Dulu sewaktu saya masih duduk di bangku MA, guru bahasa Indonesia
namanya Ika Setyawati, pernah memberikan tugas untuk mengarang. Hal yang kami
rasakan waktu itu adalah bingung. Mau nulis apa dan mulainya dari mana?
“Kualitas tulisan kalian akan menunjukan siapa yang rajin membaca
diantara kalian,” pesan dari
beliau sebelum kami memulai mengarang.
Sekitar 6 tahun yang lalu pesan itu belum saya pahami. Saya pun tak
menghiraukan karena yang harus kami lakukan kala itu hanyalah mengarang. Hanya
saja ada rasa kecewa karena ternyata hasil mengarang kami tak beliau bedah satu
per satu, sepertinya hanya sebagai tuntutan tugas saja. Dan kini semenjak saya sering
membaca buku dan terkadang menuliskan diary, sayapun baru memahami pesan
beliau. Bahwa menulis erat kaitannya dengan membaca.
Pertanyaan mau nulis apa dan mulainya dari mana seiring berjalannya
waktu terjawab dengan sendirinya, asalkan kita mau membaca. Pun tak cukup
dengan membaca, laiknya seseorang yang ingin bisa menyetir mobil, ia harus
praktek langsung dengan mobil. Begitupun dengan menulis, untuk bisa menulis
yang harus dilakukan adalah menulis, menulis dan menulis.
Bukankah bisa itu karena terbiasa?
Ungkapan diatas mengandung makna tersirat bahwa untuk mencapai
sesuatu butuh proses, bukan instasn. Kata “terbiasa” mengandung makna
pengulangan. Artinya tidak hanya satu dua kali tetapi berkali-kali hingga
akhirnya apa yang kita inginkan tercapai. So, untuk menjadi penulis yang harus
dilakukan tidak lain adalah mulailah menulis.
Tags
Opini