Deskripsi Essai*
Budaya, Identitas dan Pemersatu Negeriku. Judul ini saya ambil berkaitan
dengan ketentuan tema yang ada dalam lomba menulis essai sekaligus sebagai
gambaran isi tulisan yang penulis buat, yaitu mengenai fungsi budaya sebagai
identitas bangsa serta pemersatu masyarakat.
Tulisan ini terdiri dari 7 halaman. Satu halaman cover judul, satu
halaman deskripsi essai dan lima halaman berupa isi.
Dalam tulisan yang singkat ini ada beberapa nilai yang akan penulis
angkat :
1. Kondisi masyarakat saat ini yang kebanyakan acuh dengan budaya sendiri dan lebih akrab dengan budaya barat
2. Dua fungsi kebudayaan yaitu sebagai identitas dan pemersatu masyarakat
3. Pentingnya peran pemerintah dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan
4. Peran masyarakat dalam melestarikan kebudayaan
Itulah sedikit gambaran essai yang penulis buat. Sebuah pemikiran
yang sederhana yang semoga bisa memberikan kemanfaatan serta ikut mewarnai dan mengisi
wacana tentang kebudayaan.
Budaya, Identitas dan Pemersatu
Negeriku
Dekadensi moral yang sekarang melanda bangsa Indonesia menjadi
salah satu bentuk keprihatinan yang mendalam, apalagi mereka adalah para pemuda
yang notabanenya sebagai penerus harapan bangsa. Ini tidak lain adalah salah
satu akibat dari derasnya arus globalisasi yang mana sekat dan batas antar
negara semakin tipis sehingga budaya dari luar begitu mudahnya masuk dan
mempengaruhi kebudayaan yang ada di Inonesia.
Kita mungkin akan berceloteh bangga bahwa Indonesia adalah negara
yang kaya akan aneka ragam kebudayaan karena terdiri dari berbagai suku, yang
mana setiap suku tersebut mempunyai keanekaragaman dan keuniakan tersendiri
baik dari segi ras, bahasa, adat istiadat dan berbagai kekayaan artefak yang
menjadi ciri khas suku tersebut. Sebut saja Jawa Tengah, selain bahasa yang
terbagi menjadi jawa ngoko, jawa alus dan krama inggil, juga punya rumah adat
padepokan sebagai cirinya, Tari serimpi dan berbagai macam budaya lainnya.
Belum lagi dari daerah-daerah lain yang dari setiap daerah tersebut juga pasti punya
ciri khas masing-masing sebagai identitas lokalnya. Namun, kebanggaan itu belumlah
cukup manakala tidak di barengai dengan tindakan nyata baik dari masyarakat
maupun pemerintah sehingga kebudayaan yang kita miliki mempunyai nilai lebih
yang salah satunya berfungsi sebagai identitas bangsa.
Fenomena Saat Ini
Berapa banyak orang yang peduli dengan budaya bangsa? Atau ketika
di sekolah, berapa peserta didik yang paham dan hafal nama kebudayaannya
masing-masing baik dari segi lagu, bahasa, adat istiadat ataupun permainan?
Kebudayaan berasal dari proses belajar. Artinya bahwa
keberlangsungan kebudayaan itu terletak pada generasi sebagai pewaris dalam
menjaga dan melestarikannya dengan cara mempelajarinya. Sehingga sekolah menjadi
salah satu tempat yang penting guna mentransfer nilai-nilai budaya bangsa
tersebut. Namun selama ini, sudah menjadi sesuatu yang umum di tengah-tengah masyarakat, bahwa kebudayaan asing lebih digemari
dibanding kebudayaan sendiri. Budaya yang berwujud maupun tidak berwujud
didominasi oleh budaya luar.
Anak muda sekarang lebih mudah hafal dengan lagu-lagu pop atau
lagu-lagu barat daripada lagu-lagu daerah. Begitupun dengan game/permainan,
anak sekarang lebih asyik bermain game online atau permainan yang ada di HP
yang bersifat elektrik dan digital sehingga terkadang sering mengabaikan
orang-orang yang ada disekitarnya. Permainan tradisional yang kebanyakan
menyatukan para pemain dengan alam dan membentuk jiwa sosial kemasyarakatannya
tumbuh, sekarang banyak yang tidak tahu, untuk tidak mengatakan telah hilang.
Beberapa permaianan tradisional itu diantaranya adalah petak umpet,
lompat tali, gasing, ingkling, layang-layang, bekel, ular naga dan masih banyak
lagi permaianan tradisional lainnya yang dalam permainanan tersebut membutuhkan
banyak orang sehingga jiwa sosial para pemain terjalin.
Budaya sebagai identitas dan Pemersatu Bangsa
Diantara fungsi penting kebudayaan adalah sebagai identitas dan
pemersatu bangsa. Yang mana ketika kita menyebut nama budaya tersebut maka akan
merujuk kepada negara dimana budaya tersebut lahir. Misal, ketika kita menyebut
Barongsay maka pikiran bawah sadar kita akan mengatakan China. Atau ketika kita
menyebut tentang cerita Ramayana atau Mahabarata, pikiran bawah sadar kita akan
merujuk kepada India.
Begitupun dengan Indonesia, beragam budaya ketika disebutkan akan
merujuk kepada Indonesia. Sebut saja, Batik, Wayang, Angkulng dan berbagai
budaya lainnya, secara otomatis ketika nama-nama tersebut di sebutkan maka
pikiran alam bawah sadar kita akan merujuk kepada Indonesia sebagai negara
pemiliknya. Ikatan inilah yang menjadi kunci kebersamaan sebagai pemersatu
masyarakat.
Selain sebagai identitas dan pemersatu bangsa, budaya juga sebagai
salah satu penarik perhatian wisatawan baik yang dalam negeri maupun luar negeri
yang bisa mendatangkan devisa buat negara. Sebut saja Borobudur, warisan budaya
ini selalu menarik perhatian wisatawan baik negeri ataupun luar negeri.
Terbukti bahwa banyak wisatawan yang memanfaatkan Borobudur sebagai ajang
berlibur atau sebagai tempat belajar bahasa inggris langsung dengan para
tourits mancanegara.
Warisan-warisan budaya yang kita miliki sebenarnya mempunyai
potensi daya tarik pariwisata yang berkelanjutan asalkan dalam menjadi atraksi
untuk dikunjungi dan diapresiasi oleh pengunjung dijaga dan dilindungi,
dikembangkan agar komunitas setempat dapat manfaat dari perkembangan wisata
(termasuk pengembangan SDM setempat dan pemanfaatan dari efek pengganda seperti
kuliner, souvenir dan tempat penginapan). Disamping itu yang tak kalah penting
adalah menjaga budaya setempat dengan menjaga yang asli dan tradisonal, tetapi
dengan semangat kontemporer agar dapat menjangkau dan diapresiasi oleh lebih
banyak masyakarat.
Peran Penting Pemerintah
Kebudayaan akan tetap lestari ataupun tidak salah satunya adalah
karena peran pemerintah. Di tingkatan pusat misal, mereka berkewajiban untuk melakukan
perlindungan terhdap karya budaya yang ada di Indonesia dengan cara mendaftarkan
kebudayaan ke dalam UNESCO sehingga kebudayaan milik Indonesia tidak akan di
klaim oleh negara lain. Kesadaran ini harus tumbuh tanpa harus menunggu budaya
kita diklaim dulu oleh negara lain sehingga negara kita kebakaran jenggot dan
berusaha untuk memperjuangkan agar kebudayaan tersebut kembali. Seperti Reog
Ponorogo, lagu rasa sayange dari Ambon dan masih banyak yang lainnya.
Di tingkatan kabupaten atau lokal, pemerintah bisa membuat program yang
bertujuan untuk melestarikan budaya, seperti lomba menari tarian adat daerah
setempat, lomba cerdas cermat yang isi materinya tentang budaya, peringatan
ulang tahun daerah dengan menampilkan semua budaya yang ada di daerah dan lain
sebagainya. Seperti contoh yang baru-baru ini mucul di media kompas.com (edisi
Senin, 11/5/2015) adalah mengenai Program Pemerintah Kota Denpasar yang akan
mewujudkan konsep satu keluarga satu keris, artinya setiap satu keluarga
didorong untuk memiliki satu keris. Ini disampaikan oleh Kadis Perindag
Denpasar, I Wayan Gatra saat acara Petitenget Rahina Tumpek Landep di depan
Museum Bali.
Program yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kota Denpasar ini
adalah salah contoh bentuk kongkrit dari peran pemerintah dalam menjaga dan
melestarikan budaya bangsa. Selaian itu, program ini juga bisa menjadi semacam
alternatif ekonomi kerakyatan dalam mensejahterakan masyarakat sekitar. Tak
hanya itu, program ini juga bisa meningkatkan Skiil masyarakat. Baik softskill
berupa nasionalisme, mempertahankan nilai filosofis yang terkandung dalam keris
maupun hardskiil berupa cara-cara mempertahankan budaya berwujud benda
dengan cara mempelajarinya.
Berkaitan dengan peran pemerintah daerah, di Kabupaten Halmahera
Barat, Provinsi Maluku Utara, sebuah acara Festival Teluk Jailo (FTJ) 2015 juga
bisa dijadikan contoh dalam pelestarian budaya (Kompas.com edisi 14 Mei 2015).
Yang mana dalam acara tersebut ditampilkan pakaian adat ternate dan berbagai
kesenian setempat. Di puncak akhir acara, 300 anak berjoget atau “beronggeng”
(istilah setempat) dengan diiringi dengan lagu-lagu daerah Ternate. Yang tarian
tersebut seluruhnya adalah tarian daerah, salah satunya poco-poco.
Tanggal 19 Agustus ditetapkan sebagai Hari Jadi Provinsi Jawa Barat
yang dalam tahun 2015 ini adalah Hari Jadi yang ke -70 (Kompas.com edisi 14 Mei
2015). Ini juga cukup menarik, karena dalam memperingati Hari Jadi tersebut,
akan digelar “Pesta Rakyat De Sukron” di beberapa Kabupaten/Kota di Jawa Barat,
diantaranya adalah di Garut (Roadshow “Pesta Rakyat De Sukron” Perdana), Bogor,
Purwakarta, Cirebon dan Kota Bandung (Puncak acara“Pesta Rakyat De Sukron”).
Sebagaimana diberitakan di kompas, bahwa Pembukaan berlangsung
meriah dengan helatan “Gebyar Budaya Garut 2015” yang menggelar sejumlah
pertunjukan seni, budaya dan kearifan Kebudayaan Garut, seperti tari-tarian,
kirab budaya Garut, karnaval budaya Garut yang ditampilkan oleh mojang-mojang
cantik dan jajaka Garut. Kemudian, dodombaan diiringi Surak Ibra, performance
seni tradisional rampak bedug, kawih, marawis dan juara silat dunia, prosesi
pembukaan kawin cai, fashion show kostum etnik Garut “Garut Molek”,
Kirab Congcot dan tumpeng lengkap dengan jampanan dan diiringi dengan parade
seni budaya lainnya.
Beberapa contoh di atas menunjukan bahwa peran pemerintah dalam menjaga
dan melestarikan budaya bangsa sangatlah penting dan efektif. Sehingga kearifan
budaya lokal yang sekarang masih ada bisa dilestarikan dan menjadi jati diri
bangsa yang jika dipelajari semua mengandung sejarah dan nilai filosofis.
Di samping itu, beberapa contoh di atas juga menunjukan bahwa
budaya adalah alat pemersatu masyarakat dari berbagai elemen. Terlihat dari
antusiasnya para peserta dari berbagai kalangan mengikuti Kirab Keris di Bali,
Festival Teluk Jailo (FTJ) 2015 di Kabupaten Halmahera dan Gebyar Budaya Garut
2015.
Peran Masyarakat
Menjaga budaya adalah tugas seluruh komponen masyarakat Indonesia,
bukan hanya pemerintah namun seluruh warga mempunyai peran penting dalam hal
menjaga dan melestarikan budaya. Sebagai contoh, penggunaan batik satu sampai
dua kali seminggu di kalangan pemerintahan. Dalam lapisan terbawah penggunaan batik
tidak lagi digunakan hanya dalam acara resmi dan formal, tetapi telah
berkembang untuk berbagai kegunaan oleh semua kalangan. Sehinggga batik membumi
di nusantara serta menjadi strategi dalam menigkatkan kesejahteraan pengrajin
batik.
Beberapa acara di Televisi Swasta juga menjadi salah satu contoh peran
masyarakat dalam melestarikan budaya. Sebut saja Si Bolang. Acara ini selain menghibur
penonton juga menjadi salah satu strategi dalam mempromosikan budaya yang ada
di Indonesia. Selain acara televisi, yang cukup menarik dalam mendokumentasikan
budaya Indonesia adalah website, baik itu yang mengelola pemerintah, komunitas
maupun individu masyarakat.
Akhirnya, wacana singkat tentang budaya ini idealnya menjadi
tanggungjawab bersama seluruh masyarakat Indonesia dalam meenjaga dan
melestarikannya, sebagai identitas dan jati diri bangsa serta sebagai alat
pemersatu masyarakat. Sebagaimana semboyan negara Indonesia “Bhinneka Tunggal
Ika”.
*Tulisan ini adalah tulisan yang admin ikut sertakan dalam Lomba Komik dan Essai Budaya Damai yang di adakan oleh Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya; Direktorat Jenderal Kebudayaan; Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Sayang, tidak menang. Heheh
Tags
Opini