yang mengisi adalah para kyai yang sengaja didatangkan dari luar. Isi ceramahpun dikaitkan dengan kisah perjalanan Rasulullah.          

 C. Analisis
 
Perayaan maulid ini adalah budaya umat islam dari zaman dahulu yang diawali oleh Sultan Salahudin Al-Ayyubi yang  memerintah pada tahun 1174-1193 M atau 570-590 H pada masa Dinasti Bani Ayyubiyyah. Peringatan maulid ini pada mulanya diperingati dengan tujuan untuk untuk membangkitkan semangat kaum muslim. Sebab waktu itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris. Kita mengenal musim itu sebagai Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan ukhuwah.
Peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 H) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjidil Aqsa menjadi masjid kembali, sampai hari ini.
      Menurut pendapat saya perayaan maulid ini perlu dilestarikan dan dipertahankan mengingat bahwa peringatan maulid tersebut banyak manfaat yang dapat kita peroleh, diantaranya adalah :
1.      Sebagai tanda cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW


2.      Sebagai media berdakwah.
Inilah yang dilakukan oleh para Walisongo, dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, perayaan Maulid Nabi atau Muludan dimanfaatkan oleh Wali Songo untuk sarana dakwah dengan berbagai kegiatan yang menarik masyarakat agar mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat) sebagai pertanda memeluk Islam. Itulah sebabnya perayaan Maulid Nabi disebut Perayaan Syahadatain, yang oleh lidah Jawa diucapkan Sekaten.
Perayaan maulid ini merupakan salah satu media dakwah yang cukup efektif, dimana dalam perayaan ini berkumpul masyarakat dengan berbagai kalangan yang tak membedakan kaya miskin, tua muda ataupun hitam putih. Semua berkumpul menjadi satu, merekapun mendengar apa yang disampaikan oleh ustadz atau kyai yang mengisi dalam perayaan tersebut
.  
3.      Sebagai jati diri umat islam
Ini artinya bahwa perayaan maulid ini merupakan jati diri atau basic sentral kekuatan umat islam. Kenapa dikatakan basic sentral kekuatan umat islam ? Karena dalam perayaan maulid ini umat islam berkumpul dan disatukan oleh satu kebersamaan yaitu sama-sama umat Nabi Muhammad SAW.
Dari sini diharapkan bisa mempererat hubungan tali persaudaran antar umat islam untuk selalu hidup rukun dan saling tolong menolong.

4.      Sebagai  media untuk menyampaikan biografi nabi Muhammad SAW
Perayaan maulid ini juga  merupakan media yang paling efektif  untuk menyampaikan sirah dan biografi nabi muhammad SAW kepada umatnya.. Pengetahuan tentang sirah dan biografi  ini diharapkann bisa menambah kecintaan pada beliau serta bisa meneladani tingkah laku beliau tentang kesederhanaannya, kesabarannya ketika menjadi yatim piatu dalam usia 6  tahun dan sifat-sifat terpuji lainnya yangg melekat pada  diri  bbeliau.

Sumber Tulisan
Ramli, Muhammad Idrus. 2010. Membedah Bid`ah & Tradisi dalam prespektif Ahli Hadits & ulam Salafi. Surabaya: Khalista.
Fadeli, Soeleiman dan Muhammad Subhan. 2010. ANTOLOGI NU. Surabaya: Khalista.
http://mily.wordpress.com/2008/08/13/makalah-maulid-nabi-saw-psikologi-sosial

Post a Comment

Previous Post Next Post