Oleh : Mad Solihin, Nanik Sulistiyaningsih, Deka Uswatun Chasanah dan Linajah
Tulisan ini adalah hasil makalah yang kami tulis untuk memenuhi tugas Ulumul Hadits yang kebetulan kami mendapat materi tentang oksidentalisme. Awalnya kami kesulitan mencari buku untuk bahan refensi, dan karena hal itu kami banyak yang kami ambil dari beberapa tulisan di internet dan satu tambahan buku yang dipinjami oleh dosen pengampu makul tersebut.
Ada beberapa poin dalam makalah ini, yaitu ruang lingkup oksidentalisem, sejarah oksidentalisme, pengertian oksidentalisme, tokoh-tokoh oksidentalisme dan tujuan oksidentalisme.
Ada beberapa poin dalam makalah ini, yaitu ruang lingkup oksidentalisem, sejarah oksidentalisme, pengertian oksidentalisme, tokoh-tokoh oksidentalisme dan tujuan oksidentalisme.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oksidentalisme merupakan arah kajian baru dalam menghadapi hegemoni
keilmuan barat. Istilah yang ditenarkan oleh Hassan Hanafi ini berusaha
mengkaji barat dalam kacamata timur, sehingga ada keseimbangan dalam proses
pembelajaran antara barat dan timur (west and east).
Dunia barat selama ini dipandang sangat mendominasi dalam kajian
ketimuran, khususnya kajian ke-islaman. Bahkan, di era kolonial, orientalisme
dianggap sebagai senjata untuk menundukan bangsa-bangsa timur. Hal inilah yang
membangkitkan kekesalan Edward Said dengan menulis buku “orientalism” yang
terkenal itu. Dia mengkritik bahwa kajian barat atas timur kurang lebih
bertujuan politis ketimbang ilmiah.
Kontroversi yang dikemukakan oleh Said, orientalisme yang
problematik memang menarik pada dirinya sendiri. Orientalis mampu mengkaji
dunia timur dengan sangat menarik, memikat, melalui thought provoking, namun
dengan erudisi intelektual yang luar biasa. 1
Setelah melalui era pasca-kolonial, Orientalisme berevolusi menjadi kajian yang lebih simpatik, namun disisi lain, kecurigaan pada Orientalisme belum hilang dalam pikiran dunia timur, selain trauma sejarah (akibat kolonialisme), para orientalis dipandang berasal dari lingkungan luar, sehingga ada kecurigaan bahwa kajian yang mereka lakukan memiliki motif-motif terselubung.
Setelah melalui era pasca-kolonial, Orientalisme berevolusi menjadi kajian yang lebih simpatik, namun disisi lain, kecurigaan pada Orientalisme belum hilang dalam pikiran dunia timur, selain trauma sejarah (akibat kolonialisme), para orientalis dipandang berasal dari lingkungan luar, sehingga ada kecurigaan bahwa kajian yang mereka lakukan memiliki motif-motif terselubung.
Kecurigaan dan ketakutan tersebut tidak diimbangi dengan motivasi
bangsa-bangsa timur dalam mengkaji barat, tuduhan minor terhadap barat hanya
didasarkan pada prasangka yang tidak berdasar, tuduhan klise seperti:
Ulil Abshar Abdallah, Orinetalisme VS Oksidentalisme (www.Dapur
Kajian Islam.com)
Kebudayaan barat yang dekaden, individualistik dan amoral, tersebar dalam literatur di dunia timur, namun disisi lain, bangsa-bangsa timur dibuat terperangah oleh kemajuan peradaban Barat yang sepertinya tanpa henti.
Kebudayaan barat yang dekaden, individualistik dan amoral, tersebar dalam literatur di dunia timur, namun disisi lain, bangsa-bangsa timur dibuat terperangah oleh kemajuan peradaban Barat yang sepertinya tanpa henti.
Oksidentalisme diharapkan mampu menjembatani kebuntuan tersebut.
Selain untuk mempelajari akar kemajuan bangsa-bangsa barat, Oksidentalisme
diharapkan mampu menghilangkan prasangka yang terus mengendap dipikiran orang
timur.
Cita-cita dialog antar peradaban yang pernah dilontarkan oleh Muhammad Khatami, mantan presiden Iran, dalam rangka menandingi konsep benturan antar peradaban, hanya bisa terwujud jika ada itikad baik dari kedua sisi dunia ini untuk saling belajar satu sama lain, yaitu dalam bentuk kajian yang adil dan tidak dalam semangat konfrontatif, timur versus barat. Oksidentalisme (Al-Istighrâb ) adalah lawan dari Orientalisme (al-Istisyrâq). Kalau Oreintalisme melihat potret kita (Timur) yang dalam tanda petik “Islam” dari kacamata Barat, maka Oksidentalisme justru sebaliknya; melihat potret Barat yang sangat identik dengan misi kristenisasinya dari kacamata Timur.
Cita-cita dialog antar peradaban yang pernah dilontarkan oleh Muhammad Khatami, mantan presiden Iran, dalam rangka menandingi konsep benturan antar peradaban, hanya bisa terwujud jika ada itikad baik dari kedua sisi dunia ini untuk saling belajar satu sama lain, yaitu dalam bentuk kajian yang adil dan tidak dalam semangat konfrontatif, timur versus barat. Oksidentalisme (Al-Istighrâb ) adalah lawan dari Orientalisme (al-Istisyrâq). Kalau Oreintalisme melihat potret kita (Timur) yang dalam tanda petik “Islam” dari kacamata Barat, maka Oksidentalisme justru sebaliknya; melihat potret Barat yang sangat identik dengan misi kristenisasinya dari kacamata Timur.
Misi Oksidentalisme adalah mengurai dan menetralisasi distorsi
sejarah antara Timur dan Barat, dan mencoba meletakan kembali Peradaban Barat
pada proporsi geografisnya. dan tidak menutup kemungkinan untuk mengambil
manfaat dari kajian-kajian ke-Islam-an (Islamologi) mereka atau paling tidak
memakai metodologi mereka dalam mengkaji bahkan mengkritisi beberapa ajaran dan
tradisi dalam Islam. Namun Yang terakhir inilah, yakni al-Intifa min al-Ghorb
menjadi perdebatan yang mengakar antara dua kelompok (pemikiran) Islam di
hampir seluruh penjuru bumi Allah ini; yaitu antara kelompok Tradisionalis dan
Modernis (sekularis; julukan yang sering diberikan oleh kelompok Tradisionalis
kepada kelompok kedua ini). Kelompok pertama, mewakili kelompok yang sering
disebut militan-fundamentalis (terutama oleh kelompok modernis) yang mewakili
bahwa kebesaran umat Islam tergantung kepada kesadaran mereka dalam
melaksanakan ajaran agamanya dengan kembali kepada ajaran inti al-Qur’an dan
Sunnah sebagai pernekanannya. Sementara kelompok kedua mewakili kelompok yang
sering mereka namakan sendiri dengan reformis-modernis, yang meyakini bahwa
Islam adalah agama hadhari (peradaban), yang karenanya harus terbuka terhadap
unsur-unsur peradaban lain. Untuk itu, ajaran Islam mesti diaktualisasikan dan
diperbaharui (rekontruksi dan bahkan revisi), dengan mencoba redefinisi, agar
senantiasa relevan dengan perkembangan zaman.
B. Rumusan Masalah
a) Apa pengertian Oksidentalisme?
b) Bagaimana Sejarah Oksidentalisme?
c) Siapa Tokoh-tokoh Oksidentalisme?
d) Tujuan Osidentalisme?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian oksidentalis
Dalam kamus atau Ensiklopedi, secara etimologis, dapat ditemukan
kata-kata atau istilah-istilah occident yang berarti “arah matahari terbenam”. Kata ini berasal dari
bahasa Latin, occidens dari kata occido atau accedo dan occidere, yang berarti
to go down. Istilah-istilah itu mengandung berbagai arti, seperti turun, memukul,
membunuh, menghancur leburkan, jatuh, roboh, rebah, terbenam, disebelah barat,
berakhir, habis riwayatnya, hilang, lenyap, matahari terbenam, senja atau
Barat/The West atau bagian dunia sebelah barat Asia terutama Eropa dan
Amerika.”
Occidental berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan Occident/
Western atau barat seperti kebudayaannya, bangsanya, pendudukanya, ide-idenya,
model pemikirannya, tingkah lakunya, pandangan hidupnya, sudut pandangnya baik
itu terdapat di Eropa maupun yang berkembang di Asia atau Afrika.
Pandangan Beberapa Tokoh Terhadap Oksidentalisme :
Menurut A. Mukti Ali, “Teori-teori dan ilmu-ilmu tentang
agama, kebudayaan, dan peradaban Barat”. Agama yang dimaksud adalah agama
Kristen, baik Kristen Katolik atau Roma Katolik, maupun Kristen Protestan dan
juga agama Yahudi.
Menurut James G. Carrier, “Oksidentalisme adalah studi yang dilakukan
oleh orang-orang timur terhadap segala sesuatu mengenai Barat.”
Ukuran untuk menentukan Barat, dalam kontek oksidentalisme,
bukanlah geografis melainkan kebudayaan atau kultur. Kultur Barat atau
peradaban Barat-western cultur atau western stylelife yang dimaksud disini,
terutama meliputi bidang-bidang pemikiran Barat, filsafat barat, sosiologi
barat, antropologi barat, sejarah barat, agama-agama barat (Yudaeo-Kristiano),
tradisi-tradisi Barat, mulai dari masa awal perkembangan sampai dengan masa
kininya dan juga geografi barat yang terdiri dari eropa secara keseluruhan,
Amerika tambah Kanada, dan Australia.
A.Luthfi as-Syauqani
mengartikan oksidentalisme sebagai ilmu khusus mengkaji Barat dan kebaratan
dari sudut pandang non-Barat.
Hasan Hanafi mendefinisikan oksidentalisme sebagai sebuah strategi
atau ikap timur-Islam menginvestigasi hal-hal yang berhubungan dengan barat
baik yang merupakan budaya dan ilmu, maupun yang berkenaan dengan aspek-aspek
sosialnya, sebagai imbangan yang kontradiktif bagi orientalisme.
Rifqial Ka’bad mendefinisikan
“oksidentalisme sebagai kajian yang dilakukan oleh orang-orangTimur terhadap
dunia Barat yang sedang mendominasi dunia”.
Menurut Nur Kholis Majid, “oksidentalisme adalah pengetahuan
akademik tentang budaya, bahasa,dan bangsa-bangsa barat”.
Menurut Prof. Dr. Burhanudin Daya mendefinisikan “oksidentalisme
sebagai suatu aliran atau paham yang berkaiatan dengan pengkajian akademik
terhadap dan penguasaan pengetahuan
tentang dunia Barat da seisinya, yang secara akademik dilakukan para ahli dari
Timur dengan cara pandang Timur”.
B. Sejarah Perkembangan Oksidentalisme
Berbicara
tentang latar belakang dan sejarah munculnya oksidentalisme tidak bisa kita
lewatkan begitu saja sejarah kecemerlangan peradaban islam dan masa kegelapan
peradaban dunia barat. Sejarah telah mencatat era kecemerlangan dunia timur
khususnya peradaban islam, bahkan peradaban keilmuan barat berhutang budi
dengan peradaban keilmuan islam. Dan ini tidak bisa dipungkiri lagi, Kita ingat
masa-masa kegelapan dunia barat sebelum masa kebangkitan, doktrin gereja sangat
mendominasi dan mengekang kebebasan mereka dalam bertindak bahkan dalam
berpikir, semuanya harus sejalan dengan ajaran gereja yang menjadikan bangsa
barat terbelakang dari peradaban lainya. Peradaban islam waktu itu sangat
bertolak belakang dengan peradaban barat, peradaban islam sangat mencolok dan
maju pesat bak anak panah, universalnya islam telah mengubah bangsa timur dari
bangsa yang terbelakang dan primitif menjadi bangsa yang maju baik dari segi
agama, pemerintahan-politik, ekonomi dan ilmu pengetahuan. Keadaan ini membuat
para pemikir dan cendikiawan barat (bisa disebut oreantalis masa awal) yang
sudah bosan dengan doktrin gereja yang kadang tidak sesuai dengan nalar telah
terinspirasi serta melirik peradaban islam dan mempelajarinya, mereka hijrah ke
wilayah kekuasaan islam dan belajar dari ilmuan-ilmuan islam, maka lambat laun
setidaknya dalam beberapa pereode telah merubah wajah barat dari kungkungan
kegelapan.
Ketika bangsa
Barat mulai bangkit dari keterbelakangan mereka (renaissance), setelah belajar
dari dunia timur khususnya peradaban islam,
dunia islam mulai keropos, sedikit demi sedikit dan terus terpuruk disebabkan
pemimpin-pemimpin islam yang lemah, setelah peradaban islam dihancur-ludeskan
oleh pasukan Tartar (bangsa Mongol). Maka barat semakin menunjukkan jayanya dan
terus berkembang hingga abad ini. Dari sini muncul tokoh-tokoh oreantalis
(pengkaji peradaban ketimuran) yang dengan seiring perjalanan waktu telah
berubah menjadi suatu kajian yang bukan hanya mempelajari keilmuan peradaban timur
tapi semua yang terkait dengan ketimuran termasuk bagaimana cara menguasai
dunia timur (islam) dan penjajahan.
Dalam sejumlah
karya orientalis, yang lebih banyak ditonjolkan ialah unggulnya orang-orang
Barat serta mengerdilnya segala yang terkait dengan Timur khususnya islam.
Mereka senantiasa mengemukakan orang-orang Timur tidak berbudaya, bodoh, keras,
kasar, dan tidak punya potensi, untuk membuktikan ini para oreantalis telah
mendistorsi sejarah dan mengagungkan kemajuan peradaban mereka serta menghilangkan
jejak bahwa mereka pernah belajar dari Timur (islam). Misalnya mereka (orieantalis)
telah membaratkan nama seorang tokoh ilmuan islam seperti Ibnu Sina menjadi
Avecina, Ibnu Rusd menjadi Averos dan sebagainya.
Atas dasar itu, muncul kesadaran baru di dunia Timur (pemikir dan pembaharu islam) bahwa selama ini mereka dibodohi kajian-kajian ketimuran (orientalisme) itu. Lahirlah apa yang disebut kajian kebaratan atau yang dikenal dengan istilah oksidentalisme. Kajian ini adalah upaya untuk menandingi oreantalisme dan merebut kembali ego Timur yang telah direbut oleh Barat.
Atas dasar itu, muncul kesadaran baru di dunia Timur (pemikir dan pembaharu islam) bahwa selama ini mereka dibodohi kajian-kajian ketimuran (orientalisme) itu. Lahirlah apa yang disebut kajian kebaratan atau yang dikenal dengan istilah oksidentalisme. Kajian ini adalah upaya untuk menandingi oreantalisme dan merebut kembali ego Timur yang telah direbut oleh Barat.
C. Tokoh-Tokoh Oksidentalisme secara Umum
Secara umum tokoh-tokoh Oksidentalisme adalah:
1. Jamaluddin al-Afghani.
Beliau
adalah pahlawan besar dan salah seorang putra terbaik Islam. Beliau juga salah
satu filosof islam.
2. Muhammad Abduh
Nama
lengkapnya adalah Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah. Lahir didesa
Mahallat Nashr tahun 1849 M. Dan beliau wafat pada tahun 1905 M. Beliau juga
termasuk dalam salah satu filosof Islam dan mempuyai pengaruh besar dalam
bidang pendidikan.
3. Rasyid Ridho
Muhammad
Rasyid Ridha, lahir di Qalmun, Libanon pada 27 Jumadil Awal 1282 H. Beliau
merupakan salah satu murid Muhammad Abduh.
4. Nurcholis madjid
Nurcholish
Madjid.M.A. Lahir di Jombang, 17 Maret 1939 (26 Muharram 1358), dari keluarga
kalangan pesantren. Pendidikan yang
ditempuh: Sekolah Rakyat di Mojoanyar dan Bareng (pagi) dan Madrasah Ibtidaiyah
di Mojoanyar (sore); Pesantren Darul 'Ulum di Rejoso, Jombang; KMI (Kulliyatul
Mu'allimin al-Islamiyah) Pesantren Darus Salam di Gontor, Ponorogo; IAIN Syarif
Hidayatullah di Jakarta (Sarjana Sastra Arab, 1968), dan Universitas Chicago,
Illinois, AS (Ph.D., Islamic Thought, 1984).
Termasuk
salah satu tokoh oksidentalis tanah air.
5. Hasan Hanafi
Dilahirkan
di Cairo, Mesir pada 14 Februari 1934 M. Beliau adalah salah satu tokoh yang
akrab dengan simbol-simbol pembaruan dan revolusioner serta oksidentalisme.
Tokoh Oksidentalisme Secara Khusus (Hasan
Hanafi)
Hasan hanafi dilahirkan di Cairo, Mesir pada 14 Februari
1934 M. Beliau adalah seorang penulis yang pertama kali menulis buku khusus
tentang oksidentalisme barat yang ditulis dalam bahasa Islam( Arab, Parsi, dan
Urdu ) atau bahasa Eropa lainya. Pada pengujung tahun 1991, Hasan Hanafi
menerbitkan bukunya Muqaddimah fi Ilm al- Istighrab( pengantar kepada
oksidentalisme). Buku ini hanya dicetak 1000 eksemplar mengingat tebalnya lebih
dari 800 halaman) yang otomatis menjadikan harga buku ini agak sulit
dijangkau oleh khalayak umum.
Hasan hanafi adalah seorag penulis dan pemikir dari
Mesir yang sangat produktif. Ia menguasai tiga bahasa( Arab, Inggris, dan
Prancis). Banyak karya beliau yang sangat fundamentalis antara lain Min Al-
Aqidah ila al- Tsaurah- lima volume 1988 dll. Pengantar okesidentalisme
adalah karya beliau yang terbaru sampai sekarang.
Hasan Hanafi menjelaskan bahwa
okesidentalisme adalah bagian kecil dari proyek besar yang sedang
dibangunnya, yaitu “ Tradisi dan Reformasi” ( al- Turats wa al- Tajdid). Proyek
yang dimilki Hanafi memiliki tiga concern utama. Sikap diri terhadap tradisi
klasik, sikap terhadap tradisi Barat dan sikap terhadap tradisi dunia nyata
atau realitas. Untuk proyeknya Hanafi telah menuliskan 1 yang menyangkut ketiga
concern tersebut seperti; minal- ‘ Aqid al- Tsaurah, mewakili concern yang
pertama; muqadimah fi al- istighrab, mewakili concern yang kedua; dan dua
desertasi ketiga menyelesaikan program P.Hd- nya yang kini sudah dipublikasikan
– untuk concern yang ketiga.
Hanafi yang oleh Issa J.Boulata dimasukan dalam
kategori “ Anugrah Thanker “ melihat terbentuknya oksidentalisme sebagai upaya
buat menangkis serangan Westernisasi yang sudah semakin meluas saja wilayah
jangkauanya, tidak saja terbatas dalam kehidupan seni dan budaya, bahkan sudah
melebar ke dalam tata- cara kehidupan sehari- hari Weasternisasi adalah bagian tak terpisah dari alienasi, yaitu saat
berpindahnya subyek diri ( al- Ana) dan kepada yang lain ( al- Akhar ).
Bangsa Timur ( termasuk Umat Islam ) menurut Hasan
Hanafi, semenjak gelombang Westernisasi melanda mereka, sangat “open” terhadap
gejala Barat. Karena inilah, kemudian tradisi dan bagian dari tata cara hidup
mereka telah terbaratkan ( has been westerned )
Hasan Hanafi menulis : Oksidentalisme adalah lawanya
orientalisme. Ilmu ini sangat penting diwujudkan buat masa sekarang, setelah
Barat untuk yang kedua kalinya mulai menancapkan lagi kuku kolonialismenya.
Bagaimanapun, Oksidentalisme merupakan imbangan buat kebudayaan manusia, karena
dengan ini kelak akan tidak ada lagi bangsa yang mendakwa dirinya sebagai
bangsa yang lebih superior.”
Menurut Hasan Hanafi tugas utama Oksidentalisme adalah
menghapuskan doktrin Eurosentrisme ( Eurocentrisnel/ Eurocentricity), dan
pengembalian Barat kepada batasan daerah jangkauan yang wajar, karena selama
ini budaya Barat telah keluar batasan teritorialnya, baik itu lewat usaha
kolonialisme, sarana informasi yang canggih, maupun pusat- pusat penerangan dan
riset yang tersebar di kebanyakan Negeri.
D. TUJUAN OKSIDENTALISME
Dalam uraian-uraian sebelumnya sudah terlihat bahwa
ada banyak orang yang mempunyai kecenderungan memahami studi oksidental, yang
kemudian diharapkan akan menjadi oksidentalisme, adalah untuk menandingi
orientalisme, menghilangkan penderitaan lama, yang diakibtkan oleh orienalisme,
dan menentang serta melawan segalam maam ancaman yang semakin luas
dieberikannya terhadap kehidupan dunia Timur. Pandangan ini tidak salah. Karena
memang selama ini orientalisme diketahui mengungsung empat empat macam misi
utama : politik/kolonialisme-imperialisme, misionarisme/kristenisasi,
ademik/intelektualisme, dan ekonomik/eksploitasi sumber-sumber daya alam dan
manusia.
Tujuan oksidentalisme sekarang ini adalah adalah
mengemban misi keimuan dan intelektual, dengan harapan budaya Barat akan dapat
dipahami secara kritis oleh dunia Timur, dn juga saling salah paham yang selam
ini terjadi antara kedua belah pihak dapat dihilangkan.
Oksidentalisme juga bertujuan untuk mengakhiri mitos
barat sebagai representasi seluruh umat manusia dan sebagai pusat kekuasaan,
serta mengembalikan barat kebatas alamiahnya mengakhiri perang kebudayaan,
menghapus mitos “kebudayaan kosmpolit”, membuka jalan bagi terciptanya inovasi
bangsa non Eropa.
E. KESIMPULAN
Oksidentalisme adalah studi yang dilakukan oleh orang-orang Timur
terhadap segala sesuatu mengenai Barat yaitu Kultur Barat atau peradaban Barat-western cultur atau western
stylelife, terutama meliputi bidang-bidang pemikiran Barat, filsafat barat,
sosiologi barat, antropologi barat, sejarah barat, agama-agama barat
(Yudaeo-Kristiano), tradisi-tradisi Barat, mulai dari masa awal perkembangan
sampai dengan masa kininya dan juga geografi barat yang terdiri dari eropa
secara keseluruhan, Amerika tambah Kanada, dan Australia.
Dengan tujuan akhir bisa memadukan dan mempertemukan antara
keilmuan Barat dan Timur secara proporsioanal tanpa ada tendensi kebencian atau
saling memojokan dan menyalahkan satu dengan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Amin, Pergulatan Timur Menyikpai Barat : Dasar-Dasar
Oksidentalisme, 2008, Yogyaarta : Penerbit SUKA Press
http://asipansa.blogspot.com/2013/04/makalah-oksidentalis.html
http://librarianshendriirawan.blogspot.com/2013/04/oksidentalis.htmlhttp://librarianshendriirawan.blogspot.com/2013/04/oksidentalis.html
http://sejarah.kompasiana.com/2013/05/29/tokoh-oksidentalisme-560228.html
Tags
Catatan Kuliah