Nasab dan Kelahirannya
Nama
lengkap beliau adalah Abu ABdillah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Usman Bin
Syafi`I bin Sya`ib bin Abdullah bin Abdul Yazid bin Hasyim bin Abdul Mutholib
bin Abdul Manaf ibnu Qusyai al-Quraisy. Dari nasab ayahnya. Jadi teranglah
bahwa dalam silsilahnya, beliau senenek moyang dengan nabi Muhammad SAW. yaitu
bertemu pada nenek ke sembilannya, Abdul Manaf Bin Qushai yang menjadi nenek
ke-4 nabi Muhammad SAW.
Silsilah
nabi Muhammad Saw. sebagai dimaklumi adalah : Muhammad Bin Abdullah Bin Abdul
Muthalib Bin Hasyim Bin Abdul Manaf Bin Qusyai Bin Kilab Bin Marah Bin Ka`Ab
Bin Luai Bin Ghalib Bin Fihir Bin Malik Bin Nadhar Bin Kinanah Bin Khuzaimah
Bin Mudrikah Bin Ilyas Bin Ma`Ad Bin Adnan Sampai Nabi Ismail dan Nabi Ibrohim.
Sedangkan
dari nasab ibunya adalah Muhammad binti Fatimah (dari kabilah Izdi) binti
Abdullahbin Al Hasan bin Husain bin Ali bin Abi Thalib.
Masa Mencari Ilmu
Setelah
berusia 2 tahun Ghaza, Imam Syafi`I dibawa oleh ibunya kembali lagi ke Mekkah,
kampung halamannya. Imam Syafi`i tinggal di sana hanya bersama
ibunya karena ayahnya telah meninggal dan menjadi yatim ketika beliau masih
dalam kandungan.
Imam
Syafi`I tergolong anak yang cemerlanh otaknya sehingga dalam usianya yang ke
Sembilan, imam Syafi`I telah hafal al-Qur`an tiga puluh juz diluar kepala
dibawah didikan gurunya, Isma`il bin Qusthantein. Bahkan dalam usianya yang
kesepuluh, beliau telah hafal kitab Al-Muwttha` karangan Imam
Malik.
Pada
mulanya Imam Syafi`I tertarik dengan prosa dan puisi, syair-syair dan
sajak-sajak bahasa arab klasik, sebelum akhirnya ia mempelajari tentang
ilmu hadist dan fikih. Ini sebabkan karena beliau mendapat teguran ketika
sedang berdendang bernyanyi mendengungkan syair arab. “Akh, pemuda seperti kamu
menghabiskan kepemudaannya dengan berdendang dan bernyanyi, alangkah baiknya
jika waktu kepemudaanmu Ini dipakai untuk mempelajari hadits dan fikih”,
tegurnya.
Teguran
ini membuat Imam Syafi`I berkeinginanan untuk belajar ilmu hadist dan fikih
sehingga beliau pergi kepada mufti Mekkah, Muslim Bin Khalid al-Zanji dan ulama
hadits Sofyan bin `Uwaianah (wafat 198). Keinginan itu diperkuat oleh
kata-kata Muslim bin Khalid setelah mengetahui dari mana dan dari kabilah apa
Imam Syafi`I itu. “Bakhin, bakhin (senang, senang sekali), Tuhan twlah
memuliakan kamu dunia akherat. Alangkah baiknya kalau kecerdasan kamu itu
ditumpahkan pada ilmu fikih, inilah ucapan yang baik bagimu”, kata Imam Muslim
kepada Imam Syafi`i.
Ucapan
inilah yang menyebabkan Imam Syafi`I berkeinginan untuk mempelajari ilmu fikih
sedalam-dalamnya.
Selain
ilmu hadits dan fikih, Imam Syafi`I juga mempelajari ilmu Tafsir ilmu tjwid
(pembacaan al-Qur`an).
Kerajinan Imam Syafi'i
Muhammad
bin Idris adalah seorang pemuda rajin dan tekun dalam belajar. Sebagai
dimaklumi bahwa Imam Syafi`I adalah anak yatim dan bersal dari keluarga yang
miskin. Kendatipun demikian, Imam Syafi`I tidakalah putus asa. Ia berkeyakinan
bahwa mencari ilmu tidaklah bergantung dengan kekayaan dan harta benda
melainkan dengan kemauan yang keras. Banyak anak yang berasal dari
keluarga miskin tapi mempunyai kemauaan yang lebih maju dibandingkan
dengan yang kaya tapi malas.
Beliau
mengumpulkan tulang-tulang kambing dan onta yang biasanya berserakan terutama
setelah orang-orang mengerjakan haji di Mina, pepepah-pelepah tamar yang
kering, tembikar dan batu-batu yang dapat ditulis dan kertas-kertas buangan
yang dapat digunakan untuk menulis lagi. Ini semua digunakan untuk
menuliskan ucapan-ucapan gurunya selain beliau juga menghafalnya.
Pernah
suatu ketika beliau tidak dapat meluruskan kakinya untuk sekedar beristirahat
atau tidur karena kamarnya telah penuh dengan bahan-bahan yang digunakan untuk
menuliskan ilmu yang beliau dapat. Oleh karana itu, Imam Syafi`I
memutuskan untuk menghafal tulisan-tulisan itu di luar kapala dan mengeluakan
bahan-bahan tadi supaya agak lapang.
Itulah
kecerdasan Imam Syafi`i. Beliau telah terbiasa dengan hafalan sejak kecil
sehingga beliaupun dapat menghafal al-Qur`an dalam usia 9 tahun dan kitab
al-Muwatha` karangan Imam Malik dalam usia 10 tahun.
Wafatnya Imam Syafi'i
Beliau
wafat setelah 6 tahun tinggal di Mesir mengembangkan madzhabnya baik dengan
lisan ataupun tulisan dalam usia 54 tahun, pada hari Kamis malam Jum`at setelah
sholat maghrib di akhir bulan Rajab 204 H. Atau dalam tarekh Masehi bertepatan
dengan 28 Juni 819 M.
Tags
Biografi Ulama
Subhanallah, sungguh beliau ini orang yang sangat cerdas
ReplyDeleteSelain cerdas juga sangat taqorrub ilallah .. Lahul fatihah ..
Delete