Sumber : ipnu-wonosobo (dot)blogspot |
Sejarah Corps Brigade Pembangunan (CBP) - Corps Brigade Pembangunan (CBP) merupakan
lembaga yang dibentuk pada tahun 1963 dalam hal itu di latar belakangi
peristiwa persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia atau istilah
populernya dikenal dengan istilah “ Gayang Malaysia “, peristiwa politik
tersebut yang berkaitan dengan persengketaan antara Repuplik Indonesia dengan
Malaysia memperebutkan daerah Kalimantan Utara
(Serawak).
Kondisi riil yang terjadi pada saat itu untuk
lebih jelas conteks_nya yaitu politik luar negeri, terjadi pertentangan antara
gagasan Presiden Soekarno yang anti Emperalisme dengan pihak barat yang
berupaya menancapkan kukunya diwilayah Malaysia. Kemudian Presiden Soekarno
mengintruksikan kepada elemen bangsa untuk segera membentuk Sukarelawan Perang
dan siap menggayang Malaysia.
Intruksi Presiden tersebut secara lansung
membuat seluruh elemen bangsa bersiap sedia untuk melawan Imperalisme yang akan
kembali menancapkan kukunya diwilayah Asia Tenggara, Asnawi Latif pada waktu
itu selaku Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulaqma yang merupakan bagian
dari elemen bangsa merasa terpanggil untuk berjuang bersama melawan iperalisme
dari bangsa barat, yang terbentuk dari kalangan pelajar Nahdhiyyin yang
kemudian dinamakan Sukarelawan Pelajar.
Deklarasi dibentuknya sukarelawan Pelajar
diadakan di Djogjakarta yang pada saat itu merupakan lokasi dari kantor pusat
PP IPNU, dan di barengi dengan parade militer
Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang merupakan wujud dari kesiapan RI
untuk Menggayang Malaysia.
Sejak saat itulah kemudian Sukarelawan
Pelajar yang dibentuk oleh Asnawi Latif tersebut berjuang demi memperjuangkan
Negara dan Bangsa untuk keutuhan NKRI. Sukarelawan ini yang merupakan Embrio
atau cikal bakal bagi berdirinya Corps Brigade Pembangunan (CBP) Ikatan Pelajar
Nahdlatul Ulama. Yang kemudian ditetapkan pada Konferensi Besar IPNU di
Pekalongan pada tanggal 25 – 31 Oktober 1964 dengan nama Corps Brigade
Pembangunan (CBP). Yang kemudian dikenal dengan “doktrin Pekalongan”
Secara etimologi Corps berasal dari bahasa Inggris yang
memilki arti kesatuan dalam komando, Brigade
berarti pasukan yang disiapkan untuk bertempur dan Pembangunan, memiliki arti
membangun dalam rangka mengisi kemerdekaan. Sedangkan secara terminologi Corps
brigade pembangunan berarti suatu lembaga yang dibentuk dalam satu komando
untuk mengawal pembangunan.
Pada moment tersebut Asnawi Latief selaku
ketua umum PP IPNU menunjuk Rekan Harun Rosyidi untuk menjadi Komandan Teknis
CBP. Pasca ditunjuk sebagai komandan tehnis CBP, rekan harun rosyidi
mengumpulkan kader-kader inti IPNU yang berpotensi untuk selanjutnya dididik
dan di latih kemiliteran serta keamanan guna mengantisipasi gerakan yang
membahayakan keutuhan negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) baik dari dalam
maupun luar. Kondisi ini ditempuh karena stabilitas politik dan kemanan yang
tidak menentu pada saat itu.
Kemudian, pada tahun 1965 saat terjadinya
peristiwa G 30 S PKI. CBP sangat berperan aktif dalam upaya memberantas PKI dan
antek-anteknya. Ghirrah Patriotisme
Pelajar tersebut setelah terjadinya perubahan rezim dan perubahan kondisi
sosial politik Indonesia semakin surut. CBP menjadi sebuah nama yang semakin
tenggelam. Hingga kemudian masa kepemimpinan Hilmi Muhammadiyah Ketua Umum PP
IPNU pada tahun 1999 CBP dideklarasikan kembali di Pondok Pesantren Pancasila
Sakti Klaten Jawa Tengah. Pendeklarasian kembali ini merupakan upaya IPNU untuk
bisa memberikan kontribusinya secara lebih luas pada Ere reformasi yang sedang
gencar-gencarnya diteriakkan oleh masyarakat seluruh Indonesia.
Kemudian rekan Hilmi Muhammadiyah menunjuk rekan Agus Salim untuk menjadi Komandan Nasional CBP. Pasca ditunjuk sebagai Kornas CBP, rekan Agus Salim sangat gencar melakukan sosialisasi ke daerah-daerah untuk mengaktifkan kembali CBP sampai ketingkatan ranting, Hingga memasuki kongres XIII tahun 2000 di Makasar yang menetapkan rekan Abdullah Azwar Anas sebagai Ketua Umum IPNU, selanjutnya ditunjuklah Rekan Edisyam Risdiyanto komandan Nasional.
Pada
masa ini CBP bergerak pada empat bidang yakni : Kepanduan, Kepalangmerahan, SAR
dan Cinta Alam. Rekan Edisyam berhasil merumuskan kembali pola CBP dengan
format baru yang terangkum dalam peraturan organisasi/lembaga, penjabaran
peraturan organisasi/lembaga serta sistem pendidikan dan pelatihan sebagai
acuan dan panduan kegiatan CBP diseluruh Indonesia. Rumusan-rumusan tersebut
dibukukan pada masa itu yang disahkan pada masa kepemimpina Al Amin Nur Wahab
Nasution sebagai Pj Ketua Umum IPNU yang menggantikan Rekan Abdullah Azwar
Anas.
Perjuangan CBP tidak berhenti sampai disitu
saja, pada Kongres XIV Surabaya tahun 2003 yang menetapkan Rekan Mujtahidur
Ridlo sebagai Ketua Umum IPNU, melanjutkan program CBP sebelumnya dibawah
komando Rekan Ali Masdar Hasibuan.
Pada masa ini lebih banyak difokuskan pada
praktek terjun kelapangan terutama bidang SAR dan kepalang merahan, disebabkan
seringnya terjadi bencana skala nasional misalnya terjadinya Tsunami di Aceh,
Tanah Longsor di Banjar Negara, Banjir bandang di Jember, Gempa Jateng-Jogja,
Gempa dan Tsunami di Pengandaran Jawa Barat. Pada periode ini pula CBP yang
bergerak di empat bidang yakni : Kepanduan, Kepalangmerahan, SAR dan Cinta Alam
difokuskan menjadi 3 bidang yakni : Kemanusiaan, Lingkungan Hidup dan
Kedisiplinan yang ditetapkan dalam Rakornas CBP pada 6 – 8 Januari 2006
bertempat di Wisma Depag Jakarta Selatan. Program ini berlanjut hingga Kongres IPNU XV di Asrama haji Pondok Gede Jakarta, 9 – 12
Juli 2006 yang menetapkan Rekan Idy Muzayyad sebagai ketua umum IPNU dan
selanjutnya menunjuk Rekan Alvin M Hasanil Haq sebagai Komandan Nasional.
Pada masa ini banyak hal yang dilakukan dalam
rangka memajukan dan mengembangkan potensi kader-kader CBP diantaranya : Kemah
Pelajar Hijau dalam Rangka Diklat Peduli Lingkungan 6 – 8 April 2007 di Ponpes
Wali Songo Gomang Singgahan Tuban, Workshop Ke-CBP-an 17 – 20 Mei 2007 di
Ponpes Maslakul Huda pati. Tidak sampai disitu saja CBP juga ikut serta dalam
berbagai event kemanusiaan misalnya pada saat terjadi Banjir Bandang di
Jakarta.
Hasil Workshop di Pati mengamanatkan CBP
untuk menyelenggarakan Rakornas yang kemudian terselenggara pada 22 – 25
Agustus 2007 bertempat di Hotel Diamond Samarinda bersamaan dengan
penyelenggaraan Rakernas IPNU. Pada Rakornas ini diputusakan beberapa hal yang
bekaitan dengan Ke-CBP-an diantaranya adalah sasaran kegiatan CBP yang semula
Kemanusiaan, Lingkungan Hidup dan Kedisiplinan menjadi Kemanusiaan, Lingkungan
Hidup dan Bela Negara, kemudian juga pada Rakornas pada saat itu merubahan nama
dari Corps Brigade Pembangunan menjadi CORPS BARISAN PELAJAR.
Pada kongres 14 terpilihnya Ahmad Syauqi
kemudian menunjuk rekan Randi Ridwan sebagai KORNAS berikutnya. Namun selama 1
th berjalan CBP tidak mengalami kemajuan yang signifikan akhirnya melalui
mekanisme reshufle Ahmad Syauqi menunjuk rekan Muhammad Syahrial menggantikan
Randi Ridwan dan pada workshop CBP tanggal 26 – 28 Juni 2010 di Sidoarjo
terjadi beberapa perubahan yang signifikan pada tubuh CBP yakni :
(1) Perubahan nama CORPS BARISAN PELAJAR dikembalikan
menjadi CORPS BRIGADE PEMBANGUNAN
(2) Mekanisme Lembaga yang sebelumnya DEWAN
KOORDINASI menjadi DEWAN KOMANDO
(3) Peraturan Organisasi dan Peraturan
Administrasi (PO/PA) menjadi Peraturan Lembaga dan Administrasi (PLA) yang
kemudian disahkan pada RAKORNAS Peraturan Diklat menjadi Petunjuk Pelaksanaan
Teknis Operasi Pendidikan dan Pelatihan (Juklak Tekops Diklat)
(4) Peraturan Dewan Komando Nasional tentang
Nomor Induk Anggota sebagai dasar pembuatan Database CBP.
Hasil Workshop sidoarjo dibawa ke RAKORNAS
Pontianak pada tanggal 29 Juli - 2 Agustus 2010.
Tags
IPNU