Kebanyakan
orang ketika dia ingin bisa sesuatu maka dia harus mengamati
(menirukan/mencontoh dan menyampaikan apa adanya) kepada orang lain, yang kedua
mengamati lalu meyampaikan tetapi lebih dahulu mengolah dan menginovasi dari
apa yang diterima, yang ketiga adalah mencari sesuatu yang baru atau
menciptakan sendiri. Semua pemahaman ini tidak terlepas dari paradigma
masing-masing personal ketika memahami segala hal, sitem pendidikan,
lingkungan, dan yang terpenting adalah kepercayaan diri.
Dari jaman
belanda sampai sekarang belum ada perbaikan yang signifikan, justeru semakin
regres, semua berjalan pada paradigma yang salah, karena bentuk pendidikan juga
salah. Generasi bangsa ini terlahir dari rahim pendidikan yang selalu
berorientasi pada hasil bukan pada pada proses. Segala cara dilakukan tanpa
memandang dan memperdulikan itu baik dan salah, sesuai atau justeru sebaliknya
menghancurkan.
Indikasi orientasi hasil salah satunya adalah adanya praktik
instanisme untuk mencapai sesuatu artinya sama saja meniadakan usaha/ikhtiar yang
sewajarnya dan sah/legal, bukan bagaimana memandang bahwa segala sesuatu itu
merupakan serangkaian by design agar kita lebih megerti untuk
perbaikan sesuai dengan tahapan atau tingkatan pemahaman masing-masing
personal. Dan ketika ini sudah membudaya maka harus ada transformasi (bahasa
halus dari revolusi menurut YB Mangunwijaya) secara sistemik. Ketika sudah ada
perubahan maka generasi ini disebut golongan minority atau sudah beranjak
ketingkat paradigma II (menurut Khun), maka harus tetap konsisten ketika
berbenturan dengan lingkungan plagiatisme untuk terus beranjak ke paradigma III
dalam mengkampanyekan kebenaran. Karena lingkungan ini merupakan racun yang
tidak kenal etika dan akan terus menjalar ketika tidak diantisipasi.
Terus kapan bangsa mau maju dan berdiri dengan hasil jerih payah karya sendiri,
jawabnya Tidak Akan Pernah. Dan keadaan seperti ini akan lebih memperparah
citra pendidikan Indonesia dimata dunia. Dengan ini maka harus ada penarapan
prinsip percaya pada hasil karya diri sendiri walaupun tidak begitu bagus
tetapi sadar akan sejauh mana kemampuan diri dan penghargaan kepada karya orang
lain untuk mewujudkan insan intelek yang beretika.
Tags
Artikel