Sumber Gambar |
Menurut silsilah, Kyai
Abdus Salam termasuk
keturunan Raja Brawijaya (kerajaan Majapahit). Beliau
adalah putra kyai
Abdul Jabbar bin
(putra) kyai Abdul Halim (Pangeran Benowo) bin (putra)
kyai Abdurrohman (Joko Tingkir).
Desa ini semula masih merupakan hutan belantara, kurang lebih
13 tahun beliau bergelut dengan semak
belukar dan kemudian
dijadikan perkampungan yang
dihuni oleh komunitas manusia.
Setelah berhasil merubah
hutan menjadi perkampungan, mulailah beliau membuat gubuk
tempat berdakwah, yaitu sebuah pesantren kecil yang terdiri dari sebuah langgar,
bilik kecil untuk santri dan tempat tinggal yang sederhana.
Pondok pesantren tersebut
dikenal oleh masyarakat
dengan sebutan pondok Selawe
atau pondok Telu,
dikarenakan jumlah santri
yang berjumlah 25
orang dan jumlah bangunan yang hanya terdiri 3 lokal beserta
mushollanya. Hal ini terjadi pada tahun 1838 M, kondisi tersebut adalah cikal
bakal PONDOK PESANTREN BAHRUL ULUM.
Sementara itu, menurut
versi yang lain,
istilah 3 (telu)
adalah merupakan representasi dari
Pondok Selawe atau Pondok Telu
yang mengembangkan ilmu-ilmu syari‘at, hakikat
dan kanuragan. Hal
itu didasarkan pada
manifestasi keilmuan mbah Shoichah sendiri yang mencakup
ketiganya.
Periode Rintisan Kedua
Setelah Kyai Shoichah
(kyai Abdussalam) berusia lanjut
tampuk pimpinan pondok Selawe
atau pondok telu
diserahkan kepada dua
menantunya yang tidak
lain adalah santrinya sendiri.
Kedua menantunya tersebut
adalah kyai Utsman
dan kyai Sa‘id. Dengan mendapat
restu dari mertuanya, kyai Utsman dan kyai Sa‘id menjadikan pondok menjadi dua
cabang, hal ini dikarenakan jumlah santri yang semakin bertambah banyak.
Kyai Utsman mengembangkan
pondok di dusun
Gedang yang tidak
jauh dari pesantren ayah
mertuanya yaitu di sebelah timur sungai
pondok pesantren, sedangkan kyai
Sa‘id mengembangkan pesantren
di sebelah barat
sungai. Dalam penataan manajemen pendidikan
pesantren yang diasuhnya,
kyai Ustman lebih
berkonsentrasi mengajarkan ilmu-ilmu thoriqot atau tasawuf, sedangkan
Kyai Sa‘id mengajarkan ilmuilmu syari‘at.
Seperti telah disinggung
sebelumnya, sejarah panjang
pondok pesantren ini, sejak awal rintisannya oleh Kyai
Shoichah, dikenal dengan nama Pondok Selawe atau Pondok Telu.
Dan pada masa
KH. Hasbulloh pondok
pesantren ini dikenal
dengan sebutan Pondok Tambakberas. Hingga pada masa KH. Abdul Wahab,
pada tahun 1965 empat orang santri beliau dipanggil menghadap (sowan), keempat
santri beliau tersebut adalah Ahmad Junaidi
(Bangil), M. Masrur
Dimyati (Dawar Blandong
Mojokerto), Abdulloh Yazid Sulaiman
(Keboan Kudu Jombang),
dan Moh. Syamsul
Huda As. (Denanyar Jombang).
Waktu itu yang menjabat sebagai sekretaris pondok adalah
Ahmad Taufiq dari Pulo Gedang. Keempat
santri beliau ini
ditugasi mengajukan alternatif
nama pondok pesantren. Walhasil
keempat santri ini mengajukan 3 nama alternatif
yaitu, BAHRUL ULUM, DARUL HIKMAH, dan MAMBA‘UL ULUM. Dari ketiga
nama yang diajukan, Kyai Abdul Wahab
memilih nama BAHRUL ULUM yang artinya
―LAUTAN ILMU‖ yang
kelak diharapkan Tambakberas
benarbenar menjadi lautan ilmu.
Setelah itu beliau
mengadakan sayembara pembuatan
logo/lambang pondok pesantren.
Setelah didapatkan pemenang pembuatan logo Kyai
Abdul Wahab meminta pada
logo/lambang pondok pesantren (Hasil Pemenang Sayembara) disisipkan ayat
Alqur‘an surat Al-Kahfi
ayat 109, bahkan
untuk prosesi ritualnya
Kyai Abdul Wahab memerintahkan salah
seorang santri bernama
Djamaluddin Ahmad (Pengasuh
Pondok Pesantren Al-Muhibbin sekarang),
asal Gondang Legi
Prambon Nganjuk untuk membacakan manaqib.
Hingga saat ini
nama dan lambang
tersebut abadi menjadi identitas resmi, eksistensi Pondok
Pesantren Bahrul Ulum.
PONDOK PESANTREN BAHRUL ULUM Tambakberas Jombang merupakan
salah satu pondok pesantren tertua dan terbesar di Jawa Timur. Hingga sekarang
pondok ini masih survive di tengah kecenderungan kuat sistem pendidikan formal.
Dengan kultur mandiri,
dekat dengan masyarakat,
sederhana, dan adaptif, PONDOK PESANTREN
BAHRUL ULUM Tambakberas
Jombang terus melakukan pengembangan dan
perubahan seiring dengan
dinamika perkembangan dan
tuntutan global, dengan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur
kepesantrenan, berpegang pada prinsip al-muhafadhah ‗al al-qadim al-shalih wa
al-akhdhu bi al-jadid al-ashlah dengan di bawah sinaran prinsip Aqidah
Ahlussunnah Wal-Jama‘ah ala NU.
Salah satu upaya
yang telah dilakukan
di tengah kecenderungan
kuat sistem pendidikan formal,
PONDOK PESANTREN BAHRUL ULUM Tambakberas Jombang hingga saat
ini telah mendirikan
18 unit pendidikan
formal mulai dari
tingkat pra sekolah sampai dengan
perguruan tinggi.
Selain itu, PONDOK PESANTREN BAHRUL ULUM juga menjalin
kerjasama dalam bidang pendidikan
dengan perguruan tinggi
dalam dan luar
negeri diantaranya adalah Makkah,
Syiria, dan Al-Azhar Kairo.
Secara
struktural, PONDOK PESANTREN
BAHRUL ULUM Tambakberas Jombang berada
di bawah naungan
YAYASAN PONDOK PESANTREN
BAHRUL ULUM. Yayasan ini
berdiri sejak tahun
1966 melalui Akte
Notaris nomor 03.
PONDOK PESANTREN BAHRUL
ULUM Tambakberas Jombang,
terletak di dusun Tambakberas, desa
Tambakrejo, kecamatan Jombang,
kabupaten Jombang, propinsi Jawa Timur, tepatnya 3 Km sebelah
utara kota Jombang.
Periode Pengasuh Pondok
1. (Almaghfurlah)
KH.M. Sholeh Abdul Hamid, 1987 – 2006
2. (Almaghfurlah) Drs.
KH. Amanulloh Abdur Rochim 2007-2008
3. Moh. Hasib Wahab
(2009 – Sekarang)
Tags
IPNU