MENUJU SEKOLAH BERKUALITAS

Oleh : Isty Chanah
Makalah yang disusun untuk memenuhi tugas Makul Kapita Selekta Pendidikan 
A.    Latar Belakang
Menciptakan Pendidikan berkualitas tinggi merupakan amanah Undang-undang. Mewujudkannya juga harus dilakukan dengan strategi yang berkualitas. Faktor guru/Kepala Sekolah memegang peran sangat penting dalam mengantarkan sekolah menjadi sekolah berkualitas. Oleh karena itu penjaringan, pengelolaan dan Pemeliharaan guru harus dilakukan serius. Mereka harus dijamin ketenangan dan kenyamanan hidup dan masa depannya, agar mereka memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugas/kerja dan Prestasi.Menjadikan sekolah berkualitas bukanlah tanpa kendala dan biaya. Biaya dan Guru merupakan kendala yang banyak dialami oleh sekolah-sekolah swasta,sehingga dukungan dan peran aktif yayasan/ perusahaan dibutuhkan. Peran para orangtua dan Dinas Pendidikan juga memiliki andil yang cukup berarti. Belajar dari pengalaman sekolah/orang lain yang telah berhasil akan menambah kemampuan dan mempercepat tercapainya tujuan.           
Tantangan dan kebutuhan terhadap pendidikan yang bermutu kita tandai oleh perubahan-perubahan yang sangat cepat dan bersifat global. Hal itu diakibatkan oleh perkembangan ilmu teknologi yang sangat cepat, terutama dalam bidang komunikasi dan elektronika. Perkembangan dalam bidang ini telah mengakibatkan revolusi informasi. Sejumlah besar informasi, hampir mengenai semua bidang kehidupan dari semua tempat. Semua aspek dan kegiatan telah terhimpun, terolah, tersimpan, dan tersebarkan. Secara terbuka, setiap saat informasi tersebut dapat diakses, dibaca, serta disaksikan oleh setiap orang, terutama melalui internet, media cetak, dan telivisi.
Program peningkatan mutu pendidikan yang ditargetkan oleh Pemerintah Orde Baru akan mulai berlangsung pada Pelita VII terpaksa gagal. Krisis ekonomi yang berlangsung sejak Juli 1997 telah mengubah konstelasi politik maupun ekonomi.
Pemerintah bersama para ahli pendidikan telah lama dihadapkan pada kesulitan menetapkan skala prioritas, apakah memilih menangani, masalah kualitas pendidikan dengan mengabaikan menangani masalah kuantitas pendidikan, atau sebaliknya apakah memilih menangani masalah kuantitas pendidikan dengan mengabaikan menangani masalah kualitas pendidikan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja peningkatan mutu sekolah dasar ?
2.      Bagaimana fasilitas belajar mengajar ?
3.      Bagaimana strategi menuju sekolah berkualitas ?
4.      Apa kualitas pendidikan ?
5.      Apa konsep dan penerapan program mutu dalam pendidikan ?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui peningkatan mutu sekolah dasar
2.      Untuk mengetahui fasilitas belajar mengajar
3.      Untuk mengetahui strategi menuju sekolah berkualitas
4.      Untuk mengetahui kualitas pendidikan
5.      Untuk mengetahui konsep dan penerapan program mutu dalam pendidikan.


PEMBAHASAN
A.       Peningkatan Mutu Sekolah Dasar
1.      Karakteristik Siswa SD
Dalam setiap proses pendidikan, peserta didik merupakan komponen masukan yang mempunyai kedudukan sentral. Tidak mungkin suatu proses pendidikan berlangsung tanpa kehadiran peserta didik, yang tingkat SD disebut siswa. Untuk dapat melakukan tugasnya dengan baik, guru perlu memiliki pengetahuan mengenai siapa siswa SD tersebut dan bagaimana karakteristiknya.
Ketika memasuki suatu proses belajar dan mengajar disekolah, siswa mempunyai latang belakang tertentu, yang menentukan keberhasilannya dalam mengikuti proses belajar. Tugas guru adalahmengakomodasi keragaman antar-siswa tersebut sehingga semua siswa dapat mencapai tujuan pengajaran.
Karakteristik siswa SD dapat dibedakan kedalam karakteristik pribadi dan sosial, dan karakteristik psikologis.
a.       Karakteristik Pribadi dan Sosial
Ø  Umur
Dalam belajar, umur merupakan faktor yang penting untuk mempertimbangkan karena berkaitan dengan tingkat permkembangan dan kematangan. Siswa SD adalah kelompok anak yang berada pada tingkat perkembangan awal. Meskipun kesiapan untuk belajar di SD tergantung pula kepada pengalam prasekolah, baik dikeluarga maupun di lingkungan taman kanak-kanak, secara umum umur menentukan kesiapan siswa untuk belajar.
Ø  Jenis Kelamin
Siswa laki-laki dan perempuan mempunyai karakteristik belajar yang relatif berbeda. Dari penelitian-penelitian psikologi diketahui bahwa perempuan dan laki-laki mempunyai tempo dan ritme perkembangan yang relatif berbeda.
Ø  Pengalaman Prasekolah
Pengalaman prasekolah mempengaruhi kemampuan siswa dalam belajar di sekolah. TK merupakan persiapan untuk memasuki SD sehingga mereka akan lebih siap belajar.
Ø  Kemampuan Sosial-Ekonomi
Indikator latar belakang sosial-ekonomi adalah pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua, dan tempat tinggal yang brkaitan satu sama lain. Siswa yang orang tuanya berpendidikan lebih tinggi. Biasanya pekerjaannya lebih baik dan penghasilannya lebih tinggi serta tinggal ditempat atau rumah yang relatif lebih baik. Latar belakang sosial-ekonomi keluarga siswa perlu dipertimbangkan dalam proses belajar dan mengajar, karena hal ini akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya disekolah. Perhatian terutama diberikan kepada anak-anak yang berasal dari lingkungan keluarga yang kurang menguntungkan, misalnya karena keterlantaran, kemiskinan, dan keterpencilan.
b.      Karakteristik Psikologi
Ø  Tingkat Kecerdasan
Atau sering disebut dengan inteligensi merupakan kemampuan dasar yang dimiliki oleh setiap orang. Sebagian orang percaya bahwa taraf intelegensi sifatnya tetap, artinya tidak berubah-ubah, ditambah atau dikurangi; tetapi sebagian orang lain menyatakan bahwa taraf intelegensi seseorang dapat berkembang melalui proses belajar.
Ø  Kreatifitas
Adalah kemampuan seseorang dalam menghasilkan sesuatu yang baru berdasarkan hal-hal yang sudah ada. Kreatifitas seseorang ditandai oleh kemampuannya dalam mencetuskan gagasan-gagasan yang relatif baru (misalnya dalam cara pemecahan masalah), dapat menguraikan sesuatu secara lancar dengan bahasa dan istilah yang kaya serta bervariasi (misalnya proses tejadinya suatu peristiwa, atau cara membuat sesuatu), dan kemampuan beralih dari suatu persoalan ke persoalan yang lain secara luwes (misalnya dalam menggunakan istilah, memecahkan suatu persoalan, dan lain-lain).
Ø  Bakat dan Minat
Siswa-siswi SD juga mempunyai bakat-bakat khusus yang beragam, sebagaimana kelihatan dalam minat belajarnya. Meskipun bakat dan minat merupakan dua hal yang relatif berlaianan, dalam perwujudannya hampir sulit dibedakan.
Ø  Pengetahuan Dasar dan Prestasi Terdahulu
Belajar pada dasarnya merupakan proses yang berkelanjutan. Hasil belajar terdahulu mendasari proses belajar kemudian. Oleh sebab itu, guru perlu mengetahui dan mempertimbangkan apa yang telah dikuasai oleh siswanya, sebelum mereka memberikan materi baru.
Ø  Motivasi Belajar
Motivasi merupakan modal yang sangat penting untuk belajar. Tanpa ada motivasi, proses belajar akan kurang berhasil. Meskipun seprang siswa mempunyai kecakapan belajar yang tinggi, ia akan kurang berhasil dalam belajarnya jika motivasinya lemah.[1]
2.      Fasilitas Belajar Mengajar
Dalam bidang pendidikan Kabinet Reformasi hanya melanjutkan program wajib belajar sembilan tahun yang sudah dimulai sejak tahun 1994 serta melakukan perbaikan sistem pendidikan agar lebih demokratis. Tugas jangka panjang Kabinet Reformasi yang paling pokok adalah bagaimana menjaga agar tingkat partisipasi pendidikan masyarakat tetap tinggi dan tidak banyak yang mengalami putus sekolah.
Sekolah-sekolah sekarang (dari tingkat TK sampai PT) baik negeri maupun swasta dihadapkan pada persoalan yang sangat mendasar, yakni bagaimana mereka dapat terus bertahan (survive) : tidak banyak siswa yang putus ditengah jalan dan tetap ada siswa baru setiap tahun ajaran dimulai. Bila siswa tidak putus ditengah jalan, guru tetap memiliki semangat untuk mengajar, masih dapat membeli kapur tulis, kegiatan belajar mengajar berjalan secara rutin, dan bagi sekolah swasta masih bisa memberikan honorarium kepada guru-guru, itu sudah bagus. Untuk sementara jangan bertanya soal mutu. Para pengelola sekolah akan sangat bersyukur bila sekolah mereka dapat melewati masa kriris dengan selamat, dalam arti tidak banyak yang putus sekolah.
Kebutuhan untuk dapat bertahan dirasakan oleh semua sekolah, baik sekolah-sekolah negeri maupun swasta, hanya gradasinya yang berbeda. Tapi yang paling merasakan beban adalah sekolah-sekolah swasta kecil, baik yang ada didesa maupun di kota. Basis material sekolah-sekolah swasta sangat tergantung pada jumlah siswa, semakin besar jumlah siswa semakin kuat pula sekolah itu. Sebaliknya semakin kecil jumlah siswa semakin lemah pula kondisi sekolah swasta tersebut. Jumlah siswa itu berkorelasi positif dengan latar belakang ekonomi.[2]
Ditinjau berdasarkan status, sekolah-sekolah yang dikategorikan besar adalah sekolah-sekolah dengan status “disamakan”. Meskipun sistem pengkategorikan itu sangat relatif (tergantung kondisi wilayah masing-masing sekolah), tapi pengkategorikan itu cukup representetif untuk melihat kemampuan ekonomi sekolah. Sekolah-sekolah dengan status disamakan relatif tidak dihadapkan pada kesulitan untuk servive : jumlah siswanya relatif stabil (tidak banyak yang keluar), pembayaran SPP-nya lancar dan relatif besar, peralatan lengkap, dan mekanisme belajar mengajarnya relatif sudah mapan karena mempunyai guru tetap yang cukup banyak.
Sepanjang sejarah pendidikan di Indonesia, kehadiran sekolah-sekolah dengan status “diakui, terdaftar, dan belum terakreditasi” telah memberikan sumbangan besar dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat kurang beruntung (secra ekonomis maupun sosial). Sekolah-sekolah swasta kecil itu umumnya hadir betul-betul untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang tidak mampu.[3]
3.      Strategi Menuju Sekolah Berkualitas
Semakin berkembangnya dunia pendidikan maka bersamaan pula dengan kenyataan bahwa setiap apa yang ada di dunia pendidikan harus dikiuti dengan berkembangnya kualitas dan kuantitas sekolah yang ada. Faktanya, banyak siswa yang telah lulus dari lembaga pendidikan menjadi pengangguran, tidak siap untuk mrnjadi warga negara yang bertanggung jawab dan produktif, sehingga menjadi beban keluarga, masyarakat, bangsa dan negara serta akhirnya mendorong terjadinya instabilitas nasional, baik dalam bidang ideologi, politik ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Kondisi tersebut, permasalahan okoknya adalah para siswa merupakan produk sistem pendidikan yang diselenggarakan tidak berfokus pada kualitas.
Strategi menuju sekolah berkualitas dan siklus peningkatan kualitas sekolah :
1.      Strategi menuju sekolah berkualitas
Pendidikan yang berfokus pada kualitas menurut konsep Juran adalah bahwa dasar misi kualitas sebuah sekolah mengembangkan program dan layanan yang memenuhi kebutuhan pengguna seperti siswa dan masyarakat. Masyarakat dimaksud adalah secara luas sebagai pengguna lulusan, yaitu dunia usaha, lembaga pendidikan lanjut, pemerindah dan masyarakat luas, termasuk menciptakan usaha sendiri oleh lulusan.
Kualitas dalam konsep Deming adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Dalam konsep Deming, pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat menghasilkan keluaran, baik layanan dan lulusan yang sesuai kebutuhan atau harapan pelanggan (pasar)nya. Sedangkan Fiegenbaum mengartikan kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction). Dalam pengertian ini, maka yang dikatakan sekolah berkualitas adalah sekolah yang dapat memuaskan pelanggannya, baik pelanggan internal maupun eksternal. Sekolah yang berkualitas dan ternama adalah dambaan semua pihak sekolah, orang tua murid maupun muridnya sendiri. Beberapa strategi menuju sekolah berkualitas, yaitu:
a.       Pelajaran Budi Pekerti
Pelajaran budi pekerti tidak selalu berupa pelajaran semata melainkan akan lebih baik jika langsung di aplikasikan di kehidupan sehari-hari. Budi pekerti sangat mudah di ‘tularkan’ melalui keteladanan. Keteladanan ini tentu saja harus diberikan oleh siapapun yang berada dilingkungan sekolah terutama para guru dan pengurus sekolah. Guru sebagai panutan harus dapat memberikan teladan akan sikap dan perilaku yang baik kepada para muridnya.
b.      Kualitas Sumber Daya Manusia
Strategi yang digunakan oleh sekolah pada umumnya yaitu menggunakan sumber daya manusia yang pandai dalam materi pengajarannya (guru berkualitas). Pintar dan cerdik dalam penguasaan materi adalah hal yang penting dalam memilih sumber daya guru. Namun jauh lebih penting menggunakan sumber daya guru yang mampu dan cakap dalam menyampaikan materi pelajaran yang dapat dengan mudah dimengerti oleh para muridnya.
Keahliannya harus dipelihara; dikembangkan sesuai dengan perubahan-perubahan yang cepat yang inhaerent dengan perubahan lingkungannya, akibat berkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ultra modern.[4]
c.       Kepemimpinan Sekolah
Kepemimpinan pada dasarnya adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang tersebut mau melakukan suatu tindakan untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan yang berlangsung pada lembaga pendidikan adalah menjalankan proses kepemimpinan yang sifatnya mempengaruhi sumber daya personil pendidikan (guru dan karyawan) agar melakukan tindakan bersama guna mencapai tujuan pendidikan.
d.      Berorientasi pada Kepuasan Pelanggan
Pelanggan lembaga pendidikan/sekolah tersendiri dari pelanggan eksternal dan internal. Pelanggan eksternal utama sekolah adalah siswa dan sekaligus sebagai input utama (main input) yang akan diproses menjadi lulusan. Pelanggan eksternal kedua dan seterusnya adalah orang tua, dunia usaha, pemerintah dan pendidikan lebih lanjut. Bahwa sekolah yang berkualitas yang dapat memenuhi atau melebihi keinginan, harapan, dan kebutuhan pelanggannya. Untuk mewujudkan pendidikan yang dapat memuaskan pelanggan eksternal, maka sekolah terlebih dahulu harus memuaskan pelanggan internalnya, yaitu para guru, pustakawan, laboran, tenaga administrasi, tenaga keamanan dan tenaga kebersihan.
e.       Keterlibatan Semua Warga Sekolah
Keterlibatan total semua warga sekolah berarti sekolah dalam hal ini kepala sekolah menyusun organisasi, menganalisis jabatan dan pekerjaan, menyusun uraian tugas, menempatkan orang sesuai latar belakang pendidikan dan keahliannya serta sesuia dengan beban tugas dan pekerjaannya secara merata.
f.       Membudayakan Respek
Setiap orang dimanapun berada, termasuk disekolah perlu perhatian (care), saling menghormati, saling memaafkan dan saling menghargai, baik kepala sekolah terhadap guru dan karyawan dan sebaliknya, antara sesama guru dengan karyawan dan sebaliknya, para guru dan karyawan dengan pesrta didik serta warga sekolah dengan seluruh stakeholder serta setiap orang yang hadir membutuhkan layanan pendidikan disekolah tersebut. Suasana yang demikian, akan sangat mendukung lancarnya proses pembelajaran sebagai kegiatan utama sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.
g.      Manajemen Berdasarkan Fakta
Manajemen yang dalam penyelenggaraan sekolah harus berdasarkan fakta, data dan informasi yang benar dan akurat. Dengan data yang akurat dan informasi yang benar, maka akan memudahkan bagi pimpinan sekolah dalam meningkatkan kualutas pendidikan di sekolah tersebut, mulai dari perencanaan kualitas pendidikan, pengorganisasian peningkatan kualitas pendidikan sampai dengan pengawasan kegiatan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah itu.
h.      Perbaikan Berkesinambungan
Tuntutan peningkatan kualitas pendidikan terus mengalir dan terus mengalami peningkatan, baik dari siswa, orang tua, masyarakat, pemerintah maupun dunia usaha. Oleh karena itu, peningkatan kualitas pendidikan tidak dapat hanya dilakukan pada saat-saat tertentu saja kemudian berhenti tidak berkesinambungan atau berkelanjutan, sehingga sekolah tersebut mampu memenuhi/melebihi harapan dan kebutuhan masyarakat.[5]
4.      Kualitas Pendidikan
Ukuran berkualitas atau tidaknya suatu sekolah adalah relatif, karena tolak ukur yang digunakan terus menerus mengalami perubahan sesuai dengan perubahan tantangan jaman. Apabila terjadi keragaman kualitas lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia. Keragaman kualitas pendidikan ini sangat besar, mulai dari taraf yang rendah sampai pada taraf yang tinggi. Secara kasar dapat diadakan penggolongan perbedaan kualitas pendidikan antara sekolah diwilayah perkotaan dengan wilayah pendesaan. Dan karena kualitas pendidikan itu secara langsung dapat berfungsi sebagai dasar bagi pengembangan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, maka penanganan terhadapnya sungguh merupakan tuntutan yang selalu mendesak dan tidak mungkin daoat ditunda.
Mengingat bahwa pendidikan formal ditanah air ini berjenjang, maka upaya untuk mempercepat peningkatan kualitas pendidikan tidaklah harus secara berurutan, melainkan dapat dilaksanakan secara simultan. Selama ini upaya peningkatan kualitas pendidikan itu telah diprioritaskan pada sekolah dasar, tanpa menunda upaya peningkatan kualitas pendidikan jenjang di atasnya.[6]
5.      Konsep dan Penerapan Program Mutu dalam Pendidikan
a.       Tantangan dan Kebutuhan terhadap Pendidikan yang Bermutu
Adanya  perubahan-perubahan yang sangat cepat dan bersifat global. Hal itu diakibatkan oleh perkembangan ilmu teknologi yang sangat cepat, terutama dalam bidang komunikasi dan elektronika. Perkembangan dalam bidang ini telah mengakibatkan revolusi informasi. Sejumlah besar informasi, hampir mengenai semua bidang kehidupan dari semua tempat. Semua aspek dan kegiatan telah terhimpun, terolah, tersimpan, dan tersebarkan. Secara terbuka, setiap saat informasi tersebut dapat diakses, dibaca, serta disaksikan oleh setiap orang, terutama melalui internet, media cetak, dan telivisi.
b.      Permasalahan Mutu Pendidikan
Banyak masalah mutu dihadapi dalam dunia pendidikan, seperti lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dari guru, serta mutu profesionalisme dab kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait dengan mutu menajerial para pimpinan pendidikan, keterbatasan dana, sarana dan prasarana, fasilitas pendidikan, media, sumber belajar, alat dan bahan latihan, iklim sekolah, lingkungan pendidikan, serta dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan. Semua kelemahan mutu dari komponen-komponen pendidikan tersebut berujung pada rendahnya mutu lulusan.
c.       Dasar-Dasar Program Mutu Pendidikan
1)      Komitmen pada perubahan
2)      Pemahaman yang jelas tentang kondisi yang ada
3)      Mempunyai visi yang jelas terhadap masa depan
4)      Mempunyai rencana yang jelas.
d.      Prinsip-Prinsip Peningkatan Mutu Pendidikan
1)      Peningkatan mutu pendidikan menuntut kepemimpinan profesional dalam bidang pendidikan.
2)      Kesulitan yang dihadapi para profesional pendidikan adalah ketidak mampuan mereka dalam menghadapi “kegagalan sistem”.
3)      Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan loncatan-loncatan.
4)      Uang bukan kunci utama dalam usaha peningkatan mutu.
5)      Kunci utama Peningkatan mutu pendidikan adalah komitmen pada perubahan.
6)      Banyak profesional di bidang pendidikan yang kurang memiliki pengetahuan dan keahlian dalam menyiapkan para siswanya.
7)      Program Peningkatan mutu dalam bidang komersial tidak dapat dipakai secara langsung dalam pendidikan.
e.       Sekolah dengan Manajemen Mutu Total (MMT)
Merupakan suatu metodologi yang dapat membantu para profesiaonal pendidikan mengatasi lingkungan yang terus berubah. Perubahan terhadap MMT dimulai dengan mengadopsi pembagian tugas tentang pelaksanaan mutu pada tingkat majelis sekolah, admistrator, guru, staf administrasi, siswa, orang tua, dan masyarakat. Kegiatan diawali dengan merumuskan visi dan misi dari sekolah, jurusan/program studi, dan seksi-seksi pendidikan sekolah.[7]



KESIMPULAN
Tantangan dan kebutuhan terhadap pendidikan yang bermutu kita tandai oleh perubahan-perubahan yang sangat cepat dan bersifat global. Hal itu diakibatkan oleh perkembangan ilmu teknologi yang sangat cepat, terutama dalam bidang komunikasi dan elektronika.
Dalam setiap proses pendidikan, peserta didik merupakan komponen masukan yang mempunyai kedudukan sentral. Tidak mungkin suatu proses pendidikan berlangsung tanpa kehadiran peserta didik, yang tingkat SD disebut siswa. Untuk dapat melakukan tugasnya dengan baik, guru perlu memiliki pengetahuan mengenai siapa siswa SD tersebut dan bagaimana karakteristiknya.
Kebutuhan untuk dapat bertahan dirasakan oleh semua sekolah, baik sekolah-sekolah negeri maupun swasta, hanya gradasinya yang berbeda. Tapi yang paling merasakan beban adalah sekolah-sekolah swasta kecil, baik yang ada didesa maupun di kota.
Semakin berkembangnya dunia pendidikan maka bersamaan pula dengan kenyataan bahwa setiap apa yang ada di dunia pendidikan harus dikiuti dengan berkembangnya kualitas dan kuantitas sekolah yang ada.



DAFTAR PUSTAKA
Ø  SupriadI, Dedi, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Bandung, 2005
Ø  Darmaningtyas, Pendidikan Pada Dan Setelah Krisis, Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 1999
Ø  Sutadipura, Balnadi, Aneka Problema Keguruan, Bandung: ANGKASA Bandung,1985
Ø  Sukmadinata,Nana Syaodih,dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, (konsep, prinsip, dan instrumen), Bandung: PT. Refika Aditama. 2006.
Ø  Rohmad, Ali, Kapita Selekta Pendidikan, Yogyakarta: TERAS, 2009
Ø  http://gusnurill.blogspot.com-menuju-sekolah-berkualiatas-nurholis-faturohman//




[1] Prof. Dr. Dedi Supriadi, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Bandung, 2005. Hlm.79-86
[2] Darmaningtyas, Pendidikan Pada Dan Setelah Krisis, Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 1999. Hlm. 48-49

[3] Ibid.Hlm.50-51
[4] Drs. H. Balnadi Sutadipura, Aneka Problema Keguruan, Bandung: ANGKASA Bandung,1985, Hlm.57
[5] http://gusnurill.blogspot.com-menuju-sekolah-berkualiatas-nurholis-faturohman//
[6] Drs. H. Ali Rohmad, M.Ag, Kapita Selekta Pendidikan, Yogyakarta: TERAS, 2009, Hlm.26-27
[7] Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata,dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, (konsep, prinsip, dan instrumen), Bandung: PT. Refika Aditama. 2006. Hlm.5-12

Post a Comment

Previous Post Next Post