TAUHID

Pengertian Tauhid
Tauhid berasal dari bahasa Arab yang merupakan masdar atau kata benda dari kata(وَحَدَ- يُوَحِدُ-وَحْدًا) : “wahada-yuwahidu-wahdan” yang artinya menjadikan sesuatu satu atau tunggal atau Esa,[1]dapat juga diartikan (الْعِلْمُ بِاَنَّ الشَّيْئً وَاحِدٌ: bahwa sesuatu itu satu).[2]
Secara istilah syar’i, tauhid berarti:
عِلْمُ يَقْتَدِرَبِهِ عَلَى إِثْبَاتِ الْعَقَائِدِ الدِّيْنِيَّةِ مُكْتَسَبٌ مِنْ اَدِلَّتِهَا الْيَقِيْنِيَّةِ
Ilmu yang dapat menetapkan akidah (tekad) keagamaan seseorang yang dicari dari dalil-dalilnya yang berdasarkan keyakinan.
Dapat dikatakan tauhid adalah meng-Esakan Allah dalam hal Mencipta, Menguasai, Mengatur dan Mengikhlaskan (memurnikan) peribadahan hanya kepada-Nya, meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya serta menetapkan Asma’ul Husna (Nama-nama yang Bagus) dan Shifat Al-Ulya (Sifat-sifat yang Tinggi) bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari kekurangan dan cacat.[3]
Tauhiddilihat dari segi Etimologis yaitu berarti ”Ke-Esaan Allah”, mentauhidkan berarti mengakui ke-Esaan Allah mengesakan Allah.[4]Mempercayai bahwa Allah SWT adalah satu-satunya pencipta, pemelihara, penguasa, dan pengatur Alam Semesta.[5]Tauhid adalah keyakinan tentang adanya Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada satu pun yang menyamai-Nya dalam Dzat, Sifat atau perbuatan-perbuatan-Nya.[6]Tauhid adalah mengesakan Allah SWT dari semua makhluk-Nya dengan penuh penghayatan, dan keikhlasan beribadah kepada-Nya, meninggalkan peribadatan selain kepada-Nya, serta membenarkan nama-nama-Nya yang Mulia (Asma’ul Husna), dan Sifat-sifat-Nya yang Maha Sempurna, dan menafikan sifat kurang dan cela dari-Nya.[7]
Tauhid tidak lepas dari Ilmu tauhid atau sering kita sebut dengan Ilmu Kalam ialah ilmu yang membicarakan tentang wujud Tuhan, sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang boleh ada pada-Nya, membicarakan tentang Rasul, untuk menetapkan keputusan mereka, sifat-sifat yang boleh adapada mereka, dan sifat-sifat yang tidak mungkin terdapat pada mereka.[8]
Dan Ilmu Tauhid disebut juga:
Ilmu ‘Aqa’id artinya tali atau pengikat. Disebut ‘Aqa’id, karena didalamnya mempelajari tentang keimanan yang mengikat hati seseorang dengan Allah, baik meyakini wujud-Nya, ke-Esaan-Nya atau kekuasaan-Nya.
Ilmu Kalam artinya pembicaraan. Disebut ilmu kalam, karena dalam ilmu ini banyak membutuhkan diskusi, pembahasan, keterangan-keterangan dan hujjah (alasan) yang lebih banyak dari ilmu lain.
Ilmu Ushuluddin artinya pokok-pokok agama. Disebut Ilmu Ushuluddin, karena didalamnya membahas prinsip-prinsip ajaran agama, sedang ilmu yang lainnya disebut furu’ad-din (cabang-cabang agama), yang harus berpijak diatas ushuluddin.
Ilmu Ma’rifat artinya pengetahuan. Disebut ilmu ma’rifat, karena didalamnya mengandung bimbingan dan arahan kepada kepada umat manusia untuk mengenal khaliq-Nya.[9]
Ilmu tauhid adalah sumber semua ilmu-ilmu ke-Islaman, sekaligus yang terpenting dan paling utama.Dalam ajaran islam kalimat tauhid terbagi menjadi dua bagian yang sangat berhubungan antara satu dengan yang lainya, yaitu Nafyu dan Isbat.[10]
Ilmu tauhid adalah sumber semua ilmu-ilmu keislaman, sekaligus yang terpenting dan paling utama. Allah SWT berfirman:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah.” (Q.S. Muhammad: 19)
Nafyu (peniadaan), kalimat tersebut adalah  Laailaahayang artinya” tiada Tuhan”, maksud dari kalimat itu iyalah meniadakan segala macam Tuhan, ditaati.
Isbat (menetapkan), kalimat tersebut adalah Illallah yang artinya “ kecuali Allah”, maksud dari kalimat itu iyalah memunculkan pemahaman tentang keberadaan Allah sebagai satu-satunya Tuhan di dalam fikiran kita setelah kita menghapus segala macam Tuhan yang ada di dalamnya.
Tauhid mempunyai beberapa pembahasan diantaranya ada 6 yakni:
Iman kepada Allah, tauhid kepada-Nya, dan ikhlash beribadah hanya untuk-Nya tanpa sekutu apapun bentuknya.
Iman kepada rasul-rasul Allah para pembawa petunjuk ilahi, mengetahui sifat-sifat yang wajib dan pasti ada pada mereka seperti jujur dan amanah, mengetahui sifat-sifat yang mustahil ada pada mereka seperti dusta dan khianat, mengetahui mu’jizat dan bukti-bukti kerasulan mereka, khususnya mu’jizat dan bukti-bukti kerasulan Nabi Muhammad SAW.
Iman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para nabi dan rasul sebagai petunjuk bagi hamba-hamba-Nya sepanjang sejarah manusia yang panjang.
Iman kepada malaikat, tugas-tugas yang mereka laksanakan, dan hubungan mereka dengan manusia di dunia dan akhirat.
Iman kepada hari akhir, apa saja yang dipersiapkan Allah sebagai balasan bagi orang-orang mukmin (surga) maupun orang-orang kafir (neraka).
Iman kepada takdir Allah yang Maha Bijaksana yang mengatur dengan takdir-Nya semua yang ada di alam semesta ini.

Pembagian Tauhid
Dari hasil pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang dilakukan para ulama sejak dahulu hingga sekarang, mereka menyimpulkan bahwa tauhid terbagi menjadi tiga: Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Al Asma Was Shifat.

Tauhid Ar-Rububiyyah
Yaitu mengesakan Allah dalam hal perbuatan-perbuatan Allah, dengan meyakini bahwasanya Dia adalah satu-satu-Nya Pencipta seluruh makhluk-Nya.[11]
Allah berfirman:
اللهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْئٍ
“Allah menciptakan segala sesuatu...” (Az-Zumar :62).
Rububiyah adalah kata yang dinisbatkan kepada salah satu nama Allah SWT, yaitu Rabb. Meyakini rububiyah yaitu meyakini kekuasaan Allah dalam mencipta dan mengatur alam semesta, misalnya meyakini bumi dan langit serta isinya diciptakan oleh Allah, Allahlah yang memberikan rizqi, Allah yang mendatangkan badai dan hujan, Allah menggerakan bintang-bintang, dan lain-lain.
Tauhid Uluhiyah adalah Percaya bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Pencipta, Pemilik, pengendali alam raya yang dengan takdir-Nya Ia menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah-Nya.[12]

Tauhid Al-Uluhiyyah
Tauhid Al-Uluhiyyah disebut juga Tauhid Ibadah, dengan kaitannya yang disandarkan kepada Allah disebut tauhid uluhiyyah dan dengan kaitannya yang disandarkan kepada hamba disebut tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah Azza wa Jalla dalam peribadahan dalam segala bentuk peribadahan baik yang zhahir maupun batin.[13]
Allah berfirman :
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan” (Al Fatihah: 5)
Sedangkan makna ibadah adalah semua hal yang dicintai oleh Allah baik berupa perkataan maupun perbuatan.Yaitu segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, segala sesuatu yang dijanjikan balasan kebaikan bila melakukannya.Seperti shalat, puasa, bershodaqoh, menyembelih. Termasuk ibadah juga berdoa, cinta, bertawakkal.[14]
Jadi tauhid uluhiyah dapat dikatakan adalah maksud dakwah para rasul.[15]
Allah berfirman :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Sungguh telah kami utus Rasul untuk setiap uumat dengan tujuan untuk mengatakan: ‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thagut‘” (QS.An Nahl: 36).

Tauhid Al-Asma’ wa Shifat
Tauhid Al-Asma wa Shifat yaitu mengesakan Allah dalam nama-nama dan Sifat-sifat bagi-Nya,[16] dan dengan menetapkan semua nama-nama dan sifat-sifat yang Allah sendiri menamai dan mensifati diri-Nya di dalam Kitab-Nya (Al-Qur’an),SunnahNabi SAW tanpa Tahrif (menyelewengkan makna), Ta’thil (mengingkari), Takyif (mempertanyakan/menggambarkan bagaimana-nya)dan Tamtsil (menyerupakan dengan makhluk).[17]mempercayai bahwa hanya Allah yang memiliki segala sifat kesempurnaan dan terlepas dari sifat tercela atau dari segala kekurangan.[18]
Allah berfirman :
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tidak ada yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. Asy-Syura : 11).
Dan ketiga macam Tauhid ini terkumpul dalam firman-Nya : 
رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا
“ Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (QS. Maryam : 65).

Konsep Ajaran Tauhid dan Aplikasinya
Terkait dengan konsep ajaran tauhid ini, dapat kita lihat ayat-ayat Al-Qur’an yang sedikit banyak menyinggung ajaran tauhid ini.
Pengucapan kalimat tauhid dengan lisan belaka tidaklah cukup karena ia mempunyai konsekuensi yang harus di tunaikan. Para ulama menegaskan bahwa mengesakan Allah adalah dengan meninggalkan perbuatan syirik baik kecil maupun besar.
Kalimat tauhid berarti pengingkaran kepada segala sesuatu yg disembah selain Allah SWT dan menetapkan bahwa yang berhak disembah hanyalah Allah semata tidak kepada selain-Nya. Aplikasinya secara sederhana dari kalimat tauhid لَااِلَهَ اِلَّاالله .[19]
“Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan melainkan Allah.”
Laa ilaaha illallah adalah keyakinan yang mutlak yang patut kita tanamkan dalam jiwa bahwa Allah Maha Esa dalam hal mencipta dalam penyembahan tanpa ada sesuatu pun yang mencampuri dan tanpa ada sesuatu pun yang sepadan dengan-Nya.[20]Kemudian menerima dengan ikhlas akan apa-apa yang berasal dari-Nya baik berupa perintah yang mesti dilaksanakan ataupun larangan yang mesti di tinggalkan yang semua itu akan mudah ketika hati ikhlas mengakui bahwa Allah SWT itu Maha Esa.
Sesungguhnya wajib bagi kita untuk mengenal Allah ( tauhid ) sebelum kita beribadah dan beramal karena suatu ibadah itu diterima jika tauhid kita benar dan tidak tercampur dengan  kesyirikan. Maka tegaknya ibadah dan amalan kita harus didasari terlebih dahulu dengan At-Tauhid.
Tauhid dalam Islam yang diekspresikan dengan kalimat “laa ilaaha ilallah” merupakan titik tolak untuk membebaskan belenggu.Tauhid ini pula yang membebaskan manusia dari belenggu manusia lainnya, dari penyembahan terhadap rasio dan mental, serta dari sikap hidup materialistis.
Tauhid juga membebaskan manusia dari hiruk pikuk dunia.Jadi, tauhid mengandung pengertian bahwa manusia tidak membutuhkan apa-apa selain Allah, sehingga seseorang yang beriman diberi kemuliaan dan kepuasan sebagai hamba yang bebas dan benar-benar terhormat.[21]
Peran Tauhid Dalam Kehidupan Sosial
Tauhid  menempati kedudukan sentral dan esensial dalam islam, tauhid berarti komitmen manusia kepada Allah sebagai fokus dari seluruh rasa hormat, rasa syukur, dan sebagai satu-satunya sumber nilai dalam islam.
Hubungan manusia tidak hanya dengan tuhannya, tetapi juga mencakup hubungan horisontal dengan sesamanya.Maka dari itu tauhid juga memiliki fungsi membentuk suatu masyarakat yang mengejar nilai-nilai utama dan mengusahakan tegaknya nilai keadilan sosial sehingga memberikan insipirasi pada manusia untuk mengubah dunia disekelilingnya agar sesuai dengan kehendak Allah.
Dalam konteks pengembangan umat, tauhid berfungsi mentransformasikan setiap individu yang meyakininya menjadi manusia yang lebih ideal dalam arti memiliki sifat-sifat mulia yang membebaskan dirinya dari setiap belenggu sosial, politik, ekonomi, dan budaya.[22]
Fungsi- Fungsi Sosial Tauhid Dalam Kehidupan Muslim Di Era Modern
Membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan kepada semua makhluk.
Sampai sekarang masih banyak manusia, termasuk umat muslim yang cenderung mengikuti tradisi dan keyakinan nenek moyangnya. Tidak hanya itu, mereka juga banyak yang menyerah dan tunduk begitu saja kepada para pemimpin mereka, tanpa daya fikir kritis serta keberanian untuk mengkritik.
Menjaga manusia dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa nafsu, gila kekuasaan, dan kesenangan- kesenangan belaka.
Suatu kehidupan yang didedikasikan pada kelezatan sensual, kekuasaan, dan penumpukan kekayaan dapat mengeruhkan akal sehat dan menghilangkan pikiran jernih.
Sebagai frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Maksudnya ialah bahwa tauhid menjadi kerangka pemikiran dalam menemukan hakikat kebenaran mengenai segala yang ada di alam semesta ini pada seginya yang abstrak, potensial, maupun yang konkret.
Sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup seluruh umat manusia, ketika seluruh ajaran- ajarannya dilaksanakan secara konsisten.
Dengan menjadikan tauhid sebagai pegangan dalam hidup, serta merealisasikan perintah yang ada, maka akan terwujud suatu kebahagiaan serta kedamaian hidup yang tak terhingga.
Mengajarkan kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT sebagai pusat kesadaran intelektual mereka.
Dengan kata lain, kita meyakini bahwa semua aktivitas yang kita lakukan maupun kejadian yang terjadi merupakan atas kehendak Allah SWT, semua itu telah diatur dengan sempurna oleh-Nya. [23]
Tingkatan Tauhid dan Al-Qur’an Adalah Kitab Terbesar Tauhid
Baik tauhid maupun kemusyrikan ada tingkatan dan tahapannya masing-masing.Sebelum kita melewati semua tahap dalam tauhid, kita belum dapat menjadi pengikut atau ahli tauhid (muwahhid) yang sejati.
Tingkatan tauhid itu terbagi menjadi empat tingkatan yaitu biji, biji dari biji, kulit dari biji, dan kulit dari kulit seperti buah juz.
Berikut kami jelaskan :[24]
Pertama,(biji) maksudnya hanya melihat satu, yaitu penyaksian orang-orang sidiq, para sufi menanamkannya lenyap dalam tauhid.
Kedua,( biji dari biji ) maksudnya menyasikan itu dengan kasyaf, yaitu kedudukan orang-orang yang dekat dengan Allah (Ulama).
Ketiga,( kulit dari biji )maksudnya mempunyai makna kalimat, imannya kaum pada umumnya.
Keempat, ( kulit dari kulit ) maksudnya iman dengan perkataan sajayaitu imannya orang-orang kaum munafiq.
Sesungguhnya pembahasan utama Al-Quran adalah tauhid. Kita tidak akan menemukan satu halaman pun yang tidak mengandung ajakan untuk beriman kepada Allah, rasul-Nya, atau hari akhir, malaikat, kitab-kitab yang diturunkan Allah, atau taqdir yang diberlakukan bagi alam semesta ini.
Bahkan dapat dikatakan bahwa hampir seluruh ayat Al-Quran yang diturunkan sebelum hijrah (ayat-ayat Makkiyyah) berisi tauhid dan yang terkait dengan tauhid. Karena itu tak heran masalah tauhid menjadi perhatian kaum muslimin sejak dulu, sebagaimana masalah ini menjadi perhatian Al-Quran.Bahkan, tema tauhid adalah tema utama dakwah mereka.

Kedudukan Ilmu Tauhid Di Antara Semua Ilmu
Kemuliaan suatu ilmu tergantung pada kemulian tema yang dibahasnya.Apalagi ilmu tauhid adalah sumber semua ilmu-ilmu keislaman, sekaligus yang terpenting dan paling utama.
Karena itu, hukum mempelajari ilmu tauhid adalah fardhu ‘ain bagi setiap muslim dan muslimah sampai ia betul-betul memiliki keyakinan dan kepuasan hati serta akal bahwa ia berada di atas agama yang benar.Sedangkan mempelajari lebih dari itu hukumnya fardhu kifayah.

Kewajiban Bertauhid Dan Pentingnya Mempelajarinya
Merupakan suatu perkara yang tidak bisa disangkal, bahwa alam semesta ini pasti ada yang menciptakan.Yang mengingkari hal tersebut hanyalah segelintir orang.Itu pun karena mereka tidak menggunakan akal sesuai dengan fungsinya. Sebab akal yang sehat akan mengetahui bahwa setiap yang tampak di alam ini pasti ada yang mewujudkan. Alam yang demikian teratur dengan sangat rapi tentu memiliki Pencipta, Penguasa, dan Pengatur.
Banyak orang yang mengaku Islam. Namun jika kita tanyakan kepada mereka, apa itu tauhid, bagaimana tauhid yang benar, maka sedikit sekali orang yang dapat menjawabnya. Sungguh ironis melihat realita orang-orang yang mengidolakan artis-artis atau pemain sepakbola saja begitu hafal dengan nama, hoby, alamat, sifat, bahkan keadaan mereka sehari-hari. Di sisi lain seseorang mengaku menyembah Allah namun ia tidak mengenal Allah yang disembah-Nya. Ia tidak tahu bagaimana sifat-sifat Allah, tidak tahu nama-nama Allah, tidak mengetahui apa hak-hak Allah yang wajib dipenuhinya. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berkata: “Sesungguhnya ilmu tauhid adalah ilmu yang paling mulia dan paling agung kedudukannya.” Setiap muslim wajib mempelajari, mengetahui, dan memahami ilmu tersebut, karena merupakan ilmu tentang Allah.[25]
Hakikat Tauhid
Seluruh manusia terlahir ke dunia ini dalam keadaan fitrahnya, yakni bertauhid. Sebagaimana yang di terangkan dalam ayat Q. S. Ar-Rum: 30.
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Islam, sesuai fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu.Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) Agama yang lurus, tetapi kebanyakan menusia tidak mengetahui.” (Q.S. ar-Rum:30)
Manusia pada dasarnya memerlukan suatu bentuk kepercayaan kepada sesuatu yang gaib, sebab itulah ia disebut makhluk religius, yaitu makhluk yang memiliki bawaaan primordial (azali) untuk beragama dan percaya kepada Tuhan.[26]Inilah fitrah manusia yang secara otomatis memiliki potensi bertuhan sejak kelahirannya. Rasulullah SAW. Bersabda:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهَ اَوْ يُنَصِّرَانِهِ اَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (bertauhid).Kedua orangtuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi.(H.R. Bukhari dan Muslim).

Kesimpulan :
Tauhid dari segi bahasa ‘mentauhidkan sesuatu’ berarti ‘menjadikan sesuatu itu Esa.Dari segi syari’ tauhid ialah ‘mengesakan Allah didalam perkara-perkara yang Allah sendiri tetapkan melalui Nabi-Nabi Nya yaitu dari segi Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma’ Was Sifat’.
Tauhid di bagi menjadi tiga yaitu:
 1. Tauhid Ar-Rububiyyah Yaitu mengesakan Allah dalam hal perbuatan-perbuatan Allah, dengan meyakini bahwasanya Dia adalah satu-satuNya Pencipta seluruh makhluk-Nya.
2. Tauhid Al-Uluhiyyah disebut juga Tauhid Ibadah, dengan kaitannya yang disandarkan kepada Allah disebut tauhid uluhiyyah dan dengan kaitannya yang disandarkan kepada hamba disebut tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah Azza wa Jalla dalam peribadahan.
3. Tauhid Al-Asma’ wa Shifat yaitu mengesakan Allah dalam Nama-nama dan Sifat-sifat bagi-Nya, dengan menetapkan semua Nama-nama dan sifat-sifat yang Allah sendiri menamai dan mensifati Diri-Nya di dalam Kitab-Nya (Al-Qur’an), SunnahNabi-Nya SAW tanpa Tahrif (menyelewengkan makna), Ta’thil (mengingkari), Takyif (mempertanyakan atau menggambarkan bagaimana-nya)dan Tamtsil (menyerupakan dengan makhluk).
Aplikasi Tauhid bahwasanya  berilmu dan mengetahui serta mengenal at  tauhid itu adalah kewajiban yang paling pokok dan utama sebelum mengenal yang lainya serta beramal  ( karena suatu amalan itu akan di terima jika tauhidnya  benar ).
DAFTAR PUSTAKA
Anwar,Mochammad.Ilmu ‘Aqaid. (Bandung : Sinar Baru Algensindo).
____Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989, (Depdikbud).
Aziz, Abdul 1998, Pelajaran Tauhid, (Jakarta : Darul Haq).
Hanafi, M. 2003, Pengantar Teologi Islam, (Jakarta : PT. Pustaka Al-Husna Baru).
Ibrahim bin Muhammad,__________
Ismail,Roni 2008,  Menuju Hidup Islam, (Yogyakarta : Pustaka Insan Madani).
Khumaidi, 2010, Hikmah Aqidah Akhlak, (Solo : Akik Pustaka)__
Labib Mz, 2004, Ringkasan Ihya Ulumaddin (Imam Ghozali), (Surabaya : PT. Himmah Jaya).
Musa,Yusuf. 1961, Islam suatu kajian komprehensif (Terj), (Jakarta : Rajawali Press.
Muthahari,Murtadha 2002.Manusia dan Alam Semesta. (Jakarta : PT. Lentera Basritama)..
Shalih bin Fauzan bin Abdullah Fauzan, 1998, at-Ta’liq al-Mukhtasar al-Mufid ‘ala Kitabi at-Tauhid, (Terj), (Ponorogo : Darussalam Press).
Shalih bin Fauzan bin Abdullah Fauzan, Kitab Tauhid (terj).1998,  jilid 1, (Jakarta : Akafa Press).
Yunus,Mahmud.Kamus Arab-Indonesia. (Jakarta : PT. Mahmud Yunus Wadzuryah).
Zainudin, 1996, Ilmu Tauhid Lengkap, (Yogyakarta : Rineka Cipta)
Zakaria, A. 2008. Pokok-pokok Ilmu Tauhid.(Garut : IBN AZKA Press).
____Ensiklopedi Islam, 2002, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi).
http:// Google. Blogspot.Com/2014/10/ bertauhid_html.Diambil Senin, 20 Oktober 2014.




[1]Prof. DR. Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia. (Jakarta : PT. Mahmud Yunus Wadzuryah). 494.
[2] Mochammad Anwar,  Ilmu ‘Aqaid. (Bandung : Sinar Baru Algensindo). Hal. 3.
[3]Ibid, hal. 4.
[4]____Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989, (Depdikbud). hal. 907.
[5]DR. Abdul Aziz, 1998, Pelajaran Tauhid, (Jakarta : Darul Haq). Hal. 9.
[6]Prof. Dr. M. Yusuf Musa, 1961, Islam suatu kajian komprehensif (Terj), (Jakarta : Rajawali Press). Hal. 45.
[7]Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Fauzan, 1998, at-Ta’liq al-Mukhtasar al-Mufid ‘ala Kitabi at-Tauhid, (Terj), (Ponorogo : Darussalam Press). Hal. 15. Dan Kitab Tauhid yang diterjemahkannya At-Tauhid Lish-shaffil Awwal al- Ali, 1998,  pada jilid 1, (Jakarta : Akafa Press). Hal. 19.
[8]M. Hanafi, 2003, Pengantar Teologi Islam, (Jakarta : PT. Pustaka Al-Husna Baru). Hal. 2.
[9]  A. Zakaria, 2008. Pokok-pokok Ilmu Tauhid. (Garut : IBN AZKA Press). Hal. 1.
[10]  M. Hanafi, 2003. Pengantar Teologi Islam. (Jakarta: PT. Pustaka Al-Husna Baru). Hal. 2.
[11]Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Fauzan, Op. Cit. Hal. 19.
[12] DR. Ibrahim bin Muhammad,__________ hal. 141-142
[13]Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Fauzan, Op. Cit. Hal. 55
[14]Ibid. Hal. 53.
[15]Ibid, hal. 56.
[16]DR. Abdul Aziz, Op. Cit. hal.  24.
[17]Ibid, hal. 97.
[18] ____Ensiklopedi Islam, 2002, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi). Hal. 92.
[19] Murtadha Muthahari, 2002. Manusia dan Alam Semesta. (Jakarta : PT. Lentera Basritama). Hal. 73.
[20] Roni Ismail, 2008,  Menuju Hidup Islam, (Yogyakarta : Pustaka Insan Madani).  Hal. 23
[21] http:// Google. Blogspot.Com/2014/10/ bertauhid_html. Diambil Senin, 20 Oktober 2014, jam 10.36 WIB. Starnet.
[22]  Zainudin, 1996, Ilmu Tauhid Lengkap, (Yogyakarta : Rineka Cipta)
[23] Khumaidi, 2010, Hikmah Aqidah Akhlak, (Solo : Akik Pustaka)__
[24] Labib Mz, 2004, Ringkasan Ihya Ulumaddin (Imam Ghozali), (Surabaya : PT. Himmah Jaya). Hal. 235-236.
[25]http:// Google. Blogspot.Com/2014/10/ bertauhid_html. Diambil Senin, 20 Oktober 2014, jam 10.36 WIB. Starnet.
Previous Post Next Post