PESANTREN DAN KOMPONEN-KOMPONENNYA

Oleh :
Joko septiono, Indrayati, Rofiqoh Annur

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin penulis panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan semangat,serta kepada sahabat yang telah ikut serta berpartisipasi sehingga dapat terselesaikan sebuah karya tulis yang berjudul “Pesantren dan Komponen-komponennya”.
Penulisan karya tulis ini kami buat dengan sungguh-sungguh guna memenuhi tugas pada mata kuliah Studi Pesantren pada prodi Pendidikan Agama Islam.Di mana agar para mahasiswa dapat mendalami mata kuliah tersebut dan menerapkan ilmu di masyarakat nanti.
Dengan karya tulis tersebut semoga dapat bermanfaat,memberikan tambahan wawasan kepada para pembaca.Penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam pembahasan serta yang lainnya.


Wonosobo, 7 Maret 2014

Penulis

  


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………....………....1
DAFTAR ISI………………………………….....…………………………......2
BAB  I                                                          
A.    Latar Belakang……………………………………….……...……….3
B.     Rumusan Masalah………………………………………….………..3
BAB II
A.    Definisi Pesantren…………………………………………………...4
B.     Komponen-Komponen Pesantren…………………………………..5
BAB  III
A.    Kesimpulan…………………………………………………………10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………....…………...11



  
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pesantren merupakan pendidikan tradisional yang juga disebut dengan nama pondok. Dimana berkembang setelah masuknya agama Islam di Indonesia yang sangat berpengaruh terutama di Pulau Jawa yang dibawa oleh Wali Songo. Pada masa Wali Songo pesantren masih sangat sederhana bentuk bangunannya yaitu Mushola kecil beratap daun alang-alang.[1]Sedangkan saat ini mengalami perubahan dengan bangunan yang lebih bagus dari sebelumnya. Model sikap keberagamaan para santri saat itu masih mengandalkan model taqlid, konsep ini menjadi wujud sikap religius para santri yang taat. Metode pembelajarannya pada saat itu ialah pada siang hari para santri dibawa kelahan pertanian, sementara pada malam harinya para santri belajar tentang dasar khusus al-Qur’an dan As-Sunnah.
B.     Rumusan Masalah
a.       Apa definisi Pesantren?
b.      Apa saja komponen-komponen Pesantren?


  

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi Pesantren
1.      Dari Segi Bahasa
Pesantren, pondok pesantren, atau sering disingkat pondok atau ponpes, istilah pondok barangkali berasal dari pengertian asrama-asrama para santri yang disebut pondok atau tempat tinggal yang terbuat dari bambu,atau berasal dari bahasa Arab fundug yang berarti hotel atau asrama. Dimana para santrinya semua tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan guru yang lebih dikenal kyai.[2] Kata Pesantren berasal dari kata “santri” yang dengan awalan ‘pe’ dan akhiran ‘an’ berarti tempat tinggal para santri. Menurut C.C. Berg kata pesantren berasal dari bahasa india yaitu shastri, kata sastri berasal dari kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama, atau ilmu tentang pengetahuan.Dari asal usul kata santri pula banyak sarjana berpendapat bahwa lembaga pesantren pada dasarnya adalah lembaga pendidikan keagamaan bangsa Indonesia pada masa menganut agama Hindu Buddha yang bernama mandala yang diislamkan oleh para kyai.[3]
2.      Pendapat Para Tokoh
Para tokoh yang ahli dalam bidang pendidikan dan pesantren mendefinisikan pesantren atau pondok pesantren sebagai berikut:
a.    Abdurrahman Mas’ud menegaskan bahwa secara teknis pesantren adalah tempat santri tinggal dan belajar
b.   M. Arifin berpendapat bahwa pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek) dimana para santri menerima pendidikan agama melalui system pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada dibawah kepemimpinan seorang kyai.
c.    Suyoto menekankan pemahaman pesantren dari segi fungsi pondok pesantren adalah lembaga pendidikan  islam yang dipergunakan untuk penyebaran agama dan tempat mempelajari agama.
d.   KH. Abdurrahman Wahid menegaskan, pesantren adalah sebuah kompleks dengan lokasi yang umumnya terpisah dari kehidupan di sekitarnya.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan islam yang dikelola oleh seorang atau beberapa kyai agar santri mampu menguasai ilmu-ilmu agama.[4]
B.     Komponen-Komponen Pesantren
            Pesantren memiliki lima komponen yang menjadikan bahwa suatu lembaga pengajian tersebut telah berkembang menjadi sebuah pesantren.Komponen tersebut antara lain:
1.   Pondok
Pondok merupakan ciri khas tradisi pesantren dimana para santrinya tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan seorang atau lebih guru yang lebih dikenal dengan sebutan “kyai”. Asrama atau pondok berada dalam lingkungan komplek pesantren, dimana kyai bertempat tinggal yang juga menyediakana sebuah masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya. Komplek pesantren biasanya dikelilingi oleh tembok agar para santri dapat diawasi keluar dan masuknya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
            Keadaan pondok biasanya sangat sederhana,mereka tidur di atas lantai tanpa kasur. Papan-papan dipasang pada dinding untuk menyimpan tas atau barang-barang lain. Para santri tidak boleh tingal diluar komplek pesantren, kecuali mereka yang berasal dari masyarakat sekeliling pondok. Alasannya, agar kiai dapat mengawasi dan menguasai para santri. Pesantren pada umumnya tidak menyediakan kamar khusus untuk santri senior, mereka tinggal dan tidur bersama santri yunior. Dalam pesantren besar biasanya terdiri dari beberapa blok tempat tinggal yang diorganisir oleh seorang seksi. Pondok tempat tinggal santri wanita biasanya dipisahkan dengan pondok santri laki-laki, selain dipisahkan oleh rumah kiai dan keluarganya, juga oleh masjid dan bangunan-bangunan lain.
            System pondok bukan saja merupakan komponen paling penting dari tradisi pesantren. Walaupun keadaan pondok sangat sederhana, para santri dapat belajar dengan lingkungan sosial yang baru.[5]
2.   Masjid
               Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dari pesantren karena masjid merupakan pusat pendidikan dalam tradisi pesantren. Masjid ini berfungsi sebagai manifestasi universalisme dari system pendidikan islam tradisional. Sejak zaman Nabi, masjid telah menjadi pusat pendidikan Islam. Dimanapun kaum muslimin berada, mereka selalu mengunakan masjid sebagai tempat pertemuan, pusat pendidikan, aktivitas administrasi dan cultural. Bahkan saat di daerah dimana umat Islam belum begitu terpengaruh oleh kehidupan Barat, para ulama dengan penuh pengabdian mengajar murid-murid di masjid, serta memberi nasehat kepada santri tersebut untuk meneruskan tradisi yang terbentuk sejak zaman permulaan Islam.
3.    Pengajaran kitab-kitab islam klasik
                 Zaman sekarang kebanyakan pesantren telah memasukkan pengajaran pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian penting dalam pendidikan pesantren. Namun, pengajaran kitab-kitab klasik tetap diberikan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren mendidik calon-calon ulama. Keseluruhan kitab-kitab klasik yang diajarkan di pesantren dapat digolongkan dalam delapan kelompok diantaranya :
a.    Nahwu (syntax) dan saraf (morfologi)
b.   Fiqih
c.    Ushul fiqih
d.   Hadits
e.    Tafsir
f.    Tauhid
g.   Tasawuf dan etika
h.   Cabang-cabang lain seperti tarikh dan balaghah
               Dalam penyampaian materi para ustad memiliki strategi dan evaluasi pembelajaran. Adapun cara mereka menyampaikan dan mengevaluasi sejauh mana materi dapat dikuasai oleh para santri ada empat model yaitu :
1)   Metode Sorogan, ialah suatu model pembelajaran yang mirip mentoring system, dimana santri diajak memahami kandungan kitab kuning secara perlahan-lahan, detail, teliti mengikuti pikiran dan konsep-konsep yang termuat dalam kitab dari kata per kata.
2)      Metode Bandongan, adalah model pembelajaran yang berupa pengkajian kitab-kitab induk dimana seorang kyai atau ustadz membacakan dan menjabarkan isi kandungan kitab kuning sementara para santri mendengarkan dan member makna.
3)      Metode Musyawarah atau diskusi, adalah kegiatan belajar mengajar dimana para santri dianjurkan untuk menelaah, memahami suatu topic atau masalah yang terdapat pada masing-masing kitab kuning.
4)      Metode Muhafadhoh atau hafalan, yakni kegiatan belajara mengajar dimana santri menghafal materi pelajaran secara teratur dengan menghadap kyai atau ustadz. Metode hafalan sangat efektif untuk memelihara daya ingat santri terhadap materi yang dipelajarinya karena dapat dilakukan baik didalam maupun diluar kelas.[6]
4.   Santri
               Sebuah pesantren tidak dapat dikatakan jika tidak ada santri karena santri merupakan komponen penting untuk berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Menurut tradisi pesantren terdapat dua kelompok santri yaitu :
a.    Santri Mukim, yaitu santri yang berasal dari daerah jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal di pesantren biasanya memegang tanggung jawab untuk mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari,mereka juga memikul tanggung jawab mengajar santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah.
b.Santri Kalong, yaitu santri yang berasal dari desa-desa disekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap di pesantren. Untuk mengikuti pelajaranya di pesantren, mereka bolak-balik (nglaju) dari rumahnya sendiri.
5.  Kiai
Kiai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren. Bahkan seringkali Kiai merupakan pendiri sebuah pesantren. Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pesantren semata-mata bergantung kepada kemampuan pribadi kiainya.
Para kiai dengan kelebihan pengetahuannya dalam Islam, sering kali dilihat sebagai orang yang senantiasa dapat memahami keagungan Tuhan dan rahasia alam, dengan demikian mereka dianggap memiliki kedudukan yang tidak terjangkau, terutama oleh kebanyakan orang awam. Dalam beberapa hal, mereka menunjukan kekhususan mereka dalam bentuk-bentuk pakaian yang merupakan simbol kealiman yaitu kopiah dan sorban.[7]


BAB III
A.    Kesimpulan
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang menjaga tradisi lama agar ilmu, cara pembelajaran tidak luntur bahkan mengalami perubahan. Pesantren dari masa ke masa mengalami perubahan dengan adanya pesantren modern yang jumlahnya sangat banyak. Namun tidak ada pengurangan dalam tradisi lama, malah mengambil hal yang positif sesuai perkembangan zaman.
Pesantren dari masa ke masa selalu memiliki fungsi utama yaitu sebagai tempat untuk tafaqquh fiddin. Meskipun secara empiris bentuk bangunan dan metode pembelajarannya mengalami perubahan yang sangat signifikan.
Nilai-nilai yang dikembangkan dilingkungan pesantren menjadi sebuah model bagi masyarakat di lingkungan pesantren. Model tersebut ditransfer dari bentuk perilaku walisongo dalam beribadah, bermu’amalah dan bermasyarakat. Dan berkembang terus menerus sampai sekarang.


DAFTAR PUSTAKA
Dhofier, Zamakhsyari, MH,Ph.D,1982,Tradisi Pesantren,Studi tentang Pandangan Hidup Kyai,Jakarta:LP3ES
Bisri Tas’an, Drs,M.Ag,2012,Pesantren Dari Masa ke Masa,Antara Cita dan Realita,Wonosobo:LP3M
Masyhud, Sulthon, dkk, 2002, Tipologi Pondok Pesantren,Jakarta: Putra Kencana





[1] Tas’an Bisri,Pesantren Dari Masa ke Masa:Antara Cita dan Realita,LP3M,hlm. 37
[2] Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Pandanngan Hidup Kyai, LP3ES, Jakarta, 2011, hlm.18.
[3] ibid,hlm.41
[4]Tas’an Bisri,Pesantren Dari… hlm.11-12
[5] Dhofier,Tradisi Pesantren…hlm.45-48.
[6] Sulthon Masyhud, Tipologi Pondok Pesantren, Jakarta, hlm.89
[7] Dhofier, Tradisi Pesantren… hlm.51-60.

Post a Comment

Previous Post Next Post